Tuduh Aparat Negara Tak Netral di Pilkada, PDIP Anggap SBY Panik

Rabu, 20 Juni 2018 - 16:24 WIB
Tuduh Aparat Negara Tak Netral di Pilkada, PDIP Anggap SBY Panik
Tuduh Aparat Negara Tak Netral di Pilkada, PDIP Anggap SBY Panik
A A A
JAKARTA - Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengaku melihat gejala ketidaknetralan aparat negara dalam Pilkada Serentak 2018 ditanggapi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). SBY pun dianggap sedang panik, sehingga melontarkan pertanyaan itu.

"Tuduhan tersebut selain merendahkan hak rakyat yang berdaulat, juga cermin kepanikan Pak SBY," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Bambang DH dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/6/2018).

Bambang DH pun menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan. "Berbeda dengan yang sebelumnya. Siapa yang di belakang tim alpha, bravo dan delta? Siapa yang menggunakan KPU yang seharusnya netral dan dijadikan pengurus Partainya? Siapa yang memanipulasi IT sehingga Antasari dipenjara?" kata Bambang DH.

"Siapa yang memanipulasi DPT sehingga kursi di Pacitan pada pemilu 2014 berkurang drastis dibanding 2009? Siapa yang menjadi pelopor penggunaan dana Bansos?” tambah Bambang DH.

Dirinya justru menunjukkan bagaimana Pilkada di Jawa Timur dikotori oleh praktik penyalahgunaan program keluarga harapan yang diklaim secara sepihak sebagai programnya Khofifah Indar Parawansa. “Itu sama saja penggunaan dana rakyat untuk kepentingan pribadi. Banyak bukti di lapangan terkait penyalahgunaan PKH tersebut. Ini yang seharusnya dikritik Pak SBY,” katanya.

Maka itu, dirinya menyarankan kepada SBY untuk melakukan introspeksi daripada menyalahkan pihak lain dengan menggunakan cara berpikir ketika dia berkuasa dengan menyampaikan tuduhan sepihak tanpa bukti. “PDI Perjuangan bahkan punya pengalaman buruk di Pilkada Bali 5 tahun lalu, saat itu alat negara diterjunkan hanya karena ambisi kekuasaan. Jadi, siapa yang punya sejarah gelap menggunakan kekuasaan? Pak SBY jangan lempar batu sembunyi tangan,” ungkapnya.

Dia pun mengimbau kepada seluruh pihak hendaknya membangun suasana kondusif dan membiarkan rakyat menjadi hakim tertinggi di dalam menentukan pemimpinnya. “Rakyat mencari pemimpin yang kuat secara kultural, berpengalaman serta tidak ambisius di dalam mengejar jabatan,”pungkasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5748 seconds (0.1#10.140)