Soal Program Ganjar-Mahfud, Pengamat: Pendidikan Obat Mujarab Putus Rantai Kemiskinan
loading...
A
A
A
Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu yakin dalam satu keluarga selalu ada potensi besar. Jika dipersiapkan dengan benar, maka akan mampu mengubah nasib ke depan.
"Ketika kemudian mereka menyiapkan diri jauh ke depan dan dia butuh bimbingan, maka pendidikan menjadi jalur utama yang ada," imbuh Ganjar.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto menerangkan, berdasarkan penelitian dengan menggunakan data panel 21 tahun menunjukkan ada keterkaitan erat antara investasi pendidikan dengan pengentasan kemiskinan.
"Investasi pendidikan yang dapat memutus rantai kemiskinan dan juga mendorong kelompok miskin naik kelas menjadi kelompok kelas menengah," katanya.
Kendati demikian, Teguh menerangkan tantangan beratnya adalah bagaimana agar para sarjana terlahir dari kampus atau universitas berkualitas. "Isunya bukan tentang mencetak sarjana atau bukan sarjana, isunya adalah bagaimana mendorong orang sekolah di tempat berkualitas, sehingga bisa menjadi sarjana yang berkualitas yang bisa diserap di pasar tenaga kerja," katanya.
Menurutnya, jika sekadar mencetak sarjana, maka akan sangat berpotensi memunculkan masalah baru. "Jika kita sekadar mencetak sarjana tanpa dibarengi dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh lapangan kerja, maka yang terjadi adalah pengangguran terdidik yang akan mendorong instabilitas sosial," katanya.
"Ketika kemudian mereka menyiapkan diri jauh ke depan dan dia butuh bimbingan, maka pendidikan menjadi jalur utama yang ada," imbuh Ganjar.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto menerangkan, berdasarkan penelitian dengan menggunakan data panel 21 tahun menunjukkan ada keterkaitan erat antara investasi pendidikan dengan pengentasan kemiskinan.
"Investasi pendidikan yang dapat memutus rantai kemiskinan dan juga mendorong kelompok miskin naik kelas menjadi kelompok kelas menengah," katanya.
Kendati demikian, Teguh menerangkan tantangan beratnya adalah bagaimana agar para sarjana terlahir dari kampus atau universitas berkualitas. "Isunya bukan tentang mencetak sarjana atau bukan sarjana, isunya adalah bagaimana mendorong orang sekolah di tempat berkualitas, sehingga bisa menjadi sarjana yang berkualitas yang bisa diserap di pasar tenaga kerja," katanya.
Menurutnya, jika sekadar mencetak sarjana, maka akan sangat berpotensi memunculkan masalah baru. "Jika kita sekadar mencetak sarjana tanpa dibarengi dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh lapangan kerja, maka yang terjadi adalah pengangguran terdidik yang akan mendorong instabilitas sosial," katanya.
(cip)