Kawal Pemerintahan Prabowo-Gibran, Tokoh Lintas Agama: Kritik Perlu untuk Perbaikan
loading...
A
A
A
Hal inilah yang diharapkan terjadi kepada para pimpinan partai dan pimpinan politik di Indonesia agar bisa saling kumpul agar situasi di antara mereka bisa cair."Karena budaya ini sesungguhnya tanpa sadar, enggak pakai ngomong pun sudah cair semuanya dalam situasi apa pun,” ucapnya.
Ketua Umum Dewan Rohanian Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) 2018-2022, XS Budi Santoso Tanuwibawa mengatakan, kontestasi Pemilu 2024 telah selesai. "Pasti ada suka atau tidak suka. Ada kekecewaan atau tidak. Tapi apa pun namanya, negara harus bergerak, kita semua setuju untuk memberi ruang dan kesempatan yang dapat mandat untuk meneruskan kepemimpinan Indonesia yang lebih baik," kata Budi.
Budi menilai, tidak perlu seluruh pihak dapat dirangkul untuk bisa masuk ke dalam pemerintahan. Untuk berjalannya pemerintahan ke depan dibutuhkan opisisi untuk menjadi penyeimbang atau pengawas pada jalannya pemerintahan yang baru.
"Tetap diperlukan orang-orang partai maupun pikiran-pikiran yang mampu menyeimbangkan agar kebijakan itu mendapatkan masukan positif agar tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu akan sangat berbahaya," tegasnya.
Budi menegaskan, dirinya bersama para tokoh lintas agama di Indonesia siap mengawal pemerintahan baru. "Kita semua termasuk tokoh agama, harus berani berdiri di belakang mereka yang mampu menyuarakan suara lain selama suara itu demi kebaikan Indonesia," tuturnya.
Pihaknya menyebut banyak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia mulai dari persoalan hukum, etika dan sebagainya. Dalam menanggapi berbagai persoalan, tidak perlu menanggapinya hanya dengan tudingan-tudingan. "Karena ada satu pendapat jangan-jangan ketika kita tidak beretika, ketika diminta untuk untuk mengajukan contoh yang mampu atau punya etika, ternyata tidak ada, termasuk kita sendiri," tuturnya.
Oleh karena itu, kata Budi, para tokoh lintas agama di Indonesia ini siap mengambil peran untuk membina umat beragamanya agar menjadi umat yang beretika. Salah satu aspek yang perlu diperbaiki, menurut Budi, sifat keserakahan manusia yang tidak akan mampu dipenuhi kebutuhannya oleh dunia.
Karena pada dasarnya, dunia ini mampu memenuhi kebutuhan manusia yang tidak serakah. “Nah inilah yang perlu kita lakukan sehingga, kita mampu mengedukasi umat masing-masing. Kita bisa menjadi kembali ke fitrahnya, manusia Indonesia yang gotong royong," ungkapnya.
Para tokoh lintas agama ini sangat berharap, semua pihak dapat bersatu memikirkan Indonesia. Termasuk dari para pemimpin Indonesia bisa duduk bersama untuk menuangkan pikirannya untuk bangsa dan negara. Menurutnya, perbedaan yang terjadi, kalah dan menang dalam kontestasi adalah hal yang biasa. Tetapi ketika ada masalah yang menimpa Indonesia, semua pihak bisa menyisihkan perbedaan itu untuk kepentingan bersama.
Senada, Romo Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan, diperlukan rasa saling menghargai martabat di antara sesama manusia dan warga negara Indonesia. Hal inilah yang menjadi akar terjadinya berbagai persoalan di Indonesia. "Satu ditindas yang lain menindas, itu kan tidak menghargai. Satu flexing, satu enggak bisa makan," ujarnya.
Ketua Umum Dewan Rohanian Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) 2018-2022, XS Budi Santoso Tanuwibawa mengatakan, kontestasi Pemilu 2024 telah selesai. "Pasti ada suka atau tidak suka. Ada kekecewaan atau tidak. Tapi apa pun namanya, negara harus bergerak, kita semua setuju untuk memberi ruang dan kesempatan yang dapat mandat untuk meneruskan kepemimpinan Indonesia yang lebih baik," kata Budi.
Budi menilai, tidak perlu seluruh pihak dapat dirangkul untuk bisa masuk ke dalam pemerintahan. Untuk berjalannya pemerintahan ke depan dibutuhkan opisisi untuk menjadi penyeimbang atau pengawas pada jalannya pemerintahan yang baru.
"Tetap diperlukan orang-orang partai maupun pikiran-pikiran yang mampu menyeimbangkan agar kebijakan itu mendapatkan masukan positif agar tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu akan sangat berbahaya," tegasnya.
Budi menegaskan, dirinya bersama para tokoh lintas agama di Indonesia siap mengawal pemerintahan baru. "Kita semua termasuk tokoh agama, harus berani berdiri di belakang mereka yang mampu menyuarakan suara lain selama suara itu demi kebaikan Indonesia," tuturnya.
Pihaknya menyebut banyak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia mulai dari persoalan hukum, etika dan sebagainya. Dalam menanggapi berbagai persoalan, tidak perlu menanggapinya hanya dengan tudingan-tudingan. "Karena ada satu pendapat jangan-jangan ketika kita tidak beretika, ketika diminta untuk untuk mengajukan contoh yang mampu atau punya etika, ternyata tidak ada, termasuk kita sendiri," tuturnya.
Oleh karena itu, kata Budi, para tokoh lintas agama di Indonesia ini siap mengambil peran untuk membina umat beragamanya agar menjadi umat yang beretika. Salah satu aspek yang perlu diperbaiki, menurut Budi, sifat keserakahan manusia yang tidak akan mampu dipenuhi kebutuhannya oleh dunia.
Karena pada dasarnya, dunia ini mampu memenuhi kebutuhan manusia yang tidak serakah. “Nah inilah yang perlu kita lakukan sehingga, kita mampu mengedukasi umat masing-masing. Kita bisa menjadi kembali ke fitrahnya, manusia Indonesia yang gotong royong," ungkapnya.
Para tokoh lintas agama ini sangat berharap, semua pihak dapat bersatu memikirkan Indonesia. Termasuk dari para pemimpin Indonesia bisa duduk bersama untuk menuangkan pikirannya untuk bangsa dan negara. Menurutnya, perbedaan yang terjadi, kalah dan menang dalam kontestasi adalah hal yang biasa. Tetapi ketika ada masalah yang menimpa Indonesia, semua pihak bisa menyisihkan perbedaan itu untuk kepentingan bersama.
Senada, Romo Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan, diperlukan rasa saling menghargai martabat di antara sesama manusia dan warga negara Indonesia. Hal inilah yang menjadi akar terjadinya berbagai persoalan di Indonesia. "Satu ditindas yang lain menindas, itu kan tidak menghargai. Satu flexing, satu enggak bisa makan," ujarnya.