Kunjungi Indonesia dan Komitmen Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb Bela Palestina
loading...
A
A
A
Syekh Ahmed Al-Tayeb mengambil banyak keputusan tegas untuk mendukung perjuangan Palestina. Syekh Al-Azhar itu juga mengecam penggunaan hak veto secara sewenang-wenang oleh Amerika untuk ketiga kalinya berturut-turut untuk menghentikan agresi brutal Zionis terhadap Gaza.
Menurutnya, penggunakan hak veto oleh Amerika tidak hanya bentuk bantuan peket baru Amerika terhadap agresi Zionis di Jalur Gaza, tapi juga meruntuhkan usaha yang telah ia bangun bersama pemimpin Katholik Roma, untuk membangun dialog antara Barat dan Timur.
Sebagai bentuk perlawanan atas keputusan veto Amerika, Syekh Al-Azhar menyerukan seluruh dunia untuk campur tangan menghentikan pertumpahan darah di Palestina, dan mengakhiri tindakan brutal Israel terhadap rakyat Palestina.
Ia juga mengecam keras ketidakmampuan Dewan Keamanan untuk mengeluarkan resolusi yang dapat menghentikan agresi Zionis terhadap Gaza setelah lebih dari empat bulan. Itulah di antara wujud aksi bela Palestina yang telah dilakukan Syekh Al-Azhar.
Diplomasi yang dilakukan Syekh Al-Azhar untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina dan mewujudkan perdamaian dunia sejatinya tidak bisa diremehkan.
Di hadapan delegasi 86 negara yang menghadiri Konferensi Internasional Al-Azhar untuk Mendukung Yerusalem, Syekh Ahmed Al-Tayeb mengemukakan bahwa misi Al-Azhar adalah untuk menyebarkan perdamaian di seluruh dunia. oleh karena itu semua utusan dan lulusan Al-Azhar adalah utusan perdamaian di negara-negara di mana mereka tinggal.
Diibaratkan pasien, Palestina merupakan satu dari sekian banyak negara-negara di dunia yang mengidap penyakit. Negara-negara yang berkonflik, diakui ataupun tidak, mayoritas terjadi di belahan dunia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Dalam perspektif Syekh Al-Azhar untuk menyembuhkan negara-negara yang mengidap penyakit itu diperlukan obat berupa dialog. Sementara dialog yang sehat ialah dialog yang mengakui kebebasan, kemajemukan, dan equalitas untuk menyempurnakan sama dengan lainnya.
Pemahaman ini semestinya dimengerti kenapa Syekh Ahmed Al-Tayeb lebih banyak melakukan lawatan ke negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim? Terutama lagi yang di dalamnya terdapat banyak alumni Al-Azhar.
Syekh Ahmed al-Tayeb menganggap alumni-alumni Al-Azhar adalah bagian dari duta-duta yang berperan menjadi second tract diplomat dan dapat menjembatani dialog antara Barat dan Timur.
Di setiap kunjungan Syekh Al-Azhar juga membuka tawaran pendidikan untuk generasi muda Islam di negara yang dikunjunginya untuk melanjutkan studi di Al-Azhar. Diharapkan kelak setelah lulus Azhar, mereka dapat berperan menjadi utusan perdamaian di negara-negara di mana mereka tinggal.
Menurutnya, penggunakan hak veto oleh Amerika tidak hanya bentuk bantuan peket baru Amerika terhadap agresi Zionis di Jalur Gaza, tapi juga meruntuhkan usaha yang telah ia bangun bersama pemimpin Katholik Roma, untuk membangun dialog antara Barat dan Timur.
Sebagai bentuk perlawanan atas keputusan veto Amerika, Syekh Al-Azhar menyerukan seluruh dunia untuk campur tangan menghentikan pertumpahan darah di Palestina, dan mengakhiri tindakan brutal Israel terhadap rakyat Palestina.
Ia juga mengecam keras ketidakmampuan Dewan Keamanan untuk mengeluarkan resolusi yang dapat menghentikan agresi Zionis terhadap Gaza setelah lebih dari empat bulan. Itulah di antara wujud aksi bela Palestina yang telah dilakukan Syekh Al-Azhar.
Humanisme Berkelanjutan
Diplomasi yang dilakukan Syekh Al-Azhar untuk memperjuangkan nasib rakyat Palestina dan mewujudkan perdamaian dunia sejatinya tidak bisa diremehkan.
Di hadapan delegasi 86 negara yang menghadiri Konferensi Internasional Al-Azhar untuk Mendukung Yerusalem, Syekh Ahmed Al-Tayeb mengemukakan bahwa misi Al-Azhar adalah untuk menyebarkan perdamaian di seluruh dunia. oleh karena itu semua utusan dan lulusan Al-Azhar adalah utusan perdamaian di negara-negara di mana mereka tinggal.
Diibaratkan pasien, Palestina merupakan satu dari sekian banyak negara-negara di dunia yang mengidap penyakit. Negara-negara yang berkonflik, diakui ataupun tidak, mayoritas terjadi di belahan dunia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Dalam perspektif Syekh Al-Azhar untuk menyembuhkan negara-negara yang mengidap penyakit itu diperlukan obat berupa dialog. Sementara dialog yang sehat ialah dialog yang mengakui kebebasan, kemajemukan, dan equalitas untuk menyempurnakan sama dengan lainnya.
Pemahaman ini semestinya dimengerti kenapa Syekh Ahmed Al-Tayeb lebih banyak melakukan lawatan ke negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim? Terutama lagi yang di dalamnya terdapat banyak alumni Al-Azhar.
Syekh Ahmed al-Tayeb menganggap alumni-alumni Al-Azhar adalah bagian dari duta-duta yang berperan menjadi second tract diplomat dan dapat menjembatani dialog antara Barat dan Timur.
Di setiap kunjungan Syekh Al-Azhar juga membuka tawaran pendidikan untuk generasi muda Islam di negara yang dikunjunginya untuk melanjutkan studi di Al-Azhar. Diharapkan kelak setelah lulus Azhar, mereka dapat berperan menjadi utusan perdamaian di negara-negara di mana mereka tinggal.