Setara Institute Mengetuk Hati Lembaga Survei
loading...
A
A
A
“Ada dua tujuan tidak etis yang hendak dicapai dari agenda ini, (1) berharap bandwagon effect, agar pemilih mengikuti langkah mayoritas publik yang sudah menentukan pilihan dan (2) menyediakan justifikasi akademik-populis, atas kemungkinan tindakan tidak jujur dan segala cara memenangi kontestasi, yang bisa saja dilakukan oleh pihak-pihak tertentu pada semua kandidat,’ ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejalan dengan sajian aneka survei, kampanye pemilu damai dan teduh terus disuarakan tetapi dengan nada suara yang menakutkan. Menurutnya, ajakan damai menjadi isu demokrasi dan keadilan pemilu, karena mengkritik kandidat dianggap bikin gaduh, mendorong netralitas berpotensi berhadapan dengan hukum, mengoreksi dan menjadikan isu pelanggaran konstitusi dan politik dinasti dianggap bikin gaduh dan menebar hoaks.
“Lalu situasi damai dan teduh itu ditujukan untuk apa? Berbagai keprihatinan ini menjadi kegelisahan publik dan terus akan mewarnai pilpres dan Pemilu 2024. Keprihatinan ini kini bertransformasi menjadi ketakutan dan teror demokrasi yang mengancam kebebasan sipil,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, transformasi destruktif ini akan semakin kencang karena posisi benturan kepentingan penguasa dengan kandidat tertentu, sehingga akan sulit menjadi wasit yang netral, sulit menjadi tuan rumah pertandingan yang ramah, meski berulang kali menjamu makan bersama.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejalan dengan sajian aneka survei, kampanye pemilu damai dan teduh terus disuarakan tetapi dengan nada suara yang menakutkan. Menurutnya, ajakan damai menjadi isu demokrasi dan keadilan pemilu, karena mengkritik kandidat dianggap bikin gaduh, mendorong netralitas berpotensi berhadapan dengan hukum, mengoreksi dan menjadikan isu pelanggaran konstitusi dan politik dinasti dianggap bikin gaduh dan menebar hoaks.
“Lalu situasi damai dan teduh itu ditujukan untuk apa? Berbagai keprihatinan ini menjadi kegelisahan publik dan terus akan mewarnai pilpres dan Pemilu 2024. Keprihatinan ini kini bertransformasi menjadi ketakutan dan teror demokrasi yang mengancam kebebasan sipil,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, transformasi destruktif ini akan semakin kencang karena posisi benturan kepentingan penguasa dengan kandidat tertentu, sehingga akan sulit menjadi wasit yang netral, sulit menjadi tuan rumah pertandingan yang ramah, meski berulang kali menjamu makan bersama.
(rca)