Ma'ruf Amin Dinilai Mampu Redam Isu Politik Identitas
A
A
A
JAKARTA - Joko Widodo (Jokowi) sempat dibayangi isu politik identitas berbasis agama menyongsong Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres 2019).
Namun demikian, bayang-bayang itu dinilai perlahan memudar seiring dipilihnya Ma'ruf Ammin sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Hal itu diungkapkan juru bicara Cakra 19, Laksda TNI Purn Iskandar Sitompul. Menurut dia, berdasarkan pemetaan yang dilakukan pihaknya, isu politik identitas berbasis agama masih akan membayangi Pilpres 2019. Namun demikian, keberadaan Ma'ruf di samping Jokowi mampu meredam itu semua.
"Awalnya seperti itu. Namun setelah deklarasi Jokowi-Ma'ruf Amin, sesudahnya agak meredam," kata Iskandar di Hotel Borobudur, Jakarta, Minggu (11/8/2018).
Mapping Tim Cakra 19 menyebutkan satu contoh kasus. Di Banten. Jauh-jauh hari sebelum Jokowi menunjuk Ma'ruf Amin sebagai cawapres, isu politik identitas sangat kental di provinsi terbarat di Pulau Jawa ini.
Kondisi itu berbalik pascatanggal 10 Agustus 2018, setelah Jokowi bersama Ma'ruf mendaftarkan diri sebagai peserta Pilpres di KPU. "Saat ini semua di Banten semangat untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin," ucap Iskandar.
Lantas bagaimana dengan daerah lain? Iskandar mengatakan, keberadaan Ma'ruf sebagai sosok ulama dan kiai bisa meredam berlerut-larutnya politik identitas berbasis agama dan membuat suasana jelang Pilpres menjadi sejuk.
"Ini menurut mapping, tentu masih perlu diwaspadai," imbuh Iskandar.
Iskandar mengatakan, timnya sudah mulai bergerak dan melakukan mapping sosial sejak berbulan-bulan lalu. Ia berharap, ke depan, pesta demokrasi akan diwarnai perdebatan konsep dan program. Penyebaran isu identittas dan SARA harus ditinggalkan.
"Kita usahakan kita tak bicara SARA. Kita bicara konsep dan program. Karena negara kita dibentuk oleh berbagai keberagaman suku dan agama. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau belajar dan melihat sejarah masa lampau," kata Iskandar.
Namun demikian, bayang-bayang itu dinilai perlahan memudar seiring dipilihnya Ma'ruf Ammin sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Hal itu diungkapkan juru bicara Cakra 19, Laksda TNI Purn Iskandar Sitompul. Menurut dia, berdasarkan pemetaan yang dilakukan pihaknya, isu politik identitas berbasis agama masih akan membayangi Pilpres 2019. Namun demikian, keberadaan Ma'ruf di samping Jokowi mampu meredam itu semua.
"Awalnya seperti itu. Namun setelah deklarasi Jokowi-Ma'ruf Amin, sesudahnya agak meredam," kata Iskandar di Hotel Borobudur, Jakarta, Minggu (11/8/2018).
Mapping Tim Cakra 19 menyebutkan satu contoh kasus. Di Banten. Jauh-jauh hari sebelum Jokowi menunjuk Ma'ruf Amin sebagai cawapres, isu politik identitas sangat kental di provinsi terbarat di Pulau Jawa ini.
Kondisi itu berbalik pascatanggal 10 Agustus 2018, setelah Jokowi bersama Ma'ruf mendaftarkan diri sebagai peserta Pilpres di KPU. "Saat ini semua di Banten semangat untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin," ucap Iskandar.
Lantas bagaimana dengan daerah lain? Iskandar mengatakan, keberadaan Ma'ruf sebagai sosok ulama dan kiai bisa meredam berlerut-larutnya politik identitas berbasis agama dan membuat suasana jelang Pilpres menjadi sejuk.
"Ini menurut mapping, tentu masih perlu diwaspadai," imbuh Iskandar.
Iskandar mengatakan, timnya sudah mulai bergerak dan melakukan mapping sosial sejak berbulan-bulan lalu. Ia berharap, ke depan, pesta demokrasi akan diwarnai perdebatan konsep dan program. Penyebaran isu identittas dan SARA harus ditinggalkan.
"Kita usahakan kita tak bicara SARA. Kita bicara konsep dan program. Karena negara kita dibentuk oleh berbagai keberagaman suku dan agama. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau belajar dan melihat sejarah masa lampau," kata Iskandar.
(dam)