Multiplier Ekonomi Haji

Senin, 10 Juni 2024 - 09:32 WIB
loading...
Multiplier Ekonomi Haji
Staf Khusus Menteri Keuangan, Candra Fajri Ananda. Foto/SINDOnews
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan

IBADAH haji memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat muslim, melampaui sekadar kewajiban religius. Sebagai salah satu dari lima rukun Islam, haji merupakan puncak pengabdian dan ketundukan seorang muslim kepada Allah SWT. Pelaksanaan haji mempertemukan jutaan umat Muslim dari seluruh dunia, mengenakan pakaian ihram yang sama, menghapus segala perbedaan status sosial dan ekonomi, dan menegaskan prinsip kesetaraan serta persaudaraan dalam Islam. Akan tetapi, meski pelaksanaan haji adalah salah satu bentuk ibadah orang muslim atau ummat Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT dan merupakan sebagai satu kewajiban, namun ibadah haji hanya diwajibkan kepada orang muslim yang mampu, baik mampu secara fisik maupun finansial. Artinya, meski ibadah haji adalah salah satu dari 5 rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, namun ibadah haji adalah salah satu dari rukun islam yang tidak hanya mengandalakan fisik tetapi salah satu ibadah yang juga menitikberatkan kepada aspek finansial.

Berbicara tentang kemampuan finansial yang menjadi salah satu pendukung terlaksananya ibadah haji, maka bersinggungan dengan aspek ekonomi adalah sebuah keniscayaan. Hal tersebut lantaran dalam kegiatan haji juga erat melibatkan aktivitas konsumsi, kegiatan distribusi dan kegiatan produksi. Artinya, selain sebagai salah bentuk ibadah atau kewajiban bagi umat Islam, ibadah haji juga melibatkan aspek ekonomi yang berperan didalamnya, baik itu kegiatan konsumsi, produksi maupun distribusi. Oleh sebab itu, tak heran bila ibadah haji, sebagai salah satu rukun Islam, tidak hanya memiliki makna spiritual bagi masyarakat muslim, melainkan juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Setiap langkah dalam perjalanan seorang jemaah, memiliki kontribusi pada aktivitas ekonomi yang lebih besar. Setiap tindakan berbelanja oleh jemaah haji, dari pembelian tiket hingga oleh-oleh, tidak hanya memenuhi kebutuhan individu tetapi juga memicu rangkaian transaksi yang menggerakkan ekonomi di berbagai sektor. Perputaran ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas haji menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan memperkuat perekonomian lokal dan nasional. Sehingga, ibadah haji bukan hanya sebuah perjalanan spiritual, tetapi juga sebuah motor penggerak ekonomi yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Ibadah Haji dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, ekonomi haji di Indonesia memainkan peran vital dalam menggerakkan roda perekonomian. Di tahun 2024 ini, Indonesia menjadi negara pengirim delegasi haji terbesar di dunia dengan kuota 241.000 jemaah dengan rincian 221.00 kuota normal dan 20.000 kuota tambahan. Selain itu, hamper 596.000 orang Indonesia berkunjung ke Arab Saudi untuk umrah (haji kecil) dalam lima bulan terakhir ini, dengan total diperkirakan mencapai 1,5 juta pada akhir tahun ini. Secara total, jumlah jemaah haji dan umrah asal Indonesia pada tahun 2024 diproyeksikan mencapai 1,8 juta atau meningkat 11% dibanding tahun sebelumnya. Oleh karenanya, tidak diragukan lagi bahwa haji dan umrah tahunan memiliki implikasi ekonomi yang signifikan bagi Indonesia maupun Arab Saudi, khususnya dalam rantai pasok barnag dan jasa yang diperlukan oleh aktivitas tersebut.

Besarnya jumlah haji dan umrah di Indonesia membuka berbagai potensi bisnis yang bisa menciptakan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Bagi negara, penerimaan dari pajak dan biaya administrasi terkait perjalanan ibadah haji dan umrah dapat menjadi salah satu sumber penerimaan pemerintah melalui berbagai pajak seperti pajak keberangkatan, pajak barang dan jasa terkait perjalanan, serta pajak dari perusahaan travel yang mengorganisir perjalanan haji dan umrah. Selain itu, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat seiring dengan tingginya permintaan terhadap berbagai layanan dan produk terkait, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga suvenir.

Dapat dipastikan bahwa setiap tahun tak sedikit jemaah haji membutuhkan berbagai layanan dan produk, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga perlengkapan ibadah, yang membuka peluang besar bagi berbagai sektor ekonomi. Hal tersebut membuka peluang bisnis bagi berbagai sektor ekonomi. Maskapai penerbangan, perusahaan travel, hotel, serta jasa katering mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan haji. Selama bulan haji, maskapai penerbangan dan perusahaan travel meraup keuntungan besar dari penjualan tiket dan paket perjalanan haji. Transportasi udara merupakan pengeluaran terbesar para jemaah haji dan umrah, mencakup 35%-50% dari toal biaya ibadah haji dna umrah. Pun hotel dan akomodasi menyumbang 25%-35%, dengan beragam pilihan penginapan.

Oleh sebab itu, bukan hal mustahil bila berbagai hotel di kota-kota keberangkatan utama juga mengalami peningkatan okupansi hingga memberikan dorongan signifikan bagi industri perhotelan. Layanan makan juga mencakup 5% dari biaya untuk menjamin kesejahteraan jemaah. Di samping itu, transportasi lokal, termasuk bus menyumbang 5% dari pengeluaran yang sangat penting bagi aktivitas jemaah. Bahkan, sektor kesehatan dan layanan pendukung seperti asuransi perjalanan dan bimbingan ibadah turut mendapatkan manfaat ekonomi. Setidaknya, para jemaah akan mengeluarkan 5% dari total biaya untuk visa dan asuransi.

Selain itu, adanya permintaan yang tinggi terhadap perlengkapan ibadah, pakaian, dan oleh-oleh haji, turut menggerakkan sektor ritel dan manufaktur. Begitu juga di daerah-daerah yang menjadi titik keberangkatan dan pemulangan jemaah, seperti di sekitar bandara internasional, terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan. Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) seringkali mendapatkan keuntungan dari peningkatan arus penumpang, yang membutuhkan berbagai layanan dan produk. Setidaknya, calon jemaah haji kerap mengeluarkan biaya persiapan ketika jelang keberangkatan. Lebih dari 70% jemaah haji mengaku bahwa mereka melakukan belanja pakaian sebelum berangkat haji. Ada sebagian kecil yang melakukan perbelanjaan makanan, obat-obatan, koper atau ransel, alat komunikasi, dan lainnya.

Berdasarkan hasil asesmen terhadap Tabel Input-Ouput (IO) 185 sektor, ditemukan bahwa sektor perekonomian dalam negeri yang terdampak tidaklah sedikit. Tatkala seorang calon jemaah haji melakukan perbelanjaan makanan, obat-obatan, dan untuk syukuran, secara tidak langsung terdapat lebih dari 15 sektor perekonomian lain yang menerima spillover effect. Secara total, IDEAS memperkirakan bahwa spillover effect dari kegiatan perbelanjaan calon jemaah haji di dalam negeri akan menyebar ke 101 sektor perekonomian. Luasnya daya sebar dari perbelanjaan jemaah sebelum keberangkatan haji dan umrah menunjukkan masifnya dampak ekonomi dari haji dan umrah. Berdasarkan hasil indeks potensi ekonomi haji terdapat lima provinsi yang angkanya di atas rata-rata 0.33. Artinya, 5 daerah ini penyumbang kontribusi potensi terbesar secara ekonomi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Banten.

Pada sektor keuangan, khususnya perbankan, kegiatan haji dan umrah memberikan dampak positif melalui peningkatan jumlah transaksi dan penggunaan layanan perbankan. Banyak bank menawarkan produk tabungan khusus haji dan umrah yang memfasilitasi nasabah dalam merencanakan dan menyimpan dana untuk keperluan ibadah ini. Program pembiayaan haji dan umrah juga merupakan salah satu layanan unggulan yang meningkatkan likuiditas dan profitabilitas perbankan. Lembaga keuangan lainnya, seperti perusahaan asuransi, juga mendapatkan manfaat dari meningkatnya permintaan asuransi perjalanan yang dibutuhkan oleh jemaah. Secara keseluruhan, kegiatan haji dan umrah bukan hanya berdampak pada peningkatan pendapatan negara melalui berbagai pajak dan biaya, tetapi juga memperkuat sektor keuangan dengan menyediakan berbagai produk dan layanan keuangan yang spesifik.

Ekonomi haji mutlak memiliki efek multiplier yang besar. Uang yang dibelanjakan para Jemaah haji beredar di berbagai sektor, menciptakan efek berantai yang memperkuat perekonomian. Oleh sebab itu, optimalisasi potensi ekonomi dari ibadah haji dan umrah sangat penting untuk dicermati demi memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Terlebih, potensi keuntungan ekonomi ibadah haji dan umrah bagi Indonesia akan semakin besar seiring dengan visi Kerajaan Arab Saudi tahun 2030 yang akan menambah kuota jemaah haji dan umrah untuk seluruh negara menjadi 30 juta per tahun. Jumlah tersebut meningkat 200% dibanding jumlah saat ini. Lebih lanjut, berbagai sektor yang terkena dampak langsung dari potensi bisnis tersebut akan berpotensi menawarkan penciptaan lapangan kerja baru yang signifikan dan dapat menyerap tenaga kerja di berbagai daerah hingga pedesaan.

Optimalisasi Potensi Ekonomi Haji

Optimalisasi ekonomi sebagai efek dari haji maupun umrah di Indonesia merupakan langkah strategis yang memerlukan pendekatan holistik dan kolaboratif. Sebagai negara yang memiliki jumlah jemaah terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dari kegiatan haji, mulai dari infrastruktur dan layanan, hingga pengembangan industri pendukung. Demi mewujudkan potensi ini, diperlukan serangkaian solusi yang mencakup peningkatan infrastruktur, digitalisasi proses administrasi, pengembangan industri lokal, optimalisasi peran perbankan, edukasi keuangan, kerjasama internasional, serta penguatan regulasi dan pengawasan.

Pengembangan industri pendukung juga sangat penting. Indonesia bisa memaksimalkan potensi ekonomi dengan mendorong produksi barang-barang yang dibutuhkan jemaah haji, seperti pakaian ihram, perlengkapan ibadah, dan makanan halal. Seiring dengan hal tersebut, Indonesia sekaligus dapat mempromosikan produk-produk lokal, sehingga tidak hanya akan meningkatkan pendapatan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) melainkan juga mengurangi ketergantungan pada impor.

Selanjutnya, peran perbankan dan lembaga keuangan juga perlu dioptimalkan. Bank bisa menawarkan lebih banyak produk tabungan haji yang kompetitif, dengan bunga atau imbal hasil yang menarik. Lembaga keuangan syariah juga bisa menyediakan layanan pembiayaan dengan skema yang sesuai syariah guna memudahkan calon jemaah yang belum memiliki dana cukup untuk menjalankan ibadah haji. Selain itu, program edukasi keuangan yang intensif dapat membantu masyarakat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik untuk persiapan haji.

Pada bidang internasional, pemerintah perlu menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan Pemerintah Arab Saudi untuk mendapatkan kuota haji yang lebih besar dan memperbaiki layanan haji. Kerja sama tersebut juga bisa mencakup pengembangan fasilitas dan layanan khusus untuk jemaah Indonesia di Tanah Suci, memastikan bahwa para jemaah mendapatkan layanan yang optimal.

Sejatinya, pintu bagi Inodnonesia untuk dapat mengoptimalkan potensi ekonomi dari ibadah haji dan umrah sangat terbuka. Melalui berbagai pendekatan terpadu tersebut, Indonesia tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kenyamanan bagi jemaah, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat industri dalam negeri. Tentu saja, upaya tersebut memerlukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mencapai hasil yang maksimal. Semoga.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1515 seconds (0.1#10.140)