Alam Ganjar Ajak Anak Muda Belajar dan Adopsi Nilai Etika Kraton Yogyakarta
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Muhammad Zinedine Alam Ganjar mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton tersebut merupakan Istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Alam diajak cucu Sultan Hamengkubuwana X Drasthya Wironegoro untuk mempelajari arsip peninggalan dari kesultanan yang berdiri di atas lahan seluas 14.000 meter persegi. "Hari ini senang karena ditemani muterin seisi Kraton Yogyakarta dan ditunjukin beberapa arsip, konservasi, bahkan dikasih lihat laboratorium yang menyimpan barang-barang Kraton yang perlu dijaga," ucap Alam, Selasa (6/2/2024).
Di dalamnya terdapat banyak bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal sultan, keluarganya serta abdi dalem Kraton. Sementara di bagian utara terdapat Alun-alun Utara dan di selatan terdapat Alun-alun Selatan serta sekitar 10 menit dari kawasan Malioboro.
Alam mengaku mendapatkan banyak cerita bagaimana sejarah dan budaya Kraton Yogyakarta tersebut terbentuk. Melalui kunjungan tersebut, Alam berharap lebih banyak anak muda yang mau datang belajar dan mengadopsi nilai etika yang terkandung dalam Kraton Yogyakarta.
Alam mengaku kagum bisa datang kembali ke Kraton Yogyakarta. Menurutnya, banyak hal baru yang patut diapresiasi. Di sisi lain, di usianya yang sudah ratusan tahun ini, Kraton mampu mempertahankan dan menjaga eksistensi budayanya.
"Tempat bersejarah dan luar biasa saya pernah ke Kraton tapi sudah lama dan setiap balik ke sini selalu banyak sekali kegiatan ataupun pameran kebudayaan yang dipertunjukkan. Banyaknya inovasi dari segi konsep menurut saya itu menunjukkan suatu cara Kraton bisa menjaga demand wisatawan untuk mau datang terus ke Kraton sebagai objek wisata bersejarah dan berbudaya," ungkap Alam.
Di tengah pergerakan kehidupan sosial yang dinamis, Alam melihat Kraton merupakan salah satu destinasi wisata berbasis budaya yang tak lekang oleh waktu. Di sisi lain Kraton juga kerap menyelenggarakan acara adat dan kebudayaan yang senantiasa ditunggu oleh banyak masyarakat dalam maupun luar negeri.
"Apabila kita menganggap budaya kita itu kuno engga salah, tapi di situ lah hal menariknya. Kita datang dan melihat barang awam dan menjadi salah satu spot yang instagramable, hingga pembelajaran yang didapatkan. Ini sebagai salah satu cara kita untuk melestarikan eksistensi budaya agar semakin berkembang," pungkas Alam.
Sementara, Drasthya Wironegoro mengaku senang atas kedatangan Alam di Kraton tersebut. Dirinya menerima dengan senang hati Alam Ganjar yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Tentu, menurut Wironegoro Kraton bukan tempat yang asing bagi Alam.
"Yang pasti senang ya karena mau berwisata, anak UGM juga, siapa tahu bisa ngajak teman lain yang belum pernah ke Kraton untuk berwisata, selalu diterima pastinya," ujar Wironegoro.
Kraton Yogyakarta berdiri pada 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti. Kraton Yogyakarta sebagai cikal bakal keberadaan permukiman di wilayah Yogyakarta meninggalkan jejak sejarah yang masih sering jumpai sampai saat ini.
Kawasan ini merupakan living monument, yang masih hidup dan dubuktikan dengan ditetapkannya Kawasan kraton sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 186/2011 meliputi wilayah dalam benteng Baluwarti (Njeron Benteng) dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan sampai Ngampilan.
Kemudian pada 2017 terbit Peraturan Gubernur nomor 75/2017 yang menggabungkan kawasan cagar budaya Malioboro dan dalam benteng Kraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Kraton, yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak.
Alam diajak cucu Sultan Hamengkubuwana X Drasthya Wironegoro untuk mempelajari arsip peninggalan dari kesultanan yang berdiri di atas lahan seluas 14.000 meter persegi. "Hari ini senang karena ditemani muterin seisi Kraton Yogyakarta dan ditunjukin beberapa arsip, konservasi, bahkan dikasih lihat laboratorium yang menyimpan barang-barang Kraton yang perlu dijaga," ucap Alam, Selasa (6/2/2024).
Di dalamnya terdapat banyak bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal sultan, keluarganya serta abdi dalem Kraton. Sementara di bagian utara terdapat Alun-alun Utara dan di selatan terdapat Alun-alun Selatan serta sekitar 10 menit dari kawasan Malioboro.
Alam mengaku mendapatkan banyak cerita bagaimana sejarah dan budaya Kraton Yogyakarta tersebut terbentuk. Melalui kunjungan tersebut, Alam berharap lebih banyak anak muda yang mau datang belajar dan mengadopsi nilai etika yang terkandung dalam Kraton Yogyakarta.
Alam mengaku kagum bisa datang kembali ke Kraton Yogyakarta. Menurutnya, banyak hal baru yang patut diapresiasi. Di sisi lain, di usianya yang sudah ratusan tahun ini, Kraton mampu mempertahankan dan menjaga eksistensi budayanya.
"Tempat bersejarah dan luar biasa saya pernah ke Kraton tapi sudah lama dan setiap balik ke sini selalu banyak sekali kegiatan ataupun pameran kebudayaan yang dipertunjukkan. Banyaknya inovasi dari segi konsep menurut saya itu menunjukkan suatu cara Kraton bisa menjaga demand wisatawan untuk mau datang terus ke Kraton sebagai objek wisata bersejarah dan berbudaya," ungkap Alam.
Di tengah pergerakan kehidupan sosial yang dinamis, Alam melihat Kraton merupakan salah satu destinasi wisata berbasis budaya yang tak lekang oleh waktu. Di sisi lain Kraton juga kerap menyelenggarakan acara adat dan kebudayaan yang senantiasa ditunggu oleh banyak masyarakat dalam maupun luar negeri.
"Apabila kita menganggap budaya kita itu kuno engga salah, tapi di situ lah hal menariknya. Kita datang dan melihat barang awam dan menjadi salah satu spot yang instagramable, hingga pembelajaran yang didapatkan. Ini sebagai salah satu cara kita untuk melestarikan eksistensi budaya agar semakin berkembang," pungkas Alam.
Sementara, Drasthya Wironegoro mengaku senang atas kedatangan Alam di Kraton tersebut. Dirinya menerima dengan senang hati Alam Ganjar yang merupakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Tentu, menurut Wironegoro Kraton bukan tempat yang asing bagi Alam.
"Yang pasti senang ya karena mau berwisata, anak UGM juga, siapa tahu bisa ngajak teman lain yang belum pernah ke Kraton untuk berwisata, selalu diterima pastinya," ujar Wironegoro.
Kraton Yogyakarta berdiri pada 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti. Kraton Yogyakarta sebagai cikal bakal keberadaan permukiman di wilayah Yogyakarta meninggalkan jejak sejarah yang masih sering jumpai sampai saat ini.
Kawasan ini merupakan living monument, yang masih hidup dan dubuktikan dengan ditetapkannya Kawasan kraton sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 186/2011 meliputi wilayah dalam benteng Baluwarti (Njeron Benteng) dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan sampai Ngampilan.
Kemudian pada 2017 terbit Peraturan Gubernur nomor 75/2017 yang menggabungkan kawasan cagar budaya Malioboro dan dalam benteng Kraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Kraton, yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak.
(cip)