Soal Surat Edaran Etika AI Kominfo, Dosen STIN: Penting, Walau Masih Pedoman Umum

Selasa, 26 Desember 2023 - 13:01 WIB
loading...
A A A
“Point pertama itu sangat penting. Jangan sampai AI difungsikan sebagai penentu kebijakan dan/atau pengambil keputusan yang menyangkut kemanusiaan. Ini sebenarnya yang banyak dikhawatirkan masyarakat, di mana jika ini terjadi, maka nilai-nilai kemanusiaan akan dipertanyakan karena keputusan terkait kemanusiaan akan diserahkan kepada AI,” katanya.

Apalagi, jika sistem blockchain sudah marak dipergunakan nantinya, ini menjadi sangat mendesak. Sistem blockchain memiliki algoritma yang bertindak sebagai smart contract yang mengatur ekosistemnya. "Bayangkan jika ini dipergunakan untuk mengatur hajat hidup orang banyak, maka kita menyerahkan kehidupan kemanusiaan kita kepada mesin. Ini berbahaya," ucapnya.

Smart contract merupakan suatu program berbasis AI yang tersimpan dalam sistem blockchain yang berjalan ketika kondisi yang ditentukan sudah terpenuhi. Smart contract juga dijalankan tanpa adanya pihak ketiga dan tertulis diatas blockchain.

Smart contract berbeda dengan program komputer yang lain, di mana smart contract akan tersimpan secara permanen di dalam sistem blockchain. Ini juga dapat diartikan sebagai suatu protokol dalam komputer yang digunakan untuk memfasilitasi dan memverifikasi negosiasi atau kinerja suatu contract secara digital.

Riri Satria menambahkan, smart contract umumnya digunakan untuk proses otomatisasi yang dapat memicu adanya tindakan berikutnya ketika kondisi tersebut terpenuhi.

“Bayangkan jika seandainya kehidupan kemanusiaan diatur oleh smart contract, maka tentu diperlukan sebuah regulasi khusus untuk mengatur smart contract tersebut. Inti dari regulasi adalah bagaimana membuat masyarakat merasa aman atau terlindungi oleh kehadiran negara dalam kehidupan, termasuk semua sistem yang menggunakan AI," ucapnya
(cip)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2414 seconds (0.1#10.140)