ASN Polri Dimintai Waspadai Penyebaran Paham Radikal di Lingkungan

Kamis, 06 Juni 2024 - 22:11 WIB
loading...
ASN Polri Dimintai Waspadai...
Acara Pembinaan Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme kepada Pegawai Negeri pada Polri dan Keluarga di Lingkungan Mabes Polri di Jakarta, Rabu (5/6/2024). FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di Polri dan keluarganya harus mewaspadai penyebaran paham radikalisme, terorisme, dan perbuatan intoleransi di lingkungan sekitar. Sebab, bukan tidak mungkin paham paham tersebut dapat masuk di lingkungan kerja dan juga tempat tinggalnya.

Hal tersebut dikatakan Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Roedy Widodo saat menjadi narasumber dalam acara Pembinaan Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme kepada Pegawai Negeri pada Polri dan Keluarga di Lingkungan Mabes Polri di Jakarta, Rabu (5/6/2024).

"Untuk mengenal bahaya paham radikalisme, intoleransi maupun terorisme ini harus diketahui sejak awal sebagai pembekalan untuk diri kita sendiri. Bahkan bukan hanya seorang ASN ataupun anggota (polisi) saja, tetapi juga untuk seluruh masyarakat," kata Roedy Widodo.

Dalam pembinaan yang mengambil tema 'Bersama Menangkal Radikalisme Menuju Indonesia Maju' yang diikuti sebanyak 120 orang ASN Mabes Polri secara offline dan seluruh ASN Polri di seluruh Polda secara hybrid/daring tersebut, Roedy Widodo mengungkapkan pembekalan kepada pegawai negeri dan juga anggota Polri ini menjadi bagian yang sangat penting untuk dipahami mengenai bahaya penyebaran paham tersebut.

"Karena dari hasil survei atau penelitian, dimana sebanyak 72% itu toleran, tetapi dari sisanya yang hampir 30% itu sudah intoleran, baik itu pasif maupun aktif dan 5%-nya sudah terpapar. Oleh karena itu kita harus memahami atau kalau sudah memahami kita bisa mencegah apa yang perlu diantisipasi. Karena tindak pidana dari aksi terorisme yang terjadi di Indonesia ini sasarannya mengarah kepada perempuan, remaja dan anak-anak," kata alumni Akmil tahun 1990 ini.

Menurutnya, dalam melindungi ASN Polri dan keluarganya dari pengaruh paham radikal terorisme dan intoleransi perlu membekali diri dengan pengetahuan yang bagus atau kuat untuk dapat meningkatkan public resilience (daya tahan) ataupun imunitas agar tidak terpapar paham radikal.

"Seperti halnya kalau kita terkena virus Covid-19, agar tidak terkena virus Covid tersebut, maka harus diobati dengan imunisasi. Maka agar kita tidak terpapar paham radikal diri kita juga harus seimbang agar imun dari paham paham tersebut. Caranya yaitu kita harus bekali dengan berbagai macam pengetahuan ataupun pengalaman-pengalaman terkait dengan bahaya radikalisme dari sejak dini," ujar mantan Kepala Biro Penrencanaan, Hukum dan Humas BNPT ini.

Roedy menjelaskan, dari hasil penelitian, saat ini kelompok perempuan, remaja, dan anak-anak menjadi target untuk direkrut oleh kelompok radikal, terorisme, dan intoleran tersebut. Pola rekruitmen yang dilakukan saat ini menggunakan kemajuan teknologi informasi yaitu internet melalui platform media sosial.

"Ini yang harus diwaspadai oleh kita semuanya. Karena kelompok-kelompok tersebut cara merekrutnya tidak lagi bertemu langsung seperti dulu, tetapi sudah memanfaatkan teknologi digital atau internet dengan menggunakan media sosial seperti WhattAp, Telegram, dan sebagainya. Terutama terhadap tiga kelompok rentan tersebut yaitu perempuan, remaja, dan anak-anak," ujarnya.

Mantan Dandim 0603/Lebak ini berharap kepada ASN dan juga anggota Polri ke depannya. Untuk dapat lebih mewaspadai pola pola rekruitmen yang dilakukan kelompol radikal terorisme sebagai upaya menangkal paham ataupun bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme dari awal.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1205 seconds (0.1#10.140)