Bukan Hanya Aman dan Sejuk, Pemilu Harus Jujur dan Adil

Rabu, 17 April 2019 - 00:21 WIB
Bukan Hanya Aman dan Sejuk, Pemilu Harus Jujur dan Adil
Bukan Hanya Aman dan Sejuk, Pemilu Harus Jujur dan Adil
A A A
JAKARTA - Penyelenggaraan yang adil dan jujur akan menjadi kunci Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April berjalan aman, damai dan sejuk. Penilaian ini diungkapkan pengamat politik Effendi Gazali.

Effendi Gazali mengaku sempat bingung saat melihat banyak spanduk di jalan yang hanya bertuliskan damai, sejuk dan aman."Adil dan jujurnya tidak disebutkan. Saya fakta loh ini, lihat saja di jalan-jalan. Tolong dicatat, kita harus tambahkan kata adil dan jujur," kata Effendi dalam acara Diskusi dan Doa Bersama untuk Pemilu yang Jujur, Adil dan Damai Feat Sabyan Gambus, di Jakarta, Selasa (16/4/2019).

Effendi mengatakan, poin jujur merupakan sangat penting dalam pemilu. Jujur menjadi pangkal dalam konteks komunikasi politik terjadinya pemilu yang damai, aman dan sejuk.

Dia menganologikan arti kejujuran layaknya pertandingan sepakbola, di mana gol tetap disahkan meski sebelumnya terjadi pelanggaran."Ada pemain lain melakukan pelanggaran lalu memasukan bola, kita mau marah, lalu disuruh aman, damai. Itu bisa? Jarang sepakbola seperti itu, kalah 8-0 tapi berakhir sejuk," ujarnya.

Effendi menilai, salah satu ketidakjujuran yang utama dan terjadi saat ini adalah keberadaan lembaga survei. Alasannya, sejumlah lembaga tersebut selalu mengatakan pelaksanaan survei dibiayai sendiri. Padahal banyak yang tahu jika lembaga tersebut dibiayai pihak tertentu.

"Jika biaya sendiri, masak kerjaannya cuma menyerang pihak tertentu. Kalau Rocky Gerung bilangnya dungu, saya bilangnya gangguan kesehatan jiwa, agak ilmiah," jelasnya.

Effendi berpesan, empat hal penting untuk mencapai pemilu yang adil dan dan damai. Pertama adalah salat subuh berjamaah dan dilanjutkan dengan mendaftar awal ke TPS. Kedua, warga diminta tidak takut jika melihat alat-alat berat atau alat-alat polisi di sekitar TPS. Keberadaan alat dan personel kepolisian untuk mengamankan semua pihak.

"Ketiga, jangan pernah takut berbeda dengan lembaga survei, mereka ingin memengaruhi kita sebelum masuk TPS bahwa kita kalah. Pilihlah dengan hati dan jangan takut," ujarnya. Keempat, kepada warga untuk menunggu penghitungan suara hingga selesai. Minimal yang perlu ditunggu adalah hasil penghitungan suara pemilihan presiden.

Pengamat Tata Negara Irman Putra Sidin menambahkan, demokrasi yang dibangun dari nilai-nilai agama pasti menghasillkan adil dan jujur. Menurut dia, biaya demokrasi akan sangat murah jika dibangun dengan nilai-nilai agama.
Terkait konteks pemilihan presiden, lanjut dia, pemilihan nanti bukan sedang mencari pemenang dari sebuah pertarungan kekuasaan.

"Besok masyarakat akan memilih presiden yang akan bersumpah di hadapan Tuhan dan menjalankan kewajibannya selurus-lurusnya. Presiden kuasanya besar sekali, bisa membawa kemuliaan dan kezaliman. Salah pilih sedikit, kita yang tanggung jawab sebagai pemilih, dan ini bukan tanggung jawab duniawi semata," ujarnya.

Koordinator Nasional GMI Tarisa Anindita Tutuko meminta milenial
untuk mengawal pemilu yang jujur dan damai. "Intinya jangan mau kita dicurangi, tolong dijaga pokoknya jangan sampai ada kecurangan dan kita harus damai," tegasnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5252 seconds (0.1#10.140)