Kukuhkan Guru Besar Pertama Poltekesos Bandung, Begini Pesan Mensos Risma

Kamis, 25 April 2024 - 17:27 WIB
loading...
Kukuhkan Guru Besar...
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung yang berada di bawah Kementerian Sosial RI, untuk pertama kalinya mengukuhkan guru besar. (Foto: dok Poltekesos Bandung)
A A A
BANDUNG - Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung yang berada di bawah Kementerian Sosial RI, untuk pertama kalinya mengukuhkan guru besar sejak didirikan pada 1964 dengan nama Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS). Pengukuhan yang dilaksanakan melalui Sidang Terbuka Senat Poltekesos Bandung ini dihadiri oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini pada Kamis (25/4/2024).

Dalam sambutannya, Mensos Risma mengucapkan selamat kepada Ellya Susilowati yang telah mencapai jabatan tertinggi dalam karier sebagai tenaga pendidik atau dosen, yaitu guru besar (profesor).

“Pencapaian jabatan guru besar bagi seorang dosen bukan saja menjadi capaian pribadi, namun juga menjadi capaian Poltekesos Bandung yang sangat penting. Pengukuhan jabatan guru besar Prof. Ellya Susilowati, Ph.D hari ini (Kamis, 25 April 2024) harus menjadi motivasi dan menginspirasi bagi para dosen lain untuk segera menjadi guru besar,” kata Mensos Risma.

Diketahui, Poltekesos Bandung saat ini memiliki SDM Dosen dengan jabatan Lektor Kepala dan berpendidikan doktor (S3) yang cukup banyak. Menurut Risma, hal tersebut merupakan potensi yang luar biasa untuk menambah jumlah guru besar.

Kukuhkan Guru Besar Pertama Poltekesos Bandung, Begini Pesan Mensos Risma

Pengukuhan jabatan guru besar Prof. Ellya Susilowati, Ph.D. (Foto: dok Poltekesos Bandung)

Semakin banyak jumlah guru besar, tentu keberadaan Poltekesos Bandung akan diakui oleh masyarakat dan dunia. Lantaran, jabatan guru besar dapat menunjukkan pengakuan akan kompetensi di bidang keahlian.

“Dengan semakin banyaknya guru besar di Poltekesos Bandung menunjukkan bahwa semakin banyak pakar dalam bidang keahlian pekerjaan sosial dan akan berdampak pada peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan di Poltekesos Bandung. Pada akhirnya, akan berdampak pula pada mutu lulusan yang akan menjadi SDM kesejahteraan sosial,” ujarnya.

Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa, khususnya dalam menyediakan dan peningkatan SDM kesejahteraan sosial yang unggul dan memiliki daya saing di tingkat global atau internasional.

Selain itu, Mensos Risma menuturkan bahwa dalam melaksanakan peran perguruan tinggi, Poltekesos Bandung akan menghadapi berbagai tantangan di masa depan dalam membangun bangsa, di antaranya:

1. Globalisasi Bidang Pendidikan

Terjadinya era globalisasi dalam dunia pendidikan, memberi dampak ganda yaitu positif dan negatif. Adapun dampak yang menguntungkan adalah adanya kesempatan kerja sama yang seluas-luasnya di bidang pendidikan kepada negara-negara di dunia. Namun di sisi lain, jika Poltekesos tidak mampu bersaing di bidang pendidikan dengan negara lain, karena kualitas SDM yang lemah misalnya, maka konsekuensinya akan merugikan.

Oleh karenanya, tantangan Poltekesos di bidang pendidikan pada masa yang akan datang ialah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif dengan mengandalkan pada kemampuan SDM, teknologi, dan manajemen tanpa mengurangi keunggulan komparatif yang telah dimiliki.

Tantangan perguruan tinggi di era global ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang penuh dengan persaingan. Cepat atau lambat, perguruan tinggi yang akan datang, harus menghadapi peningkatan kualitas perguruan tinggi selaku lembaga pendidikan yang harus menghasilkan SDM berkualitas dan memiliki keunggulan dalam berbagai aspek kehidupan.

Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional yang tidak dapat dipisahkan dari subsistem lainnya baik di dalam maupun di luar sistem pendidikan. Keberadaan perguruan tinggi dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai peran yang amat besar melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

2. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pesatnya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 sangat berpengaruh terhadap karakteristik pekerjaan yang ada saat ini, keterampilan dan kompetensi menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan. Selain itu, integrasi pemanfaatan teknologi serta internet yang begitu canggih dan masif juga sangat mempengaruhi adanya perubahan perilaku dunia usaha dan dunia industri, perilaku masyarakat dan konsumen pada umumnya.

“Tantangan revolusi industri 4.0 harus direspons secara cepat dan tepat oleh Poltekesos agar mampu meningkatkan daya saing. Untuk itu, Poltekesos wajib merumuskan kebijakan strategis dalam berbagai aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum, sumber daya, pengembangan cyber university, riset dan pengembangan, hingga inovasi,” tutur Risma.

Salah satu langkah utama yang harus dilakukan oleh Poltekesos adalah memperbaiki pengelolaan data kampus dan informasi yang harus tersampaikan dengan baik untuk kalangan pendidik maupun yang dididik. Dengan adanya sistem informasi yang andal akan meningkatkan daya saing terhadap kompetitor dan daya tarik bagi calon mahasiswa.

3. Perkembangan Jumlah Penduduk

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2045, tepat saat Republik Indonesia berusia 100 tahun. Bonus demografi adalah suatu kondisi berupa jumlah penduduk yang berusia produktif lebih banyak dibanding dengan penduduk usia tidak produktif.

Dalam laporan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045, Kementerian PPN dan BPS memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 318,96 juta jiwa pada 2045.

Dari jumlah tersebut, penduduk usia produktif (15-64 tahun) diperkirakan mencapai 207,99 juta jiwa. Sedangkan, penduduk usia tidak produktif diperkirakan mencapai 110,97 juta jiwa. Terdiri dari 44,99 juta penduduk usia sudah tidak produktif (di atas 65 tahun) dan 65,98 juta penduduk usia belum produktif (0-14 tahun).

Berdasarkan data tersebut, angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Indonesia pada 2045 diperkirakan sebesar 53,35 persen, artinya 100 penduduk usia produktif menanggung beban 54 penduduk usia tidak produktif.

4. Peningkatan Kompleksitas Permasalahan Sosial

Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan sosial juga mengalami perkembangan, baik jenis maupun jumlah populasi penyandang masalahnya. Ada kecenderungan peningkatan kompleksitas masalah sosial yang semakin tinggi. Kompleksitas masalah sosial dapat ditelaah dari faktor penyebab maupun dampaknya bagi masyarakat dan individu yang bersangkutan.

Kondisi tersebut menuntut Poltekesos Bandung sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi di lingkungan Kementerian Sosial harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang mampu merespons dengan tepat, adaptif, dan efektif permasalahan sosial yang kian kompleks.

Untuk dapat menghasilkan SDM kesejahteraan sosial yang unggul, maka Poltekesos Bandung perlu mengembangkan prodi baru, kurikulum, sarana dan prasarana, anggaran, SMD, serta mutu pengelolaannya. Oleh karena itu, Poltekesos harus memiliki Rencana Induk Pengembangan (RIP) sebagai arah pengembangan ke depan.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Mensos Risma juga berharap Poltekesos Bandung dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mencetak SDM unggul.

“Kepada seluruh sivitas Poltekesos Bandung, saya sangat berharap untuk terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat menghasilkan SDM-SDM kesejahteraan sosial yang unggul dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, yakni Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, makmur, sejahtera, dan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain,” ucapnya.
(skr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1929 seconds (0.1#10.140)