Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan: Perspektif Konfusianisme dan Kebangkitan Damai

Senin, 20 November 2023 - 13:40 WIB
loading...
Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan: Perspektif Konfusianisme dan Kebangkitan Damai
Harryanto Aryodiguno, Ph.D, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Dosen Hubungan Internasional Universitas Presiden

PERTEMUAN Menteri Pertahanan ASEAN, yang berlangsung di Jakarta pada 15 November pekan ini, menitikberatkan pada situasi di Laut Cina Selatan, dengan kerja sama pertahanan internasional menjadi fokus utamanya. Para menteri pertahanan dari berbagai negara berkumpul untuk membahas kerja sama keamanan dan pertahanan regional.

Keesokan harinya, akan dilaksanakan ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus (ADMM-Plus). Di mana tidak hanya anggota ASEAN yang akan hadir, melainkan juga para menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya.

Sengketa di Laut Cina Selatan diharapkan menjadi bagian penting dalam fokus diskusi. Dalam pertemuan ini, diantisipasi bahwa para pemimpin akan membahas upaya untuk mengatasi ketegangan yang sedang berlangsung di kawasan tersebut.

Pernyataan bersama dari para menteri pertahanan diharapkan menegaskan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan. Selain itu, ditekankan pula perlunya semua pihak menahan diri agar tidak memperluas konflik di wilayah tersebut, dengan tujuan menghindari dampak negatif terhadap keamanan dan stabilitas regional.

Pertemuan ini juga menjadi arena untuk membahas kerja sama pertahanan internasional, di mana para pemimpin dapat mendalami potensi kolaborasi dalam mengatasi tantangan keamanan bersama. Kehadiran para menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya menunjukkan komitmen bersama dalam mencapai keamanan regional. Isu-isu seperti terorisme, kejahatan lintas batas, dan keamanan maritim juga diharapkan menjadi topik pembahasan dalam rangka menciptakan kerangka kerja yang kokoh untuk keamanan bersama.

Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan terbentuknya pemahaman yang lebih baik antar-negara dan terciptanya solusi yang efektif untuk menjaga stabilitas di kawasan. Komitmen untuk menjalin kerja sama dan menyelesaikan konflik dengan semangat perdamaian akan menjadi kunci dalam mencapai tujuan keamanan dan pertahanan regional yang kokoh.

Dalam pertemuan ini, negara-negara ASEAN menekankan pentingnya perdamaian di Laut Cina Selatan. Mereka menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari perluasan serta kompleksitas perselisihan di kawasan, dengan tujuan utama menjamin perdamaian dan stabilitas. Pernyataan tersebut juga mengonfirmasi kembali komitmen bersama untuk mendorong pembentukan "Kode Etik di Laut Cina Selatan" (COC) antara negara-negara ASEAN dan China.

Dalam beberapa bulan terakhir, perselisihan di Laut Cina Selatan semakin memanas, terutama dalam konflik antara China dan Filipina yang mendapat perhatian internasional. Semua pihak menyerukan ketenangan dan mendukung upaya negara-negara ASEAN dan China untuk bersama-sama mempromosikan "COC".

Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lain menekankan dukungan mereka terhadap sekutunya, termasuk memperkuat kerja sama militer dengan Filipina. Namun, berbeda dengan tahun lalu, pertemuan tahun ini diperkirakan lebih menitikberatkan pada kerja sama pertahanan dan keamanan maritim, dengan penekanan khusus pada menjaga stabilitas kawasan.

Penulis berpendapat bahwa perlu adanya pencegahan eskalasi perselisihan di kawasan melalui dialog, sehingga tidak berkembang menjadi konflik langsung. Selain memperhatikan situasi di Laut Cina Selatan, Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Plus juga akan melibatkan kerja sama pertahanan, keamanan regional dan internasional, serta isu-isu lainnya.

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, telah tiba di Indonesia dan akan mengadakan pertemuan informal dengan ASEAN untuk membahas perluasan kerja sama keamanan, setahun setelah ASEAN menjalin kemitraan strategis komprehensif dengan Amerika Serikat.

Dalam pertemuan tersebut, China diwakili oleh Jing Jianfeng, wakil kepala staf Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Pusat. Komunitas internasional berharap Tiongkok dapat memerankan peran konstruktif dalam pertemuan tersebut dan mencari penyelesaian perselisihan melalui dialog.

Partisipasi negara-negara seperti Korea Selatan dan India juga menjadi sorotan dalam pertemuan ini. Posisi masing-masing negara terkait tantangan keamanan regional dan urusan internasional diharapkan akan menjadi bagian dari diskusi. Korea Selatan akan mencari dukungan atas upayanya mengelola keamanan di Semenanjung Korea, sementara India akan menyampaikan pandangannya mengenai masalah keamanan regional dan internasional serta membahas isu-isu kerja sama pertahanan.

Dalam konteks sengketa Laut Cina Selatan, penulis mencoba menggunakan teori kebangkitan damai untuk menyoroti pentingnya kerjasama damai antar negara yang sedang berkembang. Beberapa aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam kerangka ini meliputi:

Kerjasama dan Dialog Multilateral: Teori kebangkitan damai menganjurkan kerja sama melalui dialog multilateral. Dalam konteks Laut Cina Selatan, semua pihak diharapkan berpartisipasi aktif dalam dialog multilateral untuk menyelesaikan perselisihan. Inisiatif seperti "Kode Etik di Laut Cina Selatan" (COC) yang digagas ASEAN merupakan langkah positif untuk penyelesaian damai.

Transparansi dan Kepercayaan: Kebangkitan Damai atau Peaceful Rise menekankan transparansi dan kepercayaan. Dalam menghadapi sengketa Laut Cina Selatan, negara-negara dapat meningkatkan transparansi, berbagi informasi, dan membangun landasan kepercayaan untuk mengurangi ketegangan dan kesalahpahaman.

Kepatuhan Terhadap Hukum Internasional: Peaceful Rise mendorong patuh terhadap hukum internasional. Di Laut Cina Selatan, penegakan Konvensi PBB tentang Hukum Laut dan ketaatan pada hukum internasional dan praktik regional menjadi penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas.

Pembangunan Bersama dan Manfaat Regional: Perspektif kebangkitan damai menekankan bahwa pembangunan suatu negara harus memberikan manfaat bagi kawasan secara keseluruhan. Di Laut Cina Selatan, kerja sama ekonomi dan pembangunan bersama dapat menjadi kunci untuk meminimalkan perselisihan dan konflik.

Dalam perspektif Konfusianisme, penulis menyoroti etika Konfusianisme yang menekankan kebajikan, peduli terhadap sesama, dan menciptakan harmoni dalam hubungan antarindividu dan masyarakat. Dalam konteks sengketa Laut Cina Selatan, pendekatan damai yang diadvokasi oleh Konfusianisme dapat membantu membangun tatanan regional yang harmonis dan stabil.

Konfusianisme mengajarkan bahwa pemimpin politik harus memiliki karakter dan moralitas yang tinggi, memimpin dengan memberi contoh, dan menangani konflik melalui pendekatan moral. Dalam konteks sengketa Laut Cina Selatan, perspektif Konfusianisme mungkin akan menyerukan kepada para pemimpin untuk mengadopsi prinsip-prinsip moral dalam menanggapi konflik, memastikan bahwa kebijakan nasional diarahkan pada pembangunan yang damai dan harmonis.

Etika dan norma yang ditekankan oleh Konfusianisme juga dapat memberikan landasan bagi penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan. Konfusianisme menekankan bahwa individu harus berperilaku sesuai dengan norma sosial. Dalam konteks ini, perspektif Konfusianisme dapat mendorong semua pihak untuk mematuhi hukum internasional dan praktik regional, menciptakan dasar untuk ketertiban hubungan internasional.

Konsep hidup berdampingan secara damai yang ditekankan oleh Konfusianisme dapat menjadi landasan bagi penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan. Ini melibatkan kerja sama, dialog, dan saling percaya antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan menggabungkan pandangan Konfusianisme dan teori kebangkitan damai, penyelesaian sengketa memerlukan upaya bersama untuk mencapai perdamaian regional, stabilitas, dan pembangunan bersama.

Dalam implementasi solusi, penting untuk membangun rasa saling percaya, transparansi, dan hubungan yang stabil. Dialog dan konsultasi menjadi kunci dalam merumuskan solusi yang layak. Penyelesaian melalui prinsip-prinsip moral, kepemimpinan moral, dan komitmen terhadap etika dan norma dapat membentuk dasar yang kuat untuk penanganan perselisihan.

Secara keseluruhan, melalui pemahaman dan penerapan Konfusianisme dan konsep kebangkitan damai, semua pihak dapat bekerja sama untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan pembangunan bersama di kawasan Laut Cina Selatan.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1577 seconds (0.1#10.140)