Jamaah Haji Keluhkan Pelayanan di Armina, Ini Kata Menag

Rabu, 01 November 2017 - 14:55 WIB
Jamaah Haji Keluhkan Pelayanan di Armina, Ini Kata Menag
Jamaah Haji Keluhkan Pelayanan di Armina, Ini Kata Menag
A A A
JAKARTA - Badan Pusa Statistik (BPS) merilis hasil survei indeks kepuasan jamaah haji Indonesia (IKHJI) pada 2017 yang mencapai 84,85%. Dari hasil survei tersebut, terlihat bahwa jamaah haji merasa tidak puas dengan pelayanan catering, transporasi, hingga pelayanan tenda di Arafah-Mudalifah-Mina (Armina).

Kepuasan pelayanan catering di Armina turun sekitar 0,19 poin, pelayanan bus turun 1,76 poin, dan pelayanan tenda juga turun 1,75 poin. Kebanyakan jamaah mengeluh karena cita rasa makanan yang tidak enak, distribusinya yang terlalu lama, waktu kedatangan armada bus yang terlambat, serta ukuran tenda yang tidak sesuai dengan jumlah jamaah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifudding mengungkapkan, pihaknya telah memprediksi sejak awal bahwa jamaah haji akan mengeluh mengenai pelayanan di Armina. Pasalnya, pemerintah tidak punya keleluasaan untuk mengatur jamaah.

"Penyelenggara haji itu ibarat kita punya gawe besar di rumah orang. Jadi ini kerja besar melayani 221.000 WNI yang berhaji, tapi kita melayani di rumah orang, di negara orang yang tentu budaya, tradisi, kebiasaan, iklim, cuaca, dan regulasinya berbeda. Tentu kami sbagai penyelenggara tidak punya keleluasaan penuh mengatur jamaah kita," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (1/11/2017).

Dia beralasan, ketiakpuasan jamaah atas pelayanan di Armina lantaran saat itu adalah waktu puncak kelelahan para jamaah baik gelombang satu ataupun gelombang kedua. Jadi, sangat wajar jika pelayanan dianggap kurang memuaskan, sebab jamaah tentu ingin bisa beristirahat dengan nyaman saat mereka lelah.

"Pertama, itu (Armina) adalah puncak kelelahan jamaah. Baik gelombang pertama atau kedua, puncak kelelahan jamaah haji seluruh dunia itu ketika berada di Arafah lalu Muzdalifah. Karena itulah titik haji itu adalah Arafah. Setelah mereka mengerjakan umroh, sholat arbain selama 40x di Madinah," imbuh dia.

Menurutnya, Armina memang menjadi bentuk pelayanan paling minim dibanding saat jamaah berada di Makkah dan Madinah. Sebab, saat di Makkah dan Madinah, jamaah haji menginap minimal di hotel berbintang 3. Sedangkan saat di Armina, mereka tidur di tenda-tenda yang telah disiapkan panitia penyelenggara dari Arab Saudi.

Tak hanya itu, catering yang diperuntukkan bagi jamaah haji pun berasal dari dapur umum yang ada di sana. Berbeda dengan saat di Makkah dan Madinah, yang makanan berasal dari hotel atau perusahaan catering yang baik.

"Catering itu di-supply dari dapur di Arafah-Mina. Kualitasnya bisa dibandingkan dengan catering di sebuah perusahaan catering yang baik , dibanding dapur umum yang ada di Arafah-Mina," imbuh dia.

Masih menurut Lukman, pemerintah Indonesia sejatinya tidak memiliki keleluasaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Saat ini pemerintah terus berusaha untuk memperjuangkan agar jumlah tenda ditambah, namun tak kunjung terealisasi.

Selama ini, tenda telah disiapkan oleh panitia penyelenggaraan haji dari Arab Saudi. Begitupun transportasi yang sudah disiapkan oleh organda dari Arab Saudi. Pemerintah tidak bisa memilih tenda ataupun bus yang nyaman untuk jamaah saat berada di Armina.

"Beda dengan Madinah dan Makkah, kita sendiri yang menentukan hotel dan transportasinya di mana. Di Arafah-Mina, bus yang digunakan itu sepenuhnya ditentukan oleh organda. Jadi kita tidak bisa memilih bus-bus yang baik. Jadi ini bukan karena excuse, tapi kita sudah memprediksi bahwa pelayanan yang boleh jadi rendah dibanding yang lain itu adalah pelayanan di Arafah," tandasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4450 seconds (0.1#10.140)