Demi Indonesia Maju, Pemilu 2024 Harus Sejuk, Damai, dan Berkualitas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilu merupakan hajatan rakyat sehingga harus terlaksana dengan penuh kesejukan, damai, dan berkualitas. Hal itu juga menjadi cermin dari kematangan dan kedewasaan sebuah negara yang berperadaban maju.
”Pemilu adalah cara satu-satunya yang kita sepakati untuk memilih pemimpin yang akan menahkodai republik ini nantinya,” kata Sekjen Pandawa 5 Muh Ryano Panjaitan dalam siaran persnya, Kamis (2/11/2023).
Tentu preferensi terhadap siapa yang layak memimpin Indonesia itu pastilah berbeda. ”Namun yang harus dipahami adalah arah dan tujuan ke mana kapal itu akan berlabuh telah disepakati sejak awal lahirnya republik ini di tahun 1945,” ujarnya.
Menurut Ryano, nuansa dan pesan itulah yang dapat drasakan saat Presiden Jokowi mengundang semua kandidat capres untuk makan siang bersama di Istana Negara. Presiden Jokowi dan ketiga kandidat capres pada momen itu seolah menegaskan sinyalemen bahwa momentum pemilu adalah hajatan rakyat. ”Dan elite sudah selayaknya memberi contoh yang baik bahwa perbedaan adalah hal biasa yang lumrah,” ujarnya.
Pesan simbolis dari pertemuan tersebut mengafirmasi bahwa pemilu bukan lagi tentang cerita untuk berusaha pemenang dan lainya menjadi pecundang. Lebih dari itu pemilu adalah panggung untuk menyatakan komitmen kebangsaan kita sebagai bagian integral dari Indonesia yang sama.
Maka bagi elite atau aktor politik memiliki tanggung jawab yang sama untuk membangun negara ini bersama-sama. ”Sehingga harapannya, partisipasi rakyat dalam pemilu juga harus dimaknai sebagai salah satu cara kita untuk mendedikasikan diri ikut terlibat dalam upaya mewujudkan Indonesia yang maju dimasa depan,” tandasnya.
Memang sejarah pernah mencatat bahwa Indonesia pernah melalui proses pemilu yang cukup berat dan melelahkan karena fanatisme dangkal dan ego sektarian yang menyisakan bekas luka karena kedengkian dan pembelahan. Oleh karenanya semua pihak diminta mengambil pelajaran bahwa tekad bangsa ini untuk mencapai demokrasi yang berkualitas harus melampaui niat dan kehendak sekadar memenangkan kontestasi dengan cara yang tidak etis dan beradab seperti hoaks, fitnah, apalagi profokasi.
Sudah selayaknya momentum Pemilu 2024 adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk sekali lagi menunjukkan kepada dunia bahwa pemilu yang sejuk, damai, dan berkualitas dapat terselenggara dengan rapi serta tertib. ”Pemilu ke depan sekali lagi adalah hajatan rakyat Indonesia yang akan dilaksanakan dengan penuh kehormatan dan kebanggaan mengantar pergantian kepemimpinan nasional,” tegasnya.
”Pemilu adalah cara satu-satunya yang kita sepakati untuk memilih pemimpin yang akan menahkodai republik ini nantinya,” kata Sekjen Pandawa 5 Muh Ryano Panjaitan dalam siaran persnya, Kamis (2/11/2023).
Tentu preferensi terhadap siapa yang layak memimpin Indonesia itu pastilah berbeda. ”Namun yang harus dipahami adalah arah dan tujuan ke mana kapal itu akan berlabuh telah disepakati sejak awal lahirnya republik ini di tahun 1945,” ujarnya.
Menurut Ryano, nuansa dan pesan itulah yang dapat drasakan saat Presiden Jokowi mengundang semua kandidat capres untuk makan siang bersama di Istana Negara. Presiden Jokowi dan ketiga kandidat capres pada momen itu seolah menegaskan sinyalemen bahwa momentum pemilu adalah hajatan rakyat. ”Dan elite sudah selayaknya memberi contoh yang baik bahwa perbedaan adalah hal biasa yang lumrah,” ujarnya.
Pesan simbolis dari pertemuan tersebut mengafirmasi bahwa pemilu bukan lagi tentang cerita untuk berusaha pemenang dan lainya menjadi pecundang. Lebih dari itu pemilu adalah panggung untuk menyatakan komitmen kebangsaan kita sebagai bagian integral dari Indonesia yang sama.
Maka bagi elite atau aktor politik memiliki tanggung jawab yang sama untuk membangun negara ini bersama-sama. ”Sehingga harapannya, partisipasi rakyat dalam pemilu juga harus dimaknai sebagai salah satu cara kita untuk mendedikasikan diri ikut terlibat dalam upaya mewujudkan Indonesia yang maju dimasa depan,” tandasnya.
Memang sejarah pernah mencatat bahwa Indonesia pernah melalui proses pemilu yang cukup berat dan melelahkan karena fanatisme dangkal dan ego sektarian yang menyisakan bekas luka karena kedengkian dan pembelahan. Oleh karenanya semua pihak diminta mengambil pelajaran bahwa tekad bangsa ini untuk mencapai demokrasi yang berkualitas harus melampaui niat dan kehendak sekadar memenangkan kontestasi dengan cara yang tidak etis dan beradab seperti hoaks, fitnah, apalagi profokasi.
Baca Juga
Sudah selayaknya momentum Pemilu 2024 adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk sekali lagi menunjukkan kepada dunia bahwa pemilu yang sejuk, damai, dan berkualitas dapat terselenggara dengan rapi serta tertib. ”Pemilu ke depan sekali lagi adalah hajatan rakyat Indonesia yang akan dilaksanakan dengan penuh kehormatan dan kebanggaan mengantar pergantian kepemimpinan nasional,” tegasnya.
(poe)