Kepahlawanan Ulama dan Cita-cita Bangsa

Selasa, 18 Agustus 2020 - 15:49 WIB
loading...
Kepahlawanan Ulama dan Cita-cita Bangsa
KH Cholil Nafis
A A A
Cholil Nafis
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat

Ketidakpahaman terhadap sejarah maka kita tidak akan mampu merajuk masa depan. Pandangan akan jauh menatap ke depan jika mengenal sejarahnya. Tahu cita-cita para perjuang dalam meraih kemerdekaan, membuat kita lebih semangat mengisi kemerdekaan demi menggapai cita-citanya.

Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan Indonesia sebagiannya adalah berkat perjuangan ulama. Misalnya, Syekh Yusuf al-Maqassari (1626-1629M). Ulama terkenal ini tidak hanya mengajar dan menulis kitab keagamaan, tetapi juga memimpin sekitar 4.000 pasukan di hampir seluruh wilayah Jabar.

Syekh Abd al-Shamad al-Palimbani (1704-1789), asal Palembang yang menetap di Mekkah, mendorong kaum muslim nusantara untuk jihad melawan penjajah. Dalam kitabnya, Nashihah al-Muslim wa-Tadzkirah al-mu’minin fi-Fadhail al-Jihad fi-Sabilillah wa-Karamah al-Mujahidin fi-Sabilillah.

Dalam buku The Achehnese, yang dikutip Azyumardi Azra, Snouck Hurgronje menyebutkan bahwa karya Syekh al-Palimbani merupakan sumber rujukan utama berbagai karya mengenai jihad dalam Perang Aceh melawan Belanda. Kitab ini menjadi imbauan agar kaum muslim berjuang melawan kaum kafir.

Syaikh Nawawi Al-Bantani merupakan sumber inspirasi perjuangan bangsa Indonesia. Beliau berhasil membentuk suatu koloni Jawi di Mekkah. Pada Koloni ini beliau dapat menanamkan jiwa patrionalisme dan nasionalisme dalam melawan menjajah kolonial baik di Banten atau di nusantara.

Spirit nasioanlisme ditanamkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani kepada murid-muridnya yang berasal dari nusantara yang kelak menjadi tokoh-tokoh vital para pejuang bangsa seperti KH Hasyim Asyari (pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Syaikhana Khalil Bangkalan.

Kegigihan ulama tentu tak lepas dari konsep jihad yang mereka pegang. Bagi mereka, penjajah adalah orang zhalim yang telah merampas kedaulatan umat Islam serta ingin menghancurkan agama Islam. Jadi, memerangi penjajah termasuk jihad dan wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya.

Posisi penasihat PETA dipilihlah KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan pendiri pesantren Tebu Ireng, Jombang. Sebagai penasihat PETA, KH Hasyim Asy’ari berhasil menanamkan roh jihad di tiap dada prajurit-prajurit. Beliau selalu menanamkan bahwa tujuannya adalah perang di jalan Allah.

Pembentukan Laskar Hizbullah- Sabilillah diawali ketika Jepang mulai memobilisasi para pemuda Indonesia untuk bergabung menjadi Heiho (pembantu tentara) guna kepentingan perang pasifik. Pengurus barisan Sabillilah adalah KH Masykur dan W Wondoamiseno, tokoh masyumi pusat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1163 seconds (0.1#10.140)