September 2018, BPS Kembali Catat Deflasi

Selasa, 02 Oktober 2018 - 08:00 WIB
September 2018, BPS Kembali Catat Deflasi
September 2018, BPS Kembali Catat Deflasi
A A A
DALAM dua bulan terakhir, data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perkembangan indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi, yakni pada Agustus tercatat sekitar 0,05% dan September sebesar 0,18%. Pencapaian deflasi pada bulan lalu menjadikan inflasi tahun kalender dari Januari hingga September 2018 tercatat sebesar 1,94%.Namun, di balik perkembangan IHK tersebut menimbulkan pertanyaan tersendiri, apakah sebuah pertanda kalau daya beli masyarakat sedang melemah? Pertanyaan itu langsung ditepis Kepala BPS Suhariyanto yang menyatakan sebagai bukti sukses pemerintah dalam menjaga tingkat inflasi berkat kesiapan dalam mengendalikan harga-harga.
Deflasi yang terjadi sepanjang September 2018 terjadi pada 66 kota, sebaliknya 16 kota mengalami inflasi. Dilihat dari kontribusi deflasi tertinggi ditempati bahan makanan, disusul biaya sektor transportasi, dan komunikasi yang turun. Sebaliknya, inflasi disumbang dari biaya pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Dari publikasi BPS terungkap deflasi tertinggi dicatatkan dari Parepare, Sulawesi Selatan yang mencapai -1,59%, sedangkan deflasi terendah terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate masing-masing -0,01%. Adapun tingkat inflasi tertinggi dialami Kota Bengkulu sekitar 0,59% dan terendah terjadi di Bungo, Jambi sekitar 0,01%.

Lebih rinci, data BPS menunjukkan kontribusi bahan makanan terhadap deflasi mencapai sekitar 1,26% dan transportasi, komunikasi sekitar 0,05%. Bahan makanan yang menyumbang deflasi meliputi penurunan harga daging ayam ras, bawang merah, ikan segar sekitar 0,04%. Diikuti harga telur ayam, komoditas sayuran sekitar 0,03% serta berbagai komoditas sebesar 0,01%. Sebaliknya, bahan makanan penyumbang inflasi terdiri atas mi, rokok kretek dan filter yang mencapai 0,29%. Dan, sektor lainnya berkontribusi terhadap inflasi meliputi perumahan, listrik, dan air sekitar 0,21%, disusul kenaikan upah tukang bukan mandor, upah pembantu rumah tangga sekitar 0,01%.

Sekadar perbandingan, pada Agustus 2018 BPS juga mencatat deflasi sebesar 0,05% yang dipicu oleh penurunan harga telur hingga harga tiket pesawat udara. Dari sebanyak 82 kota yang dipantau BPS terdapat sebanyak 52 kota mengalami deflasi dan sebanyak 30 kota catatkan inflasi. Adapun deflasi tertinggi terjadi di Baubau, Sulawesi Tenggara.

Pencapaian deflasi dalam dua bulan berturut-turut membuat pemerintah semakin optimistis meraih target laju inflasi yang dipatok sekitar 3,5% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Namun, pemerintah tetap harus mewaspadai perkembangan dalam tiga bulan terakhir sebab sejumlah hambatan jelas di depan mata, terutama terkait dengan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan perkembangan harga bahan pangan harus dipantau, terkait harga beras yang sangat sensitif terhadap laju inflasi. Karena itu, selain meningkatkan koordinasi, langkah pemerintah juga harus mengerahkan upaya maksimal dalam mengawal target inflasi tahunan.

Dalam urusan pengendalian laju inflasi tidak ada salahnya mengintip langkah strategis dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk 2018 dan 2019 agar angka inflasi sesuai harapan. Untuk tiga bulan terakhir, fokus perhatian ditujukan untuk menjaga inflasi volatile food pada kisaran 4% melalui empat pilar strategi, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif. Selain itu, pemerintah dan BI sepakat fokus menyoroti komponen inflasi yang meliputi inflasi inti (core inflation), inflasi dari volatile food, dan inflasi yang diakibatkan perubahan nilai tukar rupiah (imported inflation). Tantangan global juga menjadi perhatian tersendiri, terutama perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus merosot.

Sejauh mana pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap laju inflasi? Yang pasti, penguatan dolar AS berdampak pada kenaikan barang-barang impor. Akibat kenaikan harga tersebut jelas berpengaruh terhadap laju angka inflasi. Barang-barang yang mengalami kenaikan harga terutama barang elektronik dan bahan baku.

Pihak BPS memperkirakan dampak dari pelemahan rupiah terhadap laju inflasi baru bisa dilihat pada data inflasi Oktober 2018. Kita berharap, sebagaimana proyeksi BPS, target inflasi sebesar 3,5% tahun ini bakal terealisasi. Namun, pihak BPS memberi catatan sepanjang harga bahan makanan saat Natal dan jelang tahun baru tetap terkendali.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7245 seconds (0.1#10.140)