Mahfud MD Ingatkan Pentingnya Islam Wasathiyah

Senin, 17 Agustus 2020 - 20:59 WIB
loading...
Mahfud MD Ingatkan Pentingnya Islam Wasathiyah
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkapkan pentingnya Islam Wasathiyah di Indonesia. Islam yang tidak condong terlalu ke kanan ataupun sebaliknya, terlalu ke kiri.

Hal tersebut diungkapkan Mahfud saat memberi sambutan saat acara launching Buku Fikih Kebangsaan Jilid III secara virtual yang disiarkan langsung dari Ponpes Lirboyo, Senin (17/8/2020).

Selain Menko Polhukam, hadir secara virtual Mendagri Tito Karnavian, Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Rais Syuriah PCINU Australia dan New Zealand Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), Pegasuh Ponpes Lirboyo KH M Anwar Manshur dan K.H A Kafabihi Mahrus dan sejumlah masayikh PBNU, serta tim penyusun buku.

"Alhamdulillah buku Fikih Kebangsaan seri III diluncurkan. Isi buku ini, memaparkan hubungan Islam dan negara. Memang perlu disebarluaskan wacana keilmuwan Islam Wasathiyah. Islam jalan tengah. Yang tidak ekstrim ke kanan dan ke kiri. Ya inilah yang cocok bagi bangsa Indonesia," ungkap murid sekaligus sahabat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini.( )

Islam Wasathiyah, menurut Mahfud, paling cocok diterapkan di Indonesia. Sejak berdirinya republik, jalan tengah ini telah dirumuskan tokoh Islam yang tergabung dalam BPUPKI. Mereka menisbikan Islam di Indonesia adalah moderat, karenanya tidak memaksakan untuk mendirikan negara Islam.

Di luar itu, Mahfud mengatakan, Islam dari waktu ke waktu mengalami kemajuan. Menurutnya, sebelum merdeka dan satu dasawarsa setelah merdeka, orang Islam masih disudutkan. Tidak banyak diberi peran. Namun, lambat laun, Islam mulai mendapat tempat.

Hingga kini, pemeluknya bebas mendapat hak yang setara dan bahkan menempati berbagai posisi penting di republik ini.

"Awal kemerdekaan, mau jadi tentara nggak boleh. Tapi sekarang, semua berubah. Makanya salah kalau orang menyebut ada islamophobi. Pak Tito (Mendagri) ngajinya pinter. Jadi imam kelasnya bukan Qulhu. Surat panjang, beliau fasih. Tapi bisa jadi Kapolri, bisa jadi menteri," tuturnya.

Selain itu, perkembangan Islam juga maju pesat. Tak ada larangan kegiatan keagamaan. Di kabinet, kantor kementerian, BUMN, kantor pemerintahan, banyak musala dan acara kajian keagamaan yang tumbuh subur dan gampang ditemui.

"Di kantor polisi ada pengajian, Kapolresnya pintar ngaji, pintar dakwah. Di kantor TNI juga demikian. Di kampus-kampus, Islam sudah terang-terangan. Dulu sampai akhir 70-80 malu-malu. Pakai jilbab jarang. Sekarang semua pakai jilbab. Tidak ada sekali lagi islamplophobi saat ini. Kalau ada yang bilang, itu pihak yang kalah saja. Karena yang diserang mereka juga memperjuangkan Islam," bebernya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4953 seconds (0.1#10.140)