Jibaku Pemerintah Menjaga Reputasi di Tengah Pandemi

Kamis, 06 Agustus 2020 - 10:48 WIB
loading...
Jibaku Pemerintah Menjaga Reputasi di Tengah Pandemi
Lizzatul Farhatiningsih, S.I.Kom, M.Si, Pranata Humas Kementerian Perdagangan/Dewan Pengurus Pusat Iprahumas Indonesia. Foto/Dok. Pribadi
A A A
Lizzatul Farhatiningsih, S.I.Kom, M.Si
Pranata Humas Kementerian Perdagangan/Dewan Pengurus Pusat Iprahumas Indonesia

EKONOMI atau kesehatan masyarakat yang lebih penting? Pertanyaan itu menjadi senjata yang selalu ditujukan untuk pemerintah sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Ya, kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama pentingnya.

Belakangan, yang kita dengar adalah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di mana-mana dan berbagai sektor. Di sisi lain, jumlah korban Covid-19 pun semakin bertambah. Sehingga, tidak heran, jika mulai terdengar suara-suara sumbang yang mengkritik kinerja pemerintah. (Baca juga: Pengumuman! Ekonomi Indonesia Resmi Minus 5,32% di Kuartal II/2020)

Keputusan yang dibuat oleh pemerintah terkait kesehatan publik dan atau bagaimana memulihkan ekonomi jangka pendek memiliki implikasi yang penting untuk membentuk persepsi masyarakat dan stereotip tentang suatu negara, pemerintahan, serta birokrasi yang biasa disebut sebagai reputasi negara (Nelson & Witko, 2020). Reputasi bagi suatu pemerintahan penting untuk dikembangkan guna mengetahui bagaimana masyarakat atau individu berinteraksi dengan mereka dan kemudian memiliki kesediaan untuk bekerja sama.

Berbicara tentang reputasi, tidak akan lepas dari trust atau kepercayaan. Tingkatan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah mempengaruhi reputasi pemerintah. (Baca juga: Ekonomi RI Ambyar -5,32%, Awas Makin Banyak PHK!)

Ketika negara dianggap telah melakukan kebijakan dengan baik dan benar, kepercayaan masyarakat akan tumbuh dengan sendirinya. Hal itu juga didukung dengan kondisi negara yang kondusif sebagai akibat pengambilan kebijakan tersebut.

Kondisi yang kondusif memberikan ketenangan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan berjuang memperbaiki ekonomi. Masyarakat tidak akan merasa resah untuk bekerja, berwirausaha, atau pun mencari kesempatan-kesempatan bisnis yang lain. Jelas, hal itu pun akan mendukung pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara.

Sebuah penelitian yang dilakukan Nelson dan Witko (2020) tentang bagaimana reputasi pemerintah Amerika Serikat di tengah pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa masyarakat melihat adanya peluang ekonomi lebih baik justru di negara-negara yang menerapkan dengan tegas social distancing atau pembatasan sosial dan mengkampanyekan stay at home.

Mereka beranggapan bahwa dengan penerapan peraturan tersebut, artinya pemerintah serius menangani pandemi Covid-19 ini. Tentu anggapan tersebut menimbulkan rasa percaya dan keyakinan terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. (Lihat grafis: Ilmuwan China Lari ke AS: Covid-19 Dibuat di Lab Militer China)

Bagaimana pun juga, masyarakat mengharapkan tindakan nyata dari pemerintah dalam menangani wabah Covid-19. Pembatasan sosial, anjuran stay at home, sampai adanya kebijakan “normal baru” dengan segala protokol kesehatannya merupakan upaya pemerintah mengutamakan kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Pemerintah ingin masyarakat tetap tenang di tengah kewaspadaan. Tujuannya adalah agar kita, baik pemerintah maupun masyarakat bahu-membahu dalam mencari solusi terbaik. Di sisi lain, pemerintah bersama para pakar juga terus melakukan kajian sebagai dasar pengambilan kebijakan-kebijakan.

Reputasi pemerintah merupakan investasi bagi ekonomi jangka panjang. Tidak ada salahnya jika pemerintah lebih sering lagi melakukan public hearing atau berdialog dengan masyarakat agar lebih mengetahui kondisi lapangan, khususnya di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Tindakan yang tepat tidak hanya menyelamatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga menyelamatkan perekonomian negara.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1555 seconds (0.1#10.140)