Akuisisi PPA-FREMM Italia, Sekadar Transaksional?

Jum'at, 21 Juni 2024 - 11:14 WIB
loading...
A A A
Selain menandatangani MoU BRI, Italia-China juga meneken sekitar 10 kesepakatan di sektor pipa energi, baja dan gas yang ditotal bernilai sekitar 5 miliar Euro. Italia dan Negeri Tirai Bambu itu juga bekerja sama dalam bidang lingkungan, energi berkelanjutan, kesehatan, penerbangan teknologi luar angkasa, infrastruktur dan transportasi.

Berdasar sejumlah referensi, langkah kontroversi Italia tersebut memicu reaksi UE dan Amerika Serikat (AS). Presiden Perancis Emmanuel Macaron misalnya, menganggap Italia turut membantu salah satu saingan utama ekonomi Uni Eropa. Selain itu, apa yang dilakukan Italia berpotensi memperbesar keretakan antara Roma dan sekutu-sekutu tradisionalnya.

Adapun AS mengingatkan BRI tidak mungkin membantu Italia dalam sektor ekonomi, namun justri bisa merusak citra Italia sendiri. AS mengaku khawatir BRI akan memberikan China akses menuju Italia, yang merupakan kawasan yang penuh dengan pangkalan-pangkalan NATO. Tak kalah membahayakan, akses tersebut akan meningkatkan pengaruh China di kawasan Mediterania.

baca juga: Ekosistem Kendaraan Listrik Indonesia hingga IKN Ditawarkan ke Italia

Dalam bidang ekonomi, AS juga khawatir BRI akan membantu perusahaan China bisa mengakses ke sektor-sektor utama ekonomi anggota UE, khususnya bidang telekomunikasi. Indikasinya sudah terlihat dengan gagalnya Paman Sam meyakinkan Italia dan sebagian besar mitranya di Eropa untuk melarang perusahaan Huawei Cina memasukkan jaringan 5G dengan alasan akan ditunggangi kepentingan spionase China.

Hingga saat ini, beberapa negara anggota Uni Eropa telah menandatangani perjanjian BRI, yakni Yunani, Hongaria, Polandia, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Slovenia, Portugal, dan Slovakia. Namun bergabungnya negeri-negeri tersebut tidak begitu mengguncang Benua Biru karena bobot kekuatan ekonomi dan politik mereka tidak sebanding dengan Italia bila menjadi bagian proyek tersebut.

Sikap masa bodoh Italia untuk bekerja sama dengan China dan menegasikan sekutunya di NATO ataupun UE mengindikasikan independensi sekaligus pragmatisme dalam melaksanakan hubungan luar negeri. Bahasa populernya, asal ada keuntungan yang bisa diraih, dengan siapapun kerja sama harus jalan terus.

Keputusan independen Italia tersebut bisa jadi juga mencerminkan national interest Italia yang mengedepankan kepentingan negara. Watak demikian justru membuatnya lentur dalam menjalin kerja sama dengan negara manapun, tanpa harus terbelenggu dengan sikap AS atau negara sekutu lainnya.

Bagaimana hubungan Italia dengan Indonesia? Hubungan diplomatik kedua negara sudah terjalin di fase awal kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 29 Desember 1949, yang ditandai dengan pengakuan Italia atas kemerdekaaan Indonesia. Dengan demikian, hingga kini kerja sama Indonesia-Italia sudah menginjak usia 70 tahun lebih.

Sejak awal, Italia menunjukkan keseriusan dalam menjalani hubungan baik dengan Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan kala Roma mengundang Presiden Soekarno berkunjung pada 1955. Seperti pernah dicatat Willem Oltmans dalam Bung Karno Sahabatku (2001) yang bisa diakses lewat Digitale Bibliotheek voor de Nedherlanse Letteren (DBNL), Italia tidak menggubris protes Belanda yang mengundang musuh utamanya saat itu.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1330 seconds (0.1#10.140)