Soal Uji Klinis Vaksin Corona, Pakar Ingatkan Keseimbangan Gas dan Rem
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair), Prof Chairul Anwar Nidom mengingatkan bahwa gas dan rem terkait vaksin Covid-19 harus diseimbangkan. Jangan sampai terlalu optimis atau pesimis terhadap hal tersebut.
Menurut dia, sebelumnya pernah terjadi kasus saat uji klinis tahap tiga vaksin demam berdarah di mana setelah melewati fase itu ternyata gagal.Atas hal itulah, Nidom mengingatkan agar keseimbangan antara optimisme dan pesimisme terus dijaga terkait vaksin virus Corona yang juga sedang melewati uji klinis tahap tiga.
"Perlu saya ingatkan mungkin kalau sebuah mobil harus digas dan di rem, remnya itu harus diperhatikan, bahwa ada kasus setelah uji klinis tiga itu selesai dijalankan kemudian diterapkan ke masyarakat ternyata gagal, itu kasus vaksin demam berdarah," ujarnya dalam acara Polemik MNC Trijaya bertajuk "Menanti Vaksin Covid-19" secara virtual, Sabtu (15/8/2020).
(Baca: Proses Dipangkas pun Tetap Butuh Waktu Lama Kembangkan Vaksin Merah Putih)
"Oleh karena itu ini juga perlu hati-hati, jangan terlalu berharap besar tapi juga jangan terlalu pesimis, jadi hal ini rem dan gas harus dimainkan dengan baik supaya kita tidak terperosok," tambah dia.
Nidom menuturkan, uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 adalah sesuatu yang normal sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terhadap hal tersebut.
"Jadi artinya masyarakat melihat ini seharusnya tenang saja bahwa ini memang sebuah yang normal, karena memang sebelum fase klinis satu, dua, dan tiga vaksin itu harus melewati suatu uji preklinis, yaitu diuji dihewan dankebetulan saya bidangnya diuji preklinis," jelasnya.
(Baca: Ahli Kesehatan Masyarakat Ragu Vaksin Corona Selesai Awal Januari)
"Jadi kalau suatu bahan atau vaksin yang tidak lolos di hewan tidak mungkin itu akan dilewatkan ke manusia karena memang pengujian paling penting itu adalah di hewan," sambung Nidom.
Untuk diketahui, vaksin yang sedang dilakukan uji klinis tahap tiga adalah buatan Sinovac Biotech asal China. Sebanyak 1.620 relawan akan mengikuti uji klinis ini. Pemerintah sendiri menargetkan vaksin ini sudah selesai pada awal Januari 2021.
Menurut dia, sebelumnya pernah terjadi kasus saat uji klinis tahap tiga vaksin demam berdarah di mana setelah melewati fase itu ternyata gagal.Atas hal itulah, Nidom mengingatkan agar keseimbangan antara optimisme dan pesimisme terus dijaga terkait vaksin virus Corona yang juga sedang melewati uji klinis tahap tiga.
"Perlu saya ingatkan mungkin kalau sebuah mobil harus digas dan di rem, remnya itu harus diperhatikan, bahwa ada kasus setelah uji klinis tiga itu selesai dijalankan kemudian diterapkan ke masyarakat ternyata gagal, itu kasus vaksin demam berdarah," ujarnya dalam acara Polemik MNC Trijaya bertajuk "Menanti Vaksin Covid-19" secara virtual, Sabtu (15/8/2020).
(Baca: Proses Dipangkas pun Tetap Butuh Waktu Lama Kembangkan Vaksin Merah Putih)
"Oleh karena itu ini juga perlu hati-hati, jangan terlalu berharap besar tapi juga jangan terlalu pesimis, jadi hal ini rem dan gas harus dimainkan dengan baik supaya kita tidak terperosok," tambah dia.
Nidom menuturkan, uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 adalah sesuatu yang normal sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terhadap hal tersebut.
"Jadi artinya masyarakat melihat ini seharusnya tenang saja bahwa ini memang sebuah yang normal, karena memang sebelum fase klinis satu, dua, dan tiga vaksin itu harus melewati suatu uji preklinis, yaitu diuji dihewan dankebetulan saya bidangnya diuji preklinis," jelasnya.
(Baca: Ahli Kesehatan Masyarakat Ragu Vaksin Corona Selesai Awal Januari)
"Jadi kalau suatu bahan atau vaksin yang tidak lolos di hewan tidak mungkin itu akan dilewatkan ke manusia karena memang pengujian paling penting itu adalah di hewan," sambung Nidom.
Untuk diketahui, vaksin yang sedang dilakukan uji klinis tahap tiga adalah buatan Sinovac Biotech asal China. Sebanyak 1.620 relawan akan mengikuti uji klinis ini. Pemerintah sendiri menargetkan vaksin ini sudah selesai pada awal Januari 2021.
(muh)