Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan: Perspektif Konfusianisme dan Kebangkitan Damai
loading...
A
A
A
Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Dosen Hubungan Internasional Universitas Presiden
PERTEMUAN Menteri Pertahanan ASEAN, yang berlangsung di Jakarta pada 15 November pekan ini, menitikberatkan pada situasi di Laut Cina Selatan, dengan kerja sama pertahanan internasional menjadi fokus utamanya. Para menteri pertahanan dari berbagai negara berkumpul untuk membahas kerja sama keamanan dan pertahanan regional.
Keesokan harinya, akan dilaksanakan ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus (ADMM-Plus). Di mana tidak hanya anggota ASEAN yang akan hadir, melainkan juga para menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya.
Sengketa di Laut Cina Selatan diharapkan menjadi bagian penting dalam fokus diskusi. Dalam pertemuan ini, diantisipasi bahwa para pemimpin akan membahas upaya untuk mengatasi ketegangan yang sedang berlangsung di kawasan tersebut.
Pernyataan bersama dari para menteri pertahanan diharapkan menegaskan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan. Selain itu, ditekankan pula perlunya semua pihak menahan diri agar tidak memperluas konflik di wilayah tersebut, dengan tujuan menghindari dampak negatif terhadap keamanan dan stabilitas regional.
Pertemuan ini juga menjadi arena untuk membahas kerja sama pertahanan internasional, di mana para pemimpin dapat mendalami potensi kolaborasi dalam mengatasi tantangan keamanan bersama. Kehadiran para menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya menunjukkan komitmen bersama dalam mencapai keamanan regional. Isu-isu seperti terorisme, kejahatan lintas batas, dan keamanan maritim juga diharapkan menjadi topik pembahasan dalam rangka menciptakan kerangka kerja yang kokoh untuk keamanan bersama.
Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan terbentuknya pemahaman yang lebih baik antar-negara dan terciptanya solusi yang efektif untuk menjaga stabilitas di kawasan. Komitmen untuk menjalin kerja sama dan menyelesaikan konflik dengan semangat perdamaian akan menjadi kunci dalam mencapai tujuan keamanan dan pertahanan regional yang kokoh.
Dalam pertemuan ini, negara-negara ASEAN menekankan pentingnya perdamaian di Laut Cina Selatan. Mereka menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari perluasan serta kompleksitas perselisihan di kawasan, dengan tujuan utama menjamin perdamaian dan stabilitas. Pernyataan tersebut juga mengonfirmasi kembali komitmen bersama untuk mendorong pembentukan "Kode Etik di Laut Cina Selatan" (COC) antara negara-negara ASEAN dan China.
Dalam beberapa bulan terakhir, perselisihan di Laut Cina Selatan semakin memanas, terutama dalam konflik antara China dan Filipina yang mendapat perhatian internasional. Semua pihak menyerukan ketenangan dan mendukung upaya negara-negara ASEAN dan China untuk bersama-sama mempromosikan "COC".
Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lain menekankan dukungan mereka terhadap sekutunya, termasuk memperkuat kerja sama militer dengan Filipina. Namun, berbeda dengan tahun lalu, pertemuan tahun ini diperkirakan lebih menitikberatkan pada kerja sama pertahanan dan keamanan maritim, dengan penekanan khusus pada menjaga stabilitas kawasan.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Presiden
PERTEMUAN Menteri Pertahanan ASEAN, yang berlangsung di Jakarta pada 15 November pekan ini, menitikberatkan pada situasi di Laut Cina Selatan, dengan kerja sama pertahanan internasional menjadi fokus utamanya. Para menteri pertahanan dari berbagai negara berkumpul untuk membahas kerja sama keamanan dan pertahanan regional.
Keesokan harinya, akan dilaksanakan ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus (ADMM-Plus). Di mana tidak hanya anggota ASEAN yang akan hadir, melainkan juga para menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya.
Sengketa di Laut Cina Selatan diharapkan menjadi bagian penting dalam fokus diskusi. Dalam pertemuan ini, diantisipasi bahwa para pemimpin akan membahas upaya untuk mengatasi ketegangan yang sedang berlangsung di kawasan tersebut.
Pernyataan bersama dari para menteri pertahanan diharapkan menegaskan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan. Selain itu, ditekankan pula perlunya semua pihak menahan diri agar tidak memperluas konflik di wilayah tersebut, dengan tujuan menghindari dampak negatif terhadap keamanan dan stabilitas regional.
Pertemuan ini juga menjadi arena untuk membahas kerja sama pertahanan internasional, di mana para pemimpin dapat mendalami potensi kolaborasi dalam mengatasi tantangan keamanan bersama. Kehadiran para menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya menunjukkan komitmen bersama dalam mencapai keamanan regional. Isu-isu seperti terorisme, kejahatan lintas batas, dan keamanan maritim juga diharapkan menjadi topik pembahasan dalam rangka menciptakan kerangka kerja yang kokoh untuk keamanan bersama.
Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan terbentuknya pemahaman yang lebih baik antar-negara dan terciptanya solusi yang efektif untuk menjaga stabilitas di kawasan. Komitmen untuk menjalin kerja sama dan menyelesaikan konflik dengan semangat perdamaian akan menjadi kunci dalam mencapai tujuan keamanan dan pertahanan regional yang kokoh.
Dalam pertemuan ini, negara-negara ASEAN menekankan pentingnya perdamaian di Laut Cina Selatan. Mereka menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari perluasan serta kompleksitas perselisihan di kawasan, dengan tujuan utama menjamin perdamaian dan stabilitas. Pernyataan tersebut juga mengonfirmasi kembali komitmen bersama untuk mendorong pembentukan "Kode Etik di Laut Cina Selatan" (COC) antara negara-negara ASEAN dan China.
Dalam beberapa bulan terakhir, perselisihan di Laut Cina Selatan semakin memanas, terutama dalam konflik antara China dan Filipina yang mendapat perhatian internasional. Semua pihak menyerukan ketenangan dan mendukung upaya negara-negara ASEAN dan China untuk bersama-sama mempromosikan "COC".
Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lain menekankan dukungan mereka terhadap sekutunya, termasuk memperkuat kerja sama militer dengan Filipina. Namun, berbeda dengan tahun lalu, pertemuan tahun ini diperkirakan lebih menitikberatkan pada kerja sama pertahanan dan keamanan maritim, dengan penekanan khusus pada menjaga stabilitas kawasan.