Program YESS Memperkuat Agribisnis Petani Milenial Melalui Kelembagaan Ekonomi Petani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dr Inneke Kusumawaty
Project Manager National Programme Management Unit (NPMU) YESS,
Koordinator Penyelenggaraan Pendidikan Pertanian, Pusdiktan, BPPSDMP
BERDASARKAN hasil Sensus Pertanian Tahun 2023, sebanyak 70% petani Indonesia (usaha tani perorangan, UTP) berusia di atas 43 tahun. Saat ini, 27,8% petani (UTP) di Indonesia berusia di bawah 42 tahun. Pemuda yang ingin terlibat dalam pertanian menghadapi tantangan terbatasnya akses terhadap lahan, pendampingan dan keuangan; kerentanan terhadap risiko lingkungan dan volatilitas harga, kurangnya informasi pasar serta keterlibatan terbatas dalam rantai nilai pasok. Pada saat bersamaan, pengangguran kaum muda di Indonesia tetap lebih tinggi dari rata-rata daerah.
Pembangunan nasional bertujuan untuk menjamin transformasi yang adil dan berkelanjutan di daerah pedesaan selain itu juga untuk memastikan akses terhadap makanan bergizi. Untuk memenuhi tujuan pembangunan, kebutuhan pangan karena populasi yang bergerak tumbuh dengan sangat cepat, memerlukan peningkatan produktivitas petani dan integrasi pasar yang substansial, yang hanya dapat dicapai dengan petani berkualitas dan transformasi pertanian tradisional menjadi modern, serta berorientasi pada pertumbuhan sektor pertanian. Generasi milenial harus diberdayakan untuk memainkan peran kunci dalam memecahkan tantangan ini.
Agribisnis telah menjadi fokus utama dalam mengembangkan sektor pertanian. Petani modern tidak hanya dilihat sebagai penggarap tanah, tetapi juga sebagai pengusaha yang mencari inovasi dan peluang bisnis di sektor pertanian. Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) pertanian yang adaptif teknologi dan berdaya saing, serta mendorong generasi milenial untuk lebih aktif terlibat di sektor petanian yang merupakan salah satu pilar penting perekonomian nasional. Upaya akselerasi regenerasi petani salah satunya dilakukan melalui Program Youth Entreprenerusihp and Employment Support Services (YESS) dengan Pusat Pendidikan Pertanian di Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian sebagai penanggung jawab proyek.
Program YESS merupakan program hibah luar negeri kerjasama Kementerian Pertanian dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang di mulai akhir tahun 2019 hingga 2025 dan bertujuan mengembangkan wirausaha muda pedesaan dan ketenagakerjaan pertanian dengan target lokasi di 19 kabupaten dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Adapun lokasi kabupaten mencakup Kab Bogor, Subang, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Pacitan, Tulungagung, Pasuruan, Malang, Banyuwangi, Bone, Maros, Gowa, Bantaeng, Bulukumba, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan. Sasaran penerima manfaat adalah generasi milenial dengan rentang usia 17 s.d 39 tahun dan rentan miskin, serta masyarakat adat, difabel, serta migran ataupun keluarga migran. Program YESS juga mendorong peran serta perempuan dalam usaha pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Program YESS berupaya melakukan transformasi pedesaan dengan menumbuhkan peluang usaha, meningkatkan kapasitas generasi milenial agar berminat dan mampu berusaha serta bekerja di bidang pertanian, mendorong petani milenial saling berkolaborasi dalam agribisnis, dan membentuk kelembagaan ekonomi petani agar memiliki nilai tawar dan meningkatkan akses pada sumber permodalan. Dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam mencapai target Program YESS dan menjamin keberlanjutan setelah proyek berakhir di tahun 2025.
Pelibatan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S), lembaga pendidikan, dan lembaga riset dalam memberikan pelatihan dan diseminasi teknologi pertanian yang tepat guna sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan. Literasi usaha pertanian kepada lembaga pembiayaan/perbankan dilakukan dalam mendorong akses layanan produk keuangan dan permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) melalui berbagai CSR diarahkan mendukung pembiayaan untuk tumbuhnya usaha pertanian di daerah. Begitu pula dengan dana desa didorong pada usaha pertanian yang produktif.
Karakter petani milenial yang adaptif teknologi dan mampu menerapkan smart farming akan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian dan memberikan pendapatan yang layak bagi kehidupannya. Pemberikan pelatihan agribisnis mulai dari usaha hulu hingga hilir sangat diperlukan oleh petani milenial, termasuk literasi keuangan agar mampu mengakses sumber permodalan dan layanan keuangan/perbankan. Upaya memperkuat agribisnis petani milenial berbasis kluster komoditas dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Peningkatan Kapasitas Petani Milenial
Pengelolaan produksi hingga panen, pascapanen, pengolahan, pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu, pemasaran, serta pengembangan usaha pertanian akan menuntut kemampuan SDM pertanian yang handal, untuk itu dapat dilakukan:
a. bimbingan teknis tematik dan kolaboratif dengan pelibatan multistakeholders, baik yang bersifat teknis pertanian maupun manajemen seperti literasi keuangan, pemasaran, pengemasan, contract farming, dan pengelolaan kebun/ lahan/ unit pengolahan hasil, dan lain-lain;
b. penempatan magang pelaku usaha di lokasi usaha yang lebih maju untuk mengadopsi proses bisnis maupun teknologi yang dilakukan;
c. digitalisasi pelatihan/ bimbingan teknis melalui e-learning/ platform digital dengan pendekatan komunitas (community based);
d. transfer inovasi teknologi berbasis teknologi tepat guna, untuk meningkatkan kualitas dan ragam produk sesuai kebutuhan pasar dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.
Project Manager National Programme Management Unit (NPMU) YESS,
Koordinator Penyelenggaraan Pendidikan Pertanian, Pusdiktan, BPPSDMP
BERDASARKAN hasil Sensus Pertanian Tahun 2023, sebanyak 70% petani Indonesia (usaha tani perorangan, UTP) berusia di atas 43 tahun. Saat ini, 27,8% petani (UTP) di Indonesia berusia di bawah 42 tahun. Pemuda yang ingin terlibat dalam pertanian menghadapi tantangan terbatasnya akses terhadap lahan, pendampingan dan keuangan; kerentanan terhadap risiko lingkungan dan volatilitas harga, kurangnya informasi pasar serta keterlibatan terbatas dalam rantai nilai pasok. Pada saat bersamaan, pengangguran kaum muda di Indonesia tetap lebih tinggi dari rata-rata daerah.
Pembangunan nasional bertujuan untuk menjamin transformasi yang adil dan berkelanjutan di daerah pedesaan selain itu juga untuk memastikan akses terhadap makanan bergizi. Untuk memenuhi tujuan pembangunan, kebutuhan pangan karena populasi yang bergerak tumbuh dengan sangat cepat, memerlukan peningkatan produktivitas petani dan integrasi pasar yang substansial, yang hanya dapat dicapai dengan petani berkualitas dan transformasi pertanian tradisional menjadi modern, serta berorientasi pada pertumbuhan sektor pertanian. Generasi milenial harus diberdayakan untuk memainkan peran kunci dalam memecahkan tantangan ini.
Agribisnis telah menjadi fokus utama dalam mengembangkan sektor pertanian. Petani modern tidak hanya dilihat sebagai penggarap tanah, tetapi juga sebagai pengusaha yang mencari inovasi dan peluang bisnis di sektor pertanian. Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) pertanian yang adaptif teknologi dan berdaya saing, serta mendorong generasi milenial untuk lebih aktif terlibat di sektor petanian yang merupakan salah satu pilar penting perekonomian nasional. Upaya akselerasi regenerasi petani salah satunya dilakukan melalui Program Youth Entreprenerusihp and Employment Support Services (YESS) dengan Pusat Pendidikan Pertanian di Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian sebagai penanggung jawab proyek.
Program YESS merupakan program hibah luar negeri kerjasama Kementerian Pertanian dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang di mulai akhir tahun 2019 hingga 2025 dan bertujuan mengembangkan wirausaha muda pedesaan dan ketenagakerjaan pertanian dengan target lokasi di 19 kabupaten dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan. Adapun lokasi kabupaten mencakup Kab Bogor, Subang, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Pacitan, Tulungagung, Pasuruan, Malang, Banyuwangi, Bone, Maros, Gowa, Bantaeng, Bulukumba, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan. Sasaran penerima manfaat adalah generasi milenial dengan rentang usia 17 s.d 39 tahun dan rentan miskin, serta masyarakat adat, difabel, serta migran ataupun keluarga migran. Program YESS juga mendorong peran serta perempuan dalam usaha pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Program YESS berupaya melakukan transformasi pedesaan dengan menumbuhkan peluang usaha, meningkatkan kapasitas generasi milenial agar berminat dan mampu berusaha serta bekerja di bidang pertanian, mendorong petani milenial saling berkolaborasi dalam agribisnis, dan membentuk kelembagaan ekonomi petani agar memiliki nilai tawar dan meningkatkan akses pada sumber permodalan. Dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam mencapai target Program YESS dan menjamin keberlanjutan setelah proyek berakhir di tahun 2025.
Pelibatan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S), lembaga pendidikan, dan lembaga riset dalam memberikan pelatihan dan diseminasi teknologi pertanian yang tepat guna sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan. Literasi usaha pertanian kepada lembaga pembiayaan/perbankan dilakukan dalam mendorong akses layanan produk keuangan dan permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) melalui berbagai CSR diarahkan mendukung pembiayaan untuk tumbuhnya usaha pertanian di daerah. Begitu pula dengan dana desa didorong pada usaha pertanian yang produktif.
Karakter petani milenial yang adaptif teknologi dan mampu menerapkan smart farming akan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian dan memberikan pendapatan yang layak bagi kehidupannya. Pemberikan pelatihan agribisnis mulai dari usaha hulu hingga hilir sangat diperlukan oleh petani milenial, termasuk literasi keuangan agar mampu mengakses sumber permodalan dan layanan keuangan/perbankan. Upaya memperkuat agribisnis petani milenial berbasis kluster komoditas dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Peningkatan Kapasitas Petani Milenial
Pengelolaan produksi hingga panen, pascapanen, pengolahan, pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu, pemasaran, serta pengembangan usaha pertanian akan menuntut kemampuan SDM pertanian yang handal, untuk itu dapat dilakukan:
a. bimbingan teknis tematik dan kolaboratif dengan pelibatan multistakeholders, baik yang bersifat teknis pertanian maupun manajemen seperti literasi keuangan, pemasaran, pengemasan, contract farming, dan pengelolaan kebun/ lahan/ unit pengolahan hasil, dan lain-lain;
b. penempatan magang pelaku usaha di lokasi usaha yang lebih maju untuk mengadopsi proses bisnis maupun teknologi yang dilakukan;
c. digitalisasi pelatihan/ bimbingan teknis melalui e-learning/ platform digital dengan pendekatan komunitas (community based);
d. transfer inovasi teknologi berbasis teknologi tepat guna, untuk meningkatkan kualitas dan ragam produk sesuai kebutuhan pasar dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.