Bumi Kelebihan Populasi Enam Miliar Manusia
loading...
A
A
A
BISA dibayangkan betapa penuh sesaknya sebuah rumah dengan luas 70 meter persegi dihuni 18 Kepala Keluarga dengan jumlah penghuni rumah sebanyak 46 orang. Berita satu rumah yang dihuni lebih dari 40 orang ini pun jadi viral dalam beberapa hari terakhir ini. Rumah yang terletak di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi didiami oleh nenek, anak, cucu, hingga saudara dekat.
baca juga: Bulan Ini Populasi Manusia di Bumi Tembus 8 Miliar
Potret padatnya penghuni rumah di Cimahi tidak jauh berbeda dengan kondisi populasi manusia di bumi saat ini. Pada 11 Juli 2024, dunia internasional memperingati Hari Populasi Dunia atau World Population Day. Informasi dari laman PBB menyebutkan, Hari Populasi Sedunia ditetapkan pada tahun 1989, sebagai kelanjutan dari ketertarikan yang ditimbulkan oleh Hari Lima Miliar, yang diperingati pada tanggal 11 Juli 1987.
Pada Desember 1990, Majelis Umum PBB , melalui resolusi 45/216, memutuskan untuk terus memperingati Hari Populasi Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu kependudukan, termasuk hubungannya dengan lingkungan hidup dan pembangunan. Saat peringatan Hari Populasi Dunia 11 Juli 2024, jumlah penduduk di planet ini telah mencapai 8,12 miliar. Penduduk sebanyak itu dinilai sudah membuat dunia menjadi sumpek. Pada saat populasi manusia di dunia mencapai 5,5 miliar (1994), tim peneliti dari Standford University, California pernah mengitung jumlah ideal populasi manusia di bumi.
Hasilnya, para peneliti mengatakan idealnya spesies manusia yang menempati bumi antara 1,5 hingga 2 miliar orang. Artinya, saat ini bumi sudah over populasi sebanyak 6 miliar manusia. Kelebihan populasi tiga kali lipat dari jumlah ideal ini menimbulkan permasalahan serius bagi manusia di bumi. Krisis pangan, krisis energi, pemanasan global, merebaknya penyakit (virus,bakteri) yang mematikan, polusi, kerusakan lingkungan dan sebagainya.
Tingkat Kelahiran Anjlok
Keresahan akan nasib bumi akibat over populasi telah jadi perhatian sejak lama. Thomas Malthus, seorang pendeta berkebangsan Inggris menuliskan keresahannya terhadap populasi manusia yang semakin banyak dalam bukunya yang terkenal, An Essay on the Principle of Population, Buku tersebut diterbitkan pada 1798, saat itu jumlah manusia di bumi baru sebanyak 800 juta orang. Ia memulai dengan dua pengamatan penting, semua orang perlu makan dan mereka suka berhubungan seks.
Dalam buku tersebut Malthus pun mengambil kesimpulan "Populasi, yang tidak dikendalikan, akan meningkat dalam rasio geometris. Sementara penghidupan meningkat hanya dalam rasio aritmatika. Jika Anda memahami angka, kekuatan pertama akan lebih besar dibandingkan dengan yang kedua," tulis Malthus.
Apa yang disampaikannya itu kini dikenal dengan Teori Malthus. Pertambahan jumlah penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan produksi pangan. Teori ini pun masih relevan hingga kini, buktinya jumlah manusia di Bumi telah mengalami over populasi dan banyak negara mengalami krisis pangan.
baca juga: Bagaimana Populasi Dunia pada 2050?
Di saat populasi manusia cenderung terus bertambah, di beberapa negara malah terjadi penurunan populasi akibat tingkat kelahiran yang berkurang. Seperti yang terjadi di Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Bulgaria dan Ukraina. Perang, gaya hidup dan beban biaya hidup yang tinggi, jadi alasan tingkat kelahiran di negara-negara tersebut anjlok.
Di Indonesia yang kini dihuni oleh sekitar 270 juta penduduk, juga mengalami kecendrungan penurunan populasi. Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2020-20250, menyatakan populasi penduduk Indonesia diprediksi menurun pada 2045. Nigeria dan Pakistan diprediksi bakal menyalip jumlah penduduk Indonesia.
Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tavip Agus Rayanto, menyebutkan penyebab menurunnya populasi RI adalah hasil program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan pemerintah. Masyarakat lebih matang merencanakan untuk menikah atau memiliki momongan.
baca juga: Bulan Ini Populasi Manusia di Bumi Tembus 8 Miliar
Potret padatnya penghuni rumah di Cimahi tidak jauh berbeda dengan kondisi populasi manusia di bumi saat ini. Pada 11 Juli 2024, dunia internasional memperingati Hari Populasi Dunia atau World Population Day. Informasi dari laman PBB menyebutkan, Hari Populasi Sedunia ditetapkan pada tahun 1989, sebagai kelanjutan dari ketertarikan yang ditimbulkan oleh Hari Lima Miliar, yang diperingati pada tanggal 11 Juli 1987.
Pada Desember 1990, Majelis Umum PBB , melalui resolusi 45/216, memutuskan untuk terus memperingati Hari Populasi Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu kependudukan, termasuk hubungannya dengan lingkungan hidup dan pembangunan. Saat peringatan Hari Populasi Dunia 11 Juli 2024, jumlah penduduk di planet ini telah mencapai 8,12 miliar. Penduduk sebanyak itu dinilai sudah membuat dunia menjadi sumpek. Pada saat populasi manusia di dunia mencapai 5,5 miliar (1994), tim peneliti dari Standford University, California pernah mengitung jumlah ideal populasi manusia di bumi.
Hasilnya, para peneliti mengatakan idealnya spesies manusia yang menempati bumi antara 1,5 hingga 2 miliar orang. Artinya, saat ini bumi sudah over populasi sebanyak 6 miliar manusia. Kelebihan populasi tiga kali lipat dari jumlah ideal ini menimbulkan permasalahan serius bagi manusia di bumi. Krisis pangan, krisis energi, pemanasan global, merebaknya penyakit (virus,bakteri) yang mematikan, polusi, kerusakan lingkungan dan sebagainya.
Tingkat Kelahiran Anjlok
Keresahan akan nasib bumi akibat over populasi telah jadi perhatian sejak lama. Thomas Malthus, seorang pendeta berkebangsan Inggris menuliskan keresahannya terhadap populasi manusia yang semakin banyak dalam bukunya yang terkenal, An Essay on the Principle of Population, Buku tersebut diterbitkan pada 1798, saat itu jumlah manusia di bumi baru sebanyak 800 juta orang. Ia memulai dengan dua pengamatan penting, semua orang perlu makan dan mereka suka berhubungan seks.
Dalam buku tersebut Malthus pun mengambil kesimpulan "Populasi, yang tidak dikendalikan, akan meningkat dalam rasio geometris. Sementara penghidupan meningkat hanya dalam rasio aritmatika. Jika Anda memahami angka, kekuatan pertama akan lebih besar dibandingkan dengan yang kedua," tulis Malthus.
Apa yang disampaikannya itu kini dikenal dengan Teori Malthus. Pertambahan jumlah penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan produksi pangan. Teori ini pun masih relevan hingga kini, buktinya jumlah manusia di Bumi telah mengalami over populasi dan banyak negara mengalami krisis pangan.
baca juga: Bagaimana Populasi Dunia pada 2050?
Di saat populasi manusia cenderung terus bertambah, di beberapa negara malah terjadi penurunan populasi akibat tingkat kelahiran yang berkurang. Seperti yang terjadi di Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Bulgaria dan Ukraina. Perang, gaya hidup dan beban biaya hidup yang tinggi, jadi alasan tingkat kelahiran di negara-negara tersebut anjlok.
Di Indonesia yang kini dihuni oleh sekitar 270 juta penduduk, juga mengalami kecendrungan penurunan populasi. Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2020-20250, menyatakan populasi penduduk Indonesia diprediksi menurun pada 2045. Nigeria dan Pakistan diprediksi bakal menyalip jumlah penduduk Indonesia.
Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tavip Agus Rayanto, menyebutkan penyebab menurunnya populasi RI adalah hasil program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan pemerintah. Masyarakat lebih matang merencanakan untuk menikah atau memiliki momongan.
(hdr)