Pelajaran Berarti dari Kertajati
loading...
A
A
A
baca juga: Tol Cisumdawu Disebut Kunci Ramainya Bandara Kertajati Majalengka
Disebut-sebut, KEK yang performanya kurang baik adalah berada di Kawasan Indonesia Timur. Sederet fakta di atas makin menguatkan bahwa banyak proyek besar di negara ini yang terbilang gagal. Bisa dikatakan gagal lantaran apa yang dicitakan tidak berbanding lurus dengan kenyataan di lapangan.
Tentu banyak faktor penyebab jika mengurai lebih dalam kenapa proyek-proyek yang menelan dana triliunan rupiah itu bisa tak jalan. Namun jika menilik fakta proyek yang dijelaskan di atas, tampaknya ada perencanaan yang tidak matang. Lantas kenapa harus dipaksakan jalan proyek yang tak prospektif itu? Inilah yang harus dibedah dan dievaluasi agar Indonesia tak terjerumus di lubang yang sama lagi.
Kembali pada Bandara Kertajati, sejatinya ini adalah proyek lama yang direncanakan sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri. Studi kelayakan pada 2003 atau era Megawati, penetapan lokasi pada 2005 atau era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan tahap eksekusi era Jokowi dimulai pada 2015 dan rampung pada 2018.
Meski proyek bandara ini adalah hasil perenungan dan pembahasan yang panjang, namun masih terlihat gagap menyesuaikan kondisi di lapangan. Sejak awal, agar beroperasi optimal, tentu bandara ini diproyeksikan terkoneksi dengan jalur transportasi yang memadai, utamanya tol.
baca juga: Bandara Kertajati Dijual, Saudi dan India Jadi Pemegang Saham
Ini tak berlebihan. Sebab wilayah Kertajati bukanlah jarak yang pendek jika ditempuh dari Kota Bandung karena mencapai 60 kilometer lebih. Sementara akses tol yang menjadi penghubung utama ke Kertajati dari Bandung yakni Cisumdawu baru dibuka pada pertengahan 2023 atau setelah dikerjakan sejak 2011 silam.
Sejak awal, proyek Bandara Kertajati diharapkan rampung berbarengan dengan Tol Cisumdawu. Namun, ternyata proses pembebasan lahan di Cisumdawu lebih berbelit. Akibatnya target dua proyek ini agar bisa dioperasikan bersama menjadi sulit.
Jika pemerintah mau berhati-hati, sejatinya molornya proyek Tol Cisumdawu sudah bisa dideteksi lebih dini. Ketika Tol Cisumdawu yang menelan dana hingga Rp18,3 triliun itu diketahui akan meleset dari target, pada saat yang bersamaan, proyek BIJB seyogyanya pun tidak dibuat laksana ‘kejar tayang’. Dengan demikian, maka jeda operasional dua proyek ini tidak terlama lama.
Pada 28 Mei 2023 lalu, penulis kebetuan berkesempatan melihat langsung dampak mangkraknya Bandara Kertajati akibat operasional yang tertunda ini bertepatan dengan pemberangkatan jemaah haji kloter pertama. Bangunan megah dan luas bandara tampak kusam di sana sini.
Disebut-sebut, KEK yang performanya kurang baik adalah berada di Kawasan Indonesia Timur. Sederet fakta di atas makin menguatkan bahwa banyak proyek besar di negara ini yang terbilang gagal. Bisa dikatakan gagal lantaran apa yang dicitakan tidak berbanding lurus dengan kenyataan di lapangan.
Tentu banyak faktor penyebab jika mengurai lebih dalam kenapa proyek-proyek yang menelan dana triliunan rupiah itu bisa tak jalan. Namun jika menilik fakta proyek yang dijelaskan di atas, tampaknya ada perencanaan yang tidak matang. Lantas kenapa harus dipaksakan jalan proyek yang tak prospektif itu? Inilah yang harus dibedah dan dievaluasi agar Indonesia tak terjerumus di lubang yang sama lagi.
Kembali pada Bandara Kertajati, sejatinya ini adalah proyek lama yang direncanakan sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri. Studi kelayakan pada 2003 atau era Megawati, penetapan lokasi pada 2005 atau era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan tahap eksekusi era Jokowi dimulai pada 2015 dan rampung pada 2018.
Meski proyek bandara ini adalah hasil perenungan dan pembahasan yang panjang, namun masih terlihat gagap menyesuaikan kondisi di lapangan. Sejak awal, agar beroperasi optimal, tentu bandara ini diproyeksikan terkoneksi dengan jalur transportasi yang memadai, utamanya tol.
baca juga: Bandara Kertajati Dijual, Saudi dan India Jadi Pemegang Saham
Ini tak berlebihan. Sebab wilayah Kertajati bukanlah jarak yang pendek jika ditempuh dari Kota Bandung karena mencapai 60 kilometer lebih. Sementara akses tol yang menjadi penghubung utama ke Kertajati dari Bandung yakni Cisumdawu baru dibuka pada pertengahan 2023 atau setelah dikerjakan sejak 2011 silam.
Sejak awal, proyek Bandara Kertajati diharapkan rampung berbarengan dengan Tol Cisumdawu. Namun, ternyata proses pembebasan lahan di Cisumdawu lebih berbelit. Akibatnya target dua proyek ini agar bisa dioperasikan bersama menjadi sulit.
Jika pemerintah mau berhati-hati, sejatinya molornya proyek Tol Cisumdawu sudah bisa dideteksi lebih dini. Ketika Tol Cisumdawu yang menelan dana hingga Rp18,3 triliun itu diketahui akan meleset dari target, pada saat yang bersamaan, proyek BIJB seyogyanya pun tidak dibuat laksana ‘kejar tayang’. Dengan demikian, maka jeda operasional dua proyek ini tidak terlama lama.
Pada 28 Mei 2023 lalu, penulis kebetuan berkesempatan melihat langsung dampak mangkraknya Bandara Kertajati akibat operasional yang tertunda ini bertepatan dengan pemberangkatan jemaah haji kloter pertama. Bangunan megah dan luas bandara tampak kusam di sana sini.