Kolaborasi Jadi Hal Utama Kebangkitan Petani Krisan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kolaborasi dan sinergi dinilai jadi hal Utama untuk bangkit Kembali para petani krisan atau yang akrab disapa bunga seruni. Hal ini terungkap dari langkah Human Initiative (HI) untuk program pemberdayaan petani Krisan.
Kolaborasi ini lewat Sahabat Inisiator, para relawan, dan pemerintah setempat. Bantuan ini tak hanya memulihkan semangat para petani, tapi juga membuka jalan baru untuk bangkit dari keterpurukan.
Langkah ini berawal dari penghasil bunga krisan terbaik, salah satunya adalah Desa Nyalindung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di sini, krisan tak hanya menjadi sumber keindahan, tapi juga mata pencaharian bagi banyak orang. Sudah dari generasi ke generasi budidaya Krisan Hargem di desa itu.
Namun, duka menyelimuti Nyalindung pada 21 November 2022. Gempa bumi dangkal 5,6 magnitudo melanda, menghancurkan banyak lahan Krisan. Para petani pun terpuruk, merasakan penurunan pendapatan akibat bencana.
Karena itu muncul program pemberdayaan petani Krisan, hasil dari kolaborasi Sahabat Inisiator. Program ini tak hanya berfokus pada pemulihan fisik lahan Krisan, tapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan usaha bagi para petani.
Mereka diajarkan teknik budidaya yang lebih modern dan efisien, serta strategi pemasaran yang lebih efektif.
Berkat program ini, para petani Krisan di Nyalindung mulai bangkit. Lahan mereka kembali hijau, hasil panen membaik, dan pendapatan mereka pun kembali pulih.
Pendamping petani Krisan Hargem, Urwah Azizurahman (26) menuturkan, ada 15 petani penggarap lahan sewa.
"Luas lahannya yang digarap 15 petani binaan Human Initiative (HI) tahap pertama ini baru 400 m2x 400 m2, dikelola secara modern, dibuat greenhouse mesti kerangkanya baru dari bambu, namun sudah lumayan baik," ujar Urwah, Senin (24/6/2024).
Metode budidaya menggunakan green house, baik untuk perkembangan pohon, produksi dan melindungi Krisan dari hama. Cuaca ekstrem yang penuh ketidakpastian membuat budidaya bunga ini sering kali tidak mendapatkan hasil yang sesuai harapan.
Bahwa modal awal yang diperlukan para petani lumayan besar, tidak bisa dihindari. Akan tetapi, dengan greenhouse hasil yang diraih lebih optimal.
"Umur Krisan dari tanam hingga menghasilkan bunga siap panen, lebih kurang 90 hari," kata Urwah lagi.
Diharapkan intervensi HI kepada petani Krisan tidak berhenti di sini. Masih banyak dari mereka yang ingin mendapatkan bantuan serupa agar hasil budidayanya terus meningkat, sehingga kehidupan keluarganya lebih baik dari waktu ke waktu.
Urwah berharap HI bersama para pecinta Krisan di Indonesia terus membantu kampanye terkait kebaikan dan eksistensi Krisan agar masyarakat luas semakin mengenal dan menggunakannya.
"Pelatihan tentang strategi pemasaran Krisan harus terus dilakukan. Sebab, sampai saat ini, para petani masih menjual hasil panennya ke tengkulak atau pengepul, sehingga mereka tidak bisa menikmati harga Krisan yang optimal," tutupnya.
Kolaborasi ini lewat Sahabat Inisiator, para relawan, dan pemerintah setempat. Bantuan ini tak hanya memulihkan semangat para petani, tapi juga membuka jalan baru untuk bangkit dari keterpurukan.
Langkah ini berawal dari penghasil bunga krisan terbaik, salah satunya adalah Desa Nyalindung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di sini, krisan tak hanya menjadi sumber keindahan, tapi juga mata pencaharian bagi banyak orang. Sudah dari generasi ke generasi budidaya Krisan Hargem di desa itu.
Namun, duka menyelimuti Nyalindung pada 21 November 2022. Gempa bumi dangkal 5,6 magnitudo melanda, menghancurkan banyak lahan Krisan. Para petani pun terpuruk, merasakan penurunan pendapatan akibat bencana.
Karena itu muncul program pemberdayaan petani Krisan, hasil dari kolaborasi Sahabat Inisiator. Program ini tak hanya berfokus pada pemulihan fisik lahan Krisan, tapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan usaha bagi para petani.
Mereka diajarkan teknik budidaya yang lebih modern dan efisien, serta strategi pemasaran yang lebih efektif.
Berkat program ini, para petani Krisan di Nyalindung mulai bangkit. Lahan mereka kembali hijau, hasil panen membaik, dan pendapatan mereka pun kembali pulih.
Pendamping petani Krisan Hargem, Urwah Azizurahman (26) menuturkan, ada 15 petani penggarap lahan sewa.
"Luas lahannya yang digarap 15 petani binaan Human Initiative (HI) tahap pertama ini baru 400 m2x 400 m2, dikelola secara modern, dibuat greenhouse mesti kerangkanya baru dari bambu, namun sudah lumayan baik," ujar Urwah, Senin (24/6/2024).
Metode budidaya menggunakan green house, baik untuk perkembangan pohon, produksi dan melindungi Krisan dari hama. Cuaca ekstrem yang penuh ketidakpastian membuat budidaya bunga ini sering kali tidak mendapatkan hasil yang sesuai harapan.
Bahwa modal awal yang diperlukan para petani lumayan besar, tidak bisa dihindari. Akan tetapi, dengan greenhouse hasil yang diraih lebih optimal.
"Umur Krisan dari tanam hingga menghasilkan bunga siap panen, lebih kurang 90 hari," kata Urwah lagi.
Diharapkan intervensi HI kepada petani Krisan tidak berhenti di sini. Masih banyak dari mereka yang ingin mendapatkan bantuan serupa agar hasil budidayanya terus meningkat, sehingga kehidupan keluarganya lebih baik dari waktu ke waktu.
Urwah berharap HI bersama para pecinta Krisan di Indonesia terus membantu kampanye terkait kebaikan dan eksistensi Krisan agar masyarakat luas semakin mengenal dan menggunakannya.
"Pelatihan tentang strategi pemasaran Krisan harus terus dilakukan. Sebab, sampai saat ini, para petani masih menjual hasil panennya ke tengkulak atau pengepul, sehingga mereka tidak bisa menikmati harga Krisan yang optimal," tutupnya.
(maf)