Debat Capres Ketiga Gaungkan Sistem dan Strategi Pertahanan Nasional
loading...
A
A
A
Pandangan dari Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan
Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro atau akrab disapa Simon menuturkan, visi misi tiga paslon tersebut sejalan dengan visi pertahanan nasional. Namun, dia turut mengingatkan kepada para paslon bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Simon, serangan-serangan non fisik terhadap Indonesia, terutama generasi muda, jarang menjadi fokus para paslon, diantaranya ideologi ekstremis yang berpotensi memecah belah bangsa. Pasalnya, hal tersebut harus diantisipasi secara lebih serius.
“Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apa pun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga,” ujarnya.
Pertahanan nasional tidak bisa hanya mengandalkan satu matra, tapi harus dibangun melalui sistem yang terintegrasi lintas matra dan bukan hanya domain TNI.
Pria yang juga menjabat sebagai rektor di Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta tersebut mengatakan, matra darat, laut, udara, siber, dan luar angkasa harus bersinergi.
Maka dari itu, para capres harus mampu memberikan cara pandang dalam memperkuat pertahanan lintas matra, termasuk kapasitas, penilaian, dan strategi level interoperabilitas lintas matra.
Berjalannya target Minimum Essential Force (MEF) dalam pertahanan nasional, Indonesia sedang memperkuat Revolution in Military Affairs (RMA).
Kerangka RMA interoperabilitas dibangun dalam kesatupaduan teknologi, doktrin, dan organisasi militer. Di Indonesia, kesatupaduan tersebut tergabung dalam sabuk pertahanan negara kepulauan.
Maka dari itu, para capres harus dapat meneruskan kerangka RMA dalam sabuk pertahanan negara yang juga disesuaikan dengan perkembangan isu terkini, seperti KKB di Papua, pengungsi Rohingya, human trafficking, klaim Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Melayu oleh Malaysia, hingga respons masyarakat terhadap konflik luar negeri.
Melalui debat capres putaran ketiga ini diharapkan masyarakat dapat semakin mantap untuk menentukan pilihannya terhadap calon pemimpin bangsa nantinya. Kemeriahan acara ini tidak lepas dari dukungan Indofood.
Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro atau akrab disapa Simon menuturkan, visi misi tiga paslon tersebut sejalan dengan visi pertahanan nasional. Namun, dia turut mengingatkan kepada para paslon bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Simon, serangan-serangan non fisik terhadap Indonesia, terutama generasi muda, jarang menjadi fokus para paslon, diantaranya ideologi ekstremis yang berpotensi memecah belah bangsa. Pasalnya, hal tersebut harus diantisipasi secara lebih serius.
“Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apa pun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga,” ujarnya.
Pertahanan nasional tidak bisa hanya mengandalkan satu matra, tapi harus dibangun melalui sistem yang terintegrasi lintas matra dan bukan hanya domain TNI.
Pria yang juga menjabat sebagai rektor di Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta tersebut mengatakan, matra darat, laut, udara, siber, dan luar angkasa harus bersinergi.
Maka dari itu, para capres harus mampu memberikan cara pandang dalam memperkuat pertahanan lintas matra, termasuk kapasitas, penilaian, dan strategi level interoperabilitas lintas matra.
Berjalannya target Minimum Essential Force (MEF) dalam pertahanan nasional, Indonesia sedang memperkuat Revolution in Military Affairs (RMA).
Kerangka RMA interoperabilitas dibangun dalam kesatupaduan teknologi, doktrin, dan organisasi militer. Di Indonesia, kesatupaduan tersebut tergabung dalam sabuk pertahanan negara kepulauan.
Maka dari itu, para capres harus dapat meneruskan kerangka RMA dalam sabuk pertahanan negara yang juga disesuaikan dengan perkembangan isu terkini, seperti KKB di Papua, pengungsi Rohingya, human trafficking, klaim Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Melayu oleh Malaysia, hingga respons masyarakat terhadap konflik luar negeri.
Melalui debat capres putaran ketiga ini diharapkan masyarakat dapat semakin mantap untuk menentukan pilihannya terhadap calon pemimpin bangsa nantinya. Kemeriahan acara ini tidak lepas dari dukungan Indofood.