Indonesia di Tengah Rivalitas Amerika Serikat dengan China

Rabu, 10 Juli 2024 - 21:43 WIB
loading...
Indonesia di Tengah...
Indonesia di Tengah Isu Uighur dan Rivalitas antara Amerika Serikat dengan China menjadi topik diskusi yang digelar ISCS di JW Coffee Garden, Jakarta, Senin, 8 Juli 2024. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Indonesia di Tengah Isu Uighur dan Rivalitas antara Amerika Serikat dengan China menjadi topik diskusi yang digelar ISCS di JW Coffee Garden, Jakarta, Senin, 8 Juli 2024. Tiga pembicara dihadirkan mendalami hubungan internasional dan dinamika geopolitik global.

Mereka adalah Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imron Rosyadi Hamid, Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Veronika Saraswati, dan Peneliti Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani PP Muhammadiyah Fauzan Anwar.

Diskusi tersebut membahas kompleksitas hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat dan China, serta bagaimana isu-isu global seperti konflik Uighur dan rivalitas antara dua kekuatan besar dunia mempengaruhi posisi dan kebijakan luar negeri Indonesia.

Imron memulai pemaparannya dengan menjelaskan sejarah hubungan Indonesia dengan China dan Amerika Serikat. Pada periode 1950-1965, hubungan Indonesia dengan China sangat baik, namun mengalami kebekuan signifikan pada 1966-1989 akibat faktor politik internal dan eksternal.

Memasuki era reformasi, hubungan kedua negara kembali membaik dengan peningkatan kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi, investasi, dan budaya. Di sisi lain, hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat telah menjadi kemitraan yang kuat sejak era Orde Baru hingga sekarang, mencakup bidang perdagangan, militer, dan pendidikan.

Imron juga menyoroti pentingnya prinsip politik luar negeri bebas aktif yang diabadikan untuk kepentingan nasional berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999. “Indonesia berusaha tidak terikat oleh blok-blok kekuatan besar dunia dan aktif dalam menjaga perdamaian serta stabilitas internasional,” katanya.

Selain itu, dia mengingatkan pentingnya prinsip nonintervensi yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB, yang melarang campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain.

Perjanjian AUKUS dan Ketegangan Geopolitik


Veronica Saraswati memaparkan perkembangan ekonomi China sejak 90-an. China kini menjadi investor terbesar di Indonesia. Dirinya menyoroti bagaimana perusahaan-perusahaan besar seperti Tesla dan Apple mendirikan bisnis di China, yang menunjukkan kekuatan dan daya tarik ekonomi negara tersebut.

Veronica juga membahas perjanjian AUKUS antara Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia, yang meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Asia-Pasifik. Perjanjian ini dipandang oleh China sebagai ancaman terhadap stabilitas regional dan upaya AS untuk memperkuat aliansi strategisnya.

Veronica juga menyinggung isu separatisme di Taiwan dan Hong Kong serta bagaimana negara-negara Barat terlibat dalam upaya menyelesaikan masalah ini. Ia menekankan perlunya ASEAN, termasuk Indonesia untuk lebih sadar dan responsif terhadap isu-isu geopolitik seperti AUKUS yang dapat berdampak pada keamanan dan stabilitas kawasan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2544 seconds (0.1#10.140)