Sepenggal Cerita Ratu Kelelawar di Balik Sejarah Panjang Pendirian RS Mata Achmad Wardi Serang

Rabu, 12 Juni 2024 - 12:32 WIB
loading...
A A A
Bobby yang tergabung dalam tim asesmen pembangunan awal RS Mata Achmad Wardi, menuturkan, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mengusir kawanan kelelawar. Ini lantaran kelelawar yang diusir dengan cara diasap tersebut kembali lagi ke bangunan yang hendak dibongkar, dan ini terus berulang.

Malah kata Bobby, beberapa kelelawar yang diusir berpindah sarang ke rumah-rumah warga di sekitar. Alhasil warga pun protes dan marah. Setelah diberitahu jika kelelawar yang hidupnya berkoloni tersebut sama halnya seperti lebah, yakni ada ratunya atau induknya, barulah pihak Dompet Dhuafa mendapat trik untuk mengusir kelelawar.

“Ternyata selama ratunya tersebut belum diusir atau dipindahkan, kawanan kelelawar itu tidak akan pergi. Akhirnya ratu kelelawar yang ukurannya besar sekali, ada seukuran tangan orang dewasa itu kami temukan. Setelah ratunya diusir, bangunan lamanya kita robohkan, barulah kawanan kelelawar tersebut tidak pernah kembali lagi,” tutur Bobby.

Sepenggal Cerita Ratu Kelelawar di Balik Sejarah Panjang Pendirian RS Mata Achmad Wardi Serang

Bincang santai bersama wartawan di aula RS Mata Achmad Wardi, Serang,
Provinsi Banten, Rabu (5/6/2024).


Setelah berhasil mengusir kelelawar bukan berarti pembangunan RS Mata Achmad Wardi berjalan mulus. Banyak kendala yang mesti diurai satu persatu, terutama soal sarana dan pendanaan. Bahkan awalnya rumah sakit yang didirikan bukan khusus diperuntukkan untuk mata, melainkan untuk melayani kesehatan ibu dan anak (RSIA).

Setelah melalui kajian mendalam, akhirnya tim bersepakat jika rumah sakit yang didirikan hanya khusus untuk melayani kesehatan dan pengobatan mata. Alasan mendasar rumah sakit ini khusus untuk mata, karena rumah sakit untuk pengobatan umum sudah banyak, dan sudah banyak pula tempat layanan kesehatan seperti puskesmas dan klinik di Serang.

“Selain itu, waktu itu juga terpikir sepertinya terlalu rumit persiapannya kalau mau bangun rumah sakit umum. Harus ngurus banyak persyaratan, pembiayaan dan seabrek sarana yang harus diadakan,” kata Bobby.

Khusus soal pembiayaan, menurut Bobby, pendirian RS Mata Achmad Wardi terbantu dengan besarnya antusiasme para para wakif serta nazhir BWI dan Dompet Duafa. Bahkan ada nazhir yang secara kelembagaan seperti swasta dan BUMN, yang bahu-membahu menitipkan aset wakafnya untuk pembangunan RS Mata Achmad Wardi.

“Alhamdulillah, berkat dukungan dari banyak pihak terutama para nazhir BWI dan Dompet Duafa, akhirnya berdiri RS Mata Achmad Wardi. Diharapkan RS Mata Achmad Wardi semakin berkembang dan semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari rumah sakit mata pertama berbasis wakaf ini,” tandasnya.

Diketahui, RS Mata Achmad Wardi adalah satu-satunya rumah sakit di Provinsi Banten yang menggunakan teknik operasi tanpa jahit serta menggunakan alat-alat medis terkini dengan layanan unggulan Vitreoretina dan Cataract Centre. Selain itu, RS Mata Achmad Wardi juga membuka Unit Gawat Darurat (UGD) untuk pelayanan kesehatan umum, serta fasilitas Retina dan Glaukoma Center.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1118 seconds (0.1#10.140)