Peluru Nyasar ke Ruangan DPR
A
A
A
SUDAH hampir sepekan masyarakat dikejutkan dengan adanya peluru nyasar di sejumlah ruangan anggota DPR di Kompleks Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta. Pemerintah dan aparat kepolisian harus segera menuntaskan kasus penembakan yang hampir menelan korban jiwa tersebut. Hal ini penting dilakukan agar kasus ini tidak menjadi bola liar di masyarakat yang tentu kontraproduktif bagi stabilitas politik dan keamanan bangsa.
Penembakan sejumlah ruangan para anggota DPR di Kompleks Gedung Senayan terus menjadi perbincangan publik. Apalagi, Rabu (17/10/2018), polisi yang melakukan penyisiran menemukan lagi adanya peluru nyasar di ruang kerja nomor 0617 milik Effendi Simbolon, salah satu anggota Fraksi PDIP DPR.
Ini berarti polisi sudah menemukan lima peluru nyasar yang menerpa ruangan anggota DPR. Sebelumnya peluru nyasar juga menembus ruangan Fraksi Partai Gerindra, Fraksi Golkar, dan Fraksi Demokrat dua buah.
Bahkan peluru nyaris mencelakai tamu anggota Fraksi Gerindra Wenny Warouw dan staf Bambang Heri, anggota DPR dari Golkar. Peristiwa ini merupakan ancaman serius bagi keselamatan penghuni gedung vital seperti Gedung DPR/MPR. Apalagi peluru nyasar ke Gedung DPR bukan kali ini saja. Sebelumnya setidaknya dua kali Gedung DPR kena teror peluru nyasar .
Yang jelas, kejadian peluru nyasar ini harus dijadikan momentum untuk membenahi keamanan objek-objek vital dari segala macam gangguan. Saat ini yang harus menjadi prioritas adalah bagaimana kasus peluru nyasar tidak lagi ‘’mampir’’ ke Gedung DPR. Artinya pemerintah dan aparat keamanan harus secepatnya bahu membahu mencari solusi komprehensif untuk menjamin keamanan di gedung wakil rakyat tersebut.
Terlebih di tahun politik seperti saat ini, kasus peluru nyasar ini bisa dijadikan komoditas politik oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan sesaat. Tentu, kita tidak mau, situasi yang sudah kondusif menjelang pemilu ini dicederai oleh gerakan-gerakan politik tidak perlu yang bisa membuat kegaduhan.
Polisi harus profesional dalam mengusut kasus ini. Aspek transparansi sangat diperlukan untuk menghilangkan kecurigaan atau spekulasi yang beragam muncul di masyarakat. Polisi harus mampu menjelaskan ke masyarakat secara detail dan terperinci apa yang sebenarnya terjadi. Karena terus terang ada banyak kejanggalan atau keanehan dalam kasus peluru nyasar tersebut.
Polisi memang sudah menetapkan dua tersangka yang merupakan dua PNS dari Kementerian Perhubungan yang sedang berlatihan menembak di Lapangan Tembak Senayan. Namun yang perlu digali lebih dalam adalah apa motivasi penembakan tersebut. Apakah ada unsur kesengajaan atau kelalaian dalam melepaskan tembakan tersebut.
Masyarakat harus mendapatkan penjelasan yang gamblang tentang penembakan tersebut. Jangan sampai penyelidikan menyisakan misteri yang bisa membuka peluang beredarnya spekulasi yang justru malah mempertanyakan kredibilitas polisi sendiri. Pelaku harus ditindak tegas sesuai dengan aturan baik secara pidana maupun disiplin pegawai karena berkeliaran saat jam kantor. Tujuannya untuk memberikan efek jera agar tidak ada lagi yang main-main dengan senjata api karena membahayakan keselamatan masyarakat.
Di sisi lain, pemerintah juga harus mencari solusi permanen untuk keamanan Gedung DPR. Ada sejumlah opsi. Pertama , memindahkan Lapangan Tembak Senayan ke lokasi yang dinilai lebih aman. Keberadaan lapangan tembak tersebut tidak layak berada di keramaian kota karena sangat membahayakan keselamatan masyarakat.
Kedua, kalau lokasi Lapangan Tembak tetap berada di situ, sebaiknya dilengkapi dengan keamanan yang tinggi. Misalnya tempat pelatihan dibuat sangat tertutup sehingga tidak ada lagi peluru yang ke luar. Ketiga , melengkapi kaca-kaca Gedung DPR dan gedung-gedung di sekitarnya dengan kaca antipeluru sehingga jika ada peluru nyasar tidak sampai menembus kaca gedung.
Apa pun pilihan yang akan diambil untuk mengatasi kasus peluru nyasar ini, semua pihak hendaknya melakukan penyelidikan yang serius untuk menemukan solusi yang tepat dan permanen. Dengan demikian ke depan tidak ada lagi peluru-peluru nyasar ke Gedung DPR maupun lokasi objek vital lainnya.
Penembakan sejumlah ruangan para anggota DPR di Kompleks Gedung Senayan terus menjadi perbincangan publik. Apalagi, Rabu (17/10/2018), polisi yang melakukan penyisiran menemukan lagi adanya peluru nyasar di ruang kerja nomor 0617 milik Effendi Simbolon, salah satu anggota Fraksi PDIP DPR.
Ini berarti polisi sudah menemukan lima peluru nyasar yang menerpa ruangan anggota DPR. Sebelumnya peluru nyasar juga menembus ruangan Fraksi Partai Gerindra, Fraksi Golkar, dan Fraksi Demokrat dua buah.
Bahkan peluru nyaris mencelakai tamu anggota Fraksi Gerindra Wenny Warouw dan staf Bambang Heri, anggota DPR dari Golkar. Peristiwa ini merupakan ancaman serius bagi keselamatan penghuni gedung vital seperti Gedung DPR/MPR. Apalagi peluru nyasar ke Gedung DPR bukan kali ini saja. Sebelumnya setidaknya dua kali Gedung DPR kena teror peluru nyasar .
Yang jelas, kejadian peluru nyasar ini harus dijadikan momentum untuk membenahi keamanan objek-objek vital dari segala macam gangguan. Saat ini yang harus menjadi prioritas adalah bagaimana kasus peluru nyasar tidak lagi ‘’mampir’’ ke Gedung DPR. Artinya pemerintah dan aparat keamanan harus secepatnya bahu membahu mencari solusi komprehensif untuk menjamin keamanan di gedung wakil rakyat tersebut.
Terlebih di tahun politik seperti saat ini, kasus peluru nyasar ini bisa dijadikan komoditas politik oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan sesaat. Tentu, kita tidak mau, situasi yang sudah kondusif menjelang pemilu ini dicederai oleh gerakan-gerakan politik tidak perlu yang bisa membuat kegaduhan.
Polisi harus profesional dalam mengusut kasus ini. Aspek transparansi sangat diperlukan untuk menghilangkan kecurigaan atau spekulasi yang beragam muncul di masyarakat. Polisi harus mampu menjelaskan ke masyarakat secara detail dan terperinci apa yang sebenarnya terjadi. Karena terus terang ada banyak kejanggalan atau keanehan dalam kasus peluru nyasar tersebut.
Polisi memang sudah menetapkan dua tersangka yang merupakan dua PNS dari Kementerian Perhubungan yang sedang berlatihan menembak di Lapangan Tembak Senayan. Namun yang perlu digali lebih dalam adalah apa motivasi penembakan tersebut. Apakah ada unsur kesengajaan atau kelalaian dalam melepaskan tembakan tersebut.
Masyarakat harus mendapatkan penjelasan yang gamblang tentang penembakan tersebut. Jangan sampai penyelidikan menyisakan misteri yang bisa membuka peluang beredarnya spekulasi yang justru malah mempertanyakan kredibilitas polisi sendiri. Pelaku harus ditindak tegas sesuai dengan aturan baik secara pidana maupun disiplin pegawai karena berkeliaran saat jam kantor. Tujuannya untuk memberikan efek jera agar tidak ada lagi yang main-main dengan senjata api karena membahayakan keselamatan masyarakat.
Di sisi lain, pemerintah juga harus mencari solusi permanen untuk keamanan Gedung DPR. Ada sejumlah opsi. Pertama , memindahkan Lapangan Tembak Senayan ke lokasi yang dinilai lebih aman. Keberadaan lapangan tembak tersebut tidak layak berada di keramaian kota karena sangat membahayakan keselamatan masyarakat.
Kedua, kalau lokasi Lapangan Tembak tetap berada di situ, sebaiknya dilengkapi dengan keamanan yang tinggi. Misalnya tempat pelatihan dibuat sangat tertutup sehingga tidak ada lagi peluru yang ke luar. Ketiga , melengkapi kaca-kaca Gedung DPR dan gedung-gedung di sekitarnya dengan kaca antipeluru sehingga jika ada peluru nyasar tidak sampai menembus kaca gedung.
Apa pun pilihan yang akan diambil untuk mengatasi kasus peluru nyasar ini, semua pihak hendaknya melakukan penyelidikan yang serius untuk menemukan solusi yang tepat dan permanen. Dengan demikian ke depan tidak ada lagi peluru-peluru nyasar ke Gedung DPR maupun lokasi objek vital lainnya.
(wib)