BKKBN Ajak Bersama Wujudkan Indonesia Ramah Disabilitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setiap tanggal 12 Agustus, para remaja di dunia memperingati Hari Remaja Internasional dengan merayakan hal-hal yang berkaitan dengan remaja. Tahun ini tema yang diangkat, yakniYouth Engagement for Global Action atau Keterlibatan Remaja untuk Aksi Global.
Dengan tema tersebut, masyarakat dunia terkhusus para anak muda diajak untuk menyoroti cara-cara yang dapat ditempuh untuk terlibat dalam memperkaya lembaga dan proses di baliknya baik di tingkat lokal, nasional, dan global.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo berharap remaja Indonesia bisa lebih meningkatkan keterampilan, kemampuan dan kapasitas meski di tengah pandemi. Hal tersebut dikatakannya penting untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Berbicara mengenai remaja, kata dia, BKBBN menempatkannya sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari proses rebranding yang dilakukan di awal tahun 2020 yang menyesuaikan program serta identitas lembaga dengan kondisi millenial.
“BKKBN merubah pendekatan program agar lebih relevan untuk generasi milenial dan zilenial, yaitu upaya rebranding seperti penyegaran penampilan logo, tagline,jingle, pendekatan lebih sesuai dengan selera dan dinamika generasi milenial dan zilenial,“ ungkap Deputi Bidang ADPIN, Nofrijal dalam Webinar bersama remaja disabilitas yang bertema Bersama Remaja Disabilitas Tingkatkan Program Generasi Berencana (Genre) pada Adaptasi Kebiasaan Baru, Rabu (8/12/2020). ( )
Webinar yang merupakan kerja sama BKKBN dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) ini diikuti oleh 7.000-an ribuan peserta remaja.
Menghadirkan Deputi Bidang ADPIN BKKBN, Nofrijal, Rektor UNS Jamal Wiwoho, mahasiswa tuli di Rochester Institute of Technology, New York Surya Sahetapy, Kepala PSD LPPM UNS Munawir Yusuf.
Mengapa remaja disabilitas? karena jumlah penyandang disabilitas saat ini mencapai 11,580,117 orang, di antaranya 3,474,035 (penyandang disabilitas penglihatan), 3,010,830 (penyandang disabilitas fisik), 2,547,626 (penyandang disabilitas pendengaran), 1,389,614 (penyandang disabiltias mental) dan 1,158,012 (penyandang disabilitas kronis). Hal itu berdasarkan atas data Pusdatin Kementerian Kesehatan.
WHO menyebutkan di Indonesia terdapat sekitar 24 juta orang yang tergolong disabilitas, termasuk orang tua, disabilitas mental dan intelektual.
Dari jumlah tersebut baru 40% penyandang disabilitas usia sekolah yang bersekolah dan 60% sisanya belum mendapat layanan pendidikan yang optimal.
Menurut Badan Pusat Statistik, dampak dari kondisi pendidikan yang rendah menyebabkan posisi penyandang disabilitas menjadi mengalami problem anda yaitu pertama kondisi disabilitas itu sendiri dan kedua daya saing yang rendah akibat system social dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap penyandang disabilitas.
Hasto mengatakan, BKKBN bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun lembaga sosial yang langsung menangani disabilitas khususnya remaja. Sesuai UU 19 tahun 2011 yang berkaitan dengan konvensi hak-hak manusia penyandang disabilitas. Ada poin-poin yang memperkuat peran BKKBN.
“Kebebasan mereka untuk memilih dan berencana sangat diakomodasi dalam undang-undang. Kemudian kita juga memberikan respek terhadap keluarga, rumah dan lingkungan mereka sendiri,” katanya.
Rektor UNS Jamal Wiwoho dalam sambutannya mengatakan, UNS sudah sejak tahun 1968 mendirikan Pendidikan Luar Biasa dan Pusat Studi Disabilitas yang berdiri sejak 1994 dan melengkapi kampus dengan segala sarana dan prasarana yang ramah bagi penyandang disabilitas.
UNS juga mendidik 28 mahasiswa disabilitas dan saat ini membuka pendaftaran seleksi mandiri jalur disabilitas. Bahkan mahasiswa UNS pernah mendapatkan medali saat kejuaraan Asian Paaragames 2018 lalu.
Sayangnya, kata dia, masyarakat masih belum sepenuhnya ramah terhadap disabilitas. Padahal UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dalam pendidikan, kesehatan, pekerjaan kewirausahaan dan koperasi, kesejahteraan sosial, habilitasi dan rehabilitasi, hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat, serta hak berekspresi, berkomunikasi dan mendapatkan informasi.
Sementara itu, mahasiswa penyandang disabilitas, Surya Sahetapy mengamini kondisi tersebut, “Teman teman penyandang disabilitas tidak mengalami hambatan secara fisik. Hambatan yang kami rasakan bukan dari kami, tapi dari faktor eksternal. Apa bapak ibu punya teman penyandang disabilitas? Bertemanlah dengan mereka, dan kita dengarkan apa yang menjadi kebutuhan mereka sehingga kita bisa memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, lanjut Surya.
Sementara itu, Munawir Yusuf menyampaikan tips bagaimana memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya ramah terhadap disabilitas. “Di masyarakat ada kelompok organisasi remaja, misal karang taruna, remaja masjid, yang terkait kepemudaan. Persoalannya tidak di setiap daerah memahami tentang keberadaan penyandang disabilitas. Karena itu, ketika di kampung atau masyarakat ada penyandang disabilitas, kata kunci yang pertama adalah harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagain kegiatan di kampung,” tuturnya.
Munawir memberikan contoh di kampungnya yang memberikan kesempatan penyandang disabilitas untuk beribadah ke masjid dengan merangkak. Hal ini tentunya akan berhasil jika masyarakat memberikan kesempatan mereka untuk berpartisipasi layaknya anggota masyarakat. “Mereka (penyandang disabilitas-red) harus berpartisipasi secara riil, “ lanjut Munawir.
Surya menambahkan bahwa kesadaran itu harus di mulai dari keluarga dan mulai dari anak anak. “Saat membuka komunikasi dengan penyandang disabilitas, kebingungan di awal itu pasti ada, tetapi edukasi bisa dilakukan sehingga yang non disabilitas akan terbiasa, sehingga diskriminasi dan bullying tidak akan terjadi,” lanjut Surya.
BKKBN berhrap Hari Remaja Internasional tahuh ini menjadi momentum bagi remaja untuk terlibat dan beraksi secara nyata termasuk terus berupaya menjadikan lingkungan sekitar ramah bagi penyandang disabilitas.
Semua bisa di mulai dari yang paling dekat, dan paling mudah yaitu di lingkungan keluarga, tetangga, sekolah dan teman teman terdekat. Yuks, bareng-bareng mewujudkan Indonesia ramah disabilitas.
Dengan tema tersebut, masyarakat dunia terkhusus para anak muda diajak untuk menyoroti cara-cara yang dapat ditempuh untuk terlibat dalam memperkaya lembaga dan proses di baliknya baik di tingkat lokal, nasional, dan global.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo berharap remaja Indonesia bisa lebih meningkatkan keterampilan, kemampuan dan kapasitas meski di tengah pandemi. Hal tersebut dikatakannya penting untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Berbicara mengenai remaja, kata dia, BKBBN menempatkannya sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari proses rebranding yang dilakukan di awal tahun 2020 yang menyesuaikan program serta identitas lembaga dengan kondisi millenial.
“BKKBN merubah pendekatan program agar lebih relevan untuk generasi milenial dan zilenial, yaitu upaya rebranding seperti penyegaran penampilan logo, tagline,jingle, pendekatan lebih sesuai dengan selera dan dinamika generasi milenial dan zilenial,“ ungkap Deputi Bidang ADPIN, Nofrijal dalam Webinar bersama remaja disabilitas yang bertema Bersama Remaja Disabilitas Tingkatkan Program Generasi Berencana (Genre) pada Adaptasi Kebiasaan Baru, Rabu (8/12/2020). ( )
Webinar yang merupakan kerja sama BKKBN dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) ini diikuti oleh 7.000-an ribuan peserta remaja.
Menghadirkan Deputi Bidang ADPIN BKKBN, Nofrijal, Rektor UNS Jamal Wiwoho, mahasiswa tuli di Rochester Institute of Technology, New York Surya Sahetapy, Kepala PSD LPPM UNS Munawir Yusuf.
Mengapa remaja disabilitas? karena jumlah penyandang disabilitas saat ini mencapai 11,580,117 orang, di antaranya 3,474,035 (penyandang disabilitas penglihatan), 3,010,830 (penyandang disabilitas fisik), 2,547,626 (penyandang disabilitas pendengaran), 1,389,614 (penyandang disabiltias mental) dan 1,158,012 (penyandang disabilitas kronis). Hal itu berdasarkan atas data Pusdatin Kementerian Kesehatan.
WHO menyebutkan di Indonesia terdapat sekitar 24 juta orang yang tergolong disabilitas, termasuk orang tua, disabilitas mental dan intelektual.
Dari jumlah tersebut baru 40% penyandang disabilitas usia sekolah yang bersekolah dan 60% sisanya belum mendapat layanan pendidikan yang optimal.
Menurut Badan Pusat Statistik, dampak dari kondisi pendidikan yang rendah menyebabkan posisi penyandang disabilitas menjadi mengalami problem anda yaitu pertama kondisi disabilitas itu sendiri dan kedua daya saing yang rendah akibat system social dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap penyandang disabilitas.
Hasto mengatakan, BKKBN bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun lembaga sosial yang langsung menangani disabilitas khususnya remaja. Sesuai UU 19 tahun 2011 yang berkaitan dengan konvensi hak-hak manusia penyandang disabilitas. Ada poin-poin yang memperkuat peran BKKBN.
“Kebebasan mereka untuk memilih dan berencana sangat diakomodasi dalam undang-undang. Kemudian kita juga memberikan respek terhadap keluarga, rumah dan lingkungan mereka sendiri,” katanya.
Rektor UNS Jamal Wiwoho dalam sambutannya mengatakan, UNS sudah sejak tahun 1968 mendirikan Pendidikan Luar Biasa dan Pusat Studi Disabilitas yang berdiri sejak 1994 dan melengkapi kampus dengan segala sarana dan prasarana yang ramah bagi penyandang disabilitas.
UNS juga mendidik 28 mahasiswa disabilitas dan saat ini membuka pendaftaran seleksi mandiri jalur disabilitas. Bahkan mahasiswa UNS pernah mendapatkan medali saat kejuaraan Asian Paaragames 2018 lalu.
Sayangnya, kata dia, masyarakat masih belum sepenuhnya ramah terhadap disabilitas. Padahal UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dalam pendidikan, kesehatan, pekerjaan kewirausahaan dan koperasi, kesejahteraan sosial, habilitasi dan rehabilitasi, hak hidup secara mandiri dan dilibatkan dalam masyarakat, serta hak berekspresi, berkomunikasi dan mendapatkan informasi.
Sementara itu, mahasiswa penyandang disabilitas, Surya Sahetapy mengamini kondisi tersebut, “Teman teman penyandang disabilitas tidak mengalami hambatan secara fisik. Hambatan yang kami rasakan bukan dari kami, tapi dari faktor eksternal. Apa bapak ibu punya teman penyandang disabilitas? Bertemanlah dengan mereka, dan kita dengarkan apa yang menjadi kebutuhan mereka sehingga kita bisa memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, lanjut Surya.
Sementara itu, Munawir Yusuf menyampaikan tips bagaimana memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya ramah terhadap disabilitas. “Di masyarakat ada kelompok organisasi remaja, misal karang taruna, remaja masjid, yang terkait kepemudaan. Persoalannya tidak di setiap daerah memahami tentang keberadaan penyandang disabilitas. Karena itu, ketika di kampung atau masyarakat ada penyandang disabilitas, kata kunci yang pertama adalah harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagain kegiatan di kampung,” tuturnya.
Munawir memberikan contoh di kampungnya yang memberikan kesempatan penyandang disabilitas untuk beribadah ke masjid dengan merangkak. Hal ini tentunya akan berhasil jika masyarakat memberikan kesempatan mereka untuk berpartisipasi layaknya anggota masyarakat. “Mereka (penyandang disabilitas-red) harus berpartisipasi secara riil, “ lanjut Munawir.
Surya menambahkan bahwa kesadaran itu harus di mulai dari keluarga dan mulai dari anak anak. “Saat membuka komunikasi dengan penyandang disabilitas, kebingungan di awal itu pasti ada, tetapi edukasi bisa dilakukan sehingga yang non disabilitas akan terbiasa, sehingga diskriminasi dan bullying tidak akan terjadi,” lanjut Surya.
BKKBN berhrap Hari Remaja Internasional tahuh ini menjadi momentum bagi remaja untuk terlibat dan beraksi secara nyata termasuk terus berupaya menjadikan lingkungan sekitar ramah bagi penyandang disabilitas.
Semua bisa di mulai dari yang paling dekat, dan paling mudah yaitu di lingkungan keluarga, tetangga, sekolah dan teman teman terdekat. Yuks, bareng-bareng mewujudkan Indonesia ramah disabilitas.
(dam)