Laksamana Maeda di Antara Cerita Penyusunan Naskah Proklamasi

Kamis, 13 Agustus 2020 - 13:50 WIB
loading...
Laksamana Maeda di Antara...
Muda Tadashi Maeda, perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. FOTO/WIKIPEDIA
A A A
JAKARTA - Republik Indonesia sebentar lagi akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75. Pada 17 Agustus 1945 atau 75 tahun silam, Soekarno dan Mohammad Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan pembacaan naskah proklamasi.

Kemerdekaan yang diraih merupakan hasil perjuangan terus-menerus dari segenap bangsa. Tak hanya warga Indonesia yang rela mempertaruhkan nyawa, beberapa warga asing juga secara suka rela ikut membantu untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Salah satunya adalah Laksamana Muda Tadashi Maeda , perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Pria kelahiran Kagoshima, Jepang, 3 Maret 1898 itu mempersilakan kediamannya di Jalan Imam Bonjol, Nomor 1, Jakarta Pusat sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo, serta sang juru ketik Sayuti Melik. Rumah Maeda dianggap aman.( )

Maeda juga menjamin keamanan selama rapat karena dirinya adalah Kepala Perwakilan Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang). Sehingga, rumah Maeda merupakan extra territorial dan harus dihormati oleh Rikugun (Angkatan darat kekaisaran Jepang atau Kempetai).

Kini, rumah Maeda itu berubah menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Sebelumnya, kekalahan Jepang semakin dekat setelah Jepang dibom atom Sekutu pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Semangat pemuda Indonesia untuk segera mencapai kemerdekaan pun bangkit saat itu. Tiga tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat pada 12 Agustus 1945 dipanggil oleh Panglima Tertinggi Jepang di Asia Tenggara, Marsekal Terauchi di markas besarnya di Dalat (sekarang Ho Chi Minh ) di Vietnam.

Terauchi dalam pertemuan itu berjanji bakal memberi bangsa Indonesia kemerdekaan pada 24 Agustus 1945. Kemudian, Radio Asia Raya mengumumkan kekalahan Jepang pada 15 Agustus 1945. ( )

Berita Kaisar Jepang, Hirohito menyerah kepada Sekutu kemudian tersebar luas di seluruh kalangan pemuda dan rakyat Indonesia. Para pemuda dan rakyat Indonesia menginginkan pelaksanaan kemerdekaan dilakukan sesegera mungkin.

Sementara itu, golongan tua menginginkan kemerdekaan dilaksanakan sesuai janji Jepang agar menghindari adanya pertumpahan darah. Lalu, golongan muda seperti Sukarni dan Chaerul Saleh menculik Soekarno dan Muhammad Hatta ke Rengasdengklok dan mendesak mereka segera membacakan proklamasi, pada 16 Agustus 1945.

Setelah melalui pembicaraan yang panjang akhirnya semua setuju proklamasi dibacakan di luar janji Jepang yakni 24 Agustus. Pada hari yang sama, para pemuda mengantarkan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk segera merumuskan naskah proklamasi.

Akan tetapi, saat tiba dari Rengasdengklok ke Jakarta, hari sudah larut. Rombongan tiba di Hotel Des Indes pukul 22.00 WIB. Mereka bakal memesan ruangan untuk dijadikan sebagai tempat merumuskan naskah proklamasi.

Namun, tempat itu sudah tutup. Kemudian, para pemuda menghubungi Laksamana Maeda. Maeda pun mempersilakan rumahnya sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi.

Kisah hidup Maeda berakhir menyedihkan. Setelah kemerdekaan Indonesia dan setiba di Jepang, Maeda kembali menjalani sidang dan mendapat perlakuan tidak baik lantaran dianggap telah mencoreng harga diri Jepang.

Maeda pun mundur dari jabatannya. Tak hanya itu, Maeda dan keluarga masuk daftar hitam sehingga tidak ada fasilitas negara Jepang yang bisa digunakan. Maeda pun meninggal dunia pada 1977.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2650 seconds (0.1#10.140)