Menakar Peluang Puan dan AHY di 2024, Pengamat: Mentok Jadi Cawapres
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan antara Ketua DPP PDIP, Puan Maharani dan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Kamis kemarin dianggap pertemuan politik penting. Pasalnya, keduanya sama-sama dianggap sebagai klan politik petinggi partai yang memiliki peluang di Pilpres 2024.
"Dua-duanya, baik Puan maupun AHY masih fifty-fifty peluangnya. Analisa saya, keduanya paling mentok jadi cawapres. Untuk jadi capres sulit," ujar Analis Politik asal Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin saat dihubungi SINDOnews , Jumat (7/8/2020). (Baca juga: Pertemuan AHY-Puan Bahas Dampak Covid-19 Hingga Pilkada 2020)
Ujang mengatakan meski Puan punya PDIP namun perempuan yang juga Ketua DPR ini masih terganjal oleh elektabilitasnya. Ia melihat elektabilitas Puan masih rendah dan sulit naik. Menurutnya sebagai Ketua DPR, Puan tak mampu mengambil hati rakyat.
"Banyak keputusan-keputusan DPR yang berkolaborasi dengan pemerintah, yang ujungnya merugikan rakyat. Dan rakyat sangat paham tentang itu. Jadi Puan punya tugas berat untuk mengatrol popularitas dan elektabiltasnya, jika ingin bersaing di pencapresan 2024 nanti," tandasnya.
Adapun AHY, Ujang menilai, penerus trah politik SBY itu harus mampu meyakinkan partai-partai lain. Karena jika ingin maju sebagai capres atau cawapres harus bangun koalisi dengan banyak partai.
Kendala utama AHY tak punya jabatan di pemerintahan. Sehingga, sulit untuk mengukur keberhasilannya. AHY dianggapnya tak menjadi menteri sehingga rakyat tidak bisa menilai kinerjanya secara riil.
"Karena berdasarkan pengalaman SBY di 2004, dia menang di Pilpres mengalahkan Megawati, karena waktu itu posisinya Menko Polhukam. Namun jika AHY ingin leading dan ingin bersaing di Pilpres 2024, tidak ada kata lain, selain menggenjot popularitas dan elektabilitasnya," tutur dia. (Baca juga: Kemenkumham Sahkan Kubu Muchdi PR, Tommy Soeharto Diyakini Bakal Melawan)
"Jika popularitas dan elektabilitasnya rendah, maka partai-partai akan lari. Namun jika popularitas dan elektabilitas AHY tinggi hingga menjelang Pilpres nanti, maka partai-partai politik pun akan banyak yang meminangnya," sambungnya.
"Dua-duanya, baik Puan maupun AHY masih fifty-fifty peluangnya. Analisa saya, keduanya paling mentok jadi cawapres. Untuk jadi capres sulit," ujar Analis Politik asal Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin saat dihubungi SINDOnews , Jumat (7/8/2020). (Baca juga: Pertemuan AHY-Puan Bahas Dampak Covid-19 Hingga Pilkada 2020)
Ujang mengatakan meski Puan punya PDIP namun perempuan yang juga Ketua DPR ini masih terganjal oleh elektabilitasnya. Ia melihat elektabilitas Puan masih rendah dan sulit naik. Menurutnya sebagai Ketua DPR, Puan tak mampu mengambil hati rakyat.
"Banyak keputusan-keputusan DPR yang berkolaborasi dengan pemerintah, yang ujungnya merugikan rakyat. Dan rakyat sangat paham tentang itu. Jadi Puan punya tugas berat untuk mengatrol popularitas dan elektabiltasnya, jika ingin bersaing di pencapresan 2024 nanti," tandasnya.
Adapun AHY, Ujang menilai, penerus trah politik SBY itu harus mampu meyakinkan partai-partai lain. Karena jika ingin maju sebagai capres atau cawapres harus bangun koalisi dengan banyak partai.
Kendala utama AHY tak punya jabatan di pemerintahan. Sehingga, sulit untuk mengukur keberhasilannya. AHY dianggapnya tak menjadi menteri sehingga rakyat tidak bisa menilai kinerjanya secara riil.
"Karena berdasarkan pengalaman SBY di 2004, dia menang di Pilpres mengalahkan Megawati, karena waktu itu posisinya Menko Polhukam. Namun jika AHY ingin leading dan ingin bersaing di Pilpres 2024, tidak ada kata lain, selain menggenjot popularitas dan elektabilitasnya," tutur dia. (Baca juga: Kemenkumham Sahkan Kubu Muchdi PR, Tommy Soeharto Diyakini Bakal Melawan)
"Jika popularitas dan elektabilitasnya rendah, maka partai-partai akan lari. Namun jika popularitas dan elektabilitas AHY tinggi hingga menjelang Pilpres nanti, maka partai-partai politik pun akan banyak yang meminangnya," sambungnya.
(kri)