Berdamai dengan Hati, Mengelola Kesehatan Mental Remaja

Kamis, 04 Juli 2024 - 05:30 WIB
loading...
A A A
Novel ini turut menjadi pengingat dan alarm bagi para remaja, sekolah, orang tua, dan lingkungan sekitar bahwa perundungan masih terjadi dan dialami anak remaja usia sekolah. Juga menjadi pengingat dan alarm bagi kita semua agar terus “melawan”, meminimalisir, dan mencegah aksi perundungan di mana dan kapanpun.

Apa pasal? Tentu kita tak ingin mendengar lagi informasi atau berita tentang anak yang rusak jiwa dan mentalnya atau mengisolasi diri dari kehidupan sosialnya atau mengakhiri hidupnya akibat tak tahan dirundung. Ada banyak tamsil.

Pada Juni 2024 saja, geger di jagat maya tentang korban NFN (perempuan, 18) yang merupakan siswi kelas sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat mengalami gangguan kejiwaan hingga berujung meninggal dunia yang disebabkan dugaan perundungan yang dialami korban selama tiga tahun.

Sebelumnya, Februari dan Maret 2024, publik dibuat gempar dengan kasus dugaan perundungan disertai dengan kekerasan fisik yang menimpa korban A (laki-laki, 17), siswa SMA Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Banten. A diduga dirundung oleh 12 siswa SMA Binus School Serpong yang tergabung dalam “Geng Tai”.

baca juga: Peringati Hari Buku Nasional, MNC Peduli Bagikan Buku di Taman Anak Pesisir

Dari 12 siswa itu, di antaranya diduga ada anak pesohor atau public figure. Berdasarkan hasil visum et repertum yang dilakukan pihak Kepolisian, A menderita luka memar di leher, luka lecet di leher, luka bekas sundutan rokok di leher bagian belakang, dan luka bakar pada tangan kiri. Selain itu, dampak psikologis juga dialami A berupa ketakutan, perasaan tertekan, dan stres berat.

Apakah kabar berita seperti dua contoh di atas tak mengiris dan menyayat hati kita? Oleh karena itu, novel “Rindu Tak Ada Ujung” menjadi penegas bagi kita semua, bahwa bullying atau perundungan – apapun bentuknya, siapapun pelakunya, dan bagaimanapun caranya – haruslah dihentikan. Stop bullying! Hentikan perundungan!

Novel ini turut juga memberikan ibrah bahwa para guru di lingkungan sekolah dan orang tua di lingkungan keluarga tak boleh abai dengan segala peristiwa yang dihadapi dan dialami remaja, terkhusus dalam konteks novel ini adalah di lingkungan sekolah.

Khusus orang tua, perlu pula meluangkan waktu lebih banyak untuk anaknya (remaja) agar anak dapat menceritakan situasi, kondisi, atau peristiwa yang sang anak alami selama berada di sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Asel – melalui sosok Mahira – memberikan pesan kuat yaitu orang tua tak boleh sekadar menuntut atau menjadikan anak sebagai mesin pendulang nilai akademik dan/atau prestasi lainnya, tanpa memerhatikan situasi batin (hati) sang anak.

Saya pun teringat penggalan puisi Kahlil Gibran: Anakmu Bukanlah Anakmu/Mereka putera-puteri Kehidupan yang damba kehidupan itu sendiri/Mereka datang melaluimu namun bukan darimu/Dan meski mereka bersamamu, mereka bukan milikmu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1382 seconds (0.1#10.140)