Gandeng USAID, 30 RS Muhammadiyah Terlibat Tangani Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Muhammadiyah dan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bersinergi meningkatkan kapasitas dan kualitas rumah sakit untuk melayani pasien Covid-19 di Indonesia. Kerjasama itu diwujudkan melalui program Mentari Covid-19.
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin, mengatakan program ini sebelumnya bernama Mentari TB yang fokus pada penanganan tuberkulosis (TB), dimulai pada Maret 2020.
“Dulunya untuk penanangan tuberkulosis (TBC) di rumah sakit, tetapi karena bersamaan adanya Covid-19, makanya program ini kemudian ditujukan untuk membantu penanganan pandemi,” terang Agus dalam peluncuran Mentari Covid-19 secara daring, Rabu (5/8/2020).
(Baca: Pasien Covid-19 Terus Bertambah, RS Muhammadiyah Mulai Kewalahan)
Program ini berdurasi enam bulan dan didukung sepenuhnya oleh USAID di Jakarta. Agus mengatakan, Mentari Covid-19 melibatkan 30 RS Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) di tujuh provinsi. Sebagian besar adalah rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh pemerintah. Hampir semua rumah sakit ini banyak menangani pasien Covid-19.
“Ini sebuah kolaborasi yang baru dibuat oleh USAID dengan organisasi di Indonesia. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Muhammadiyah. Insya Allah, Muhammadiyah akan berusaha keras untuk amanah di dalam menjalankan proyek ini dan memberikan manfaat sebesar-besarnya penanganan Covid-19,” ujar dia.
Pihaknya juga bersama Kementerian Kesehatan akan memberikan dukungan dalam koordinasi dengan dinas-dinas kesehatan dan jaringan rumah sakit Muhammadiyah.
(Baca: Hanya 63 Persen Warga Muhammadiyah yang Patuhi Protokol Kesehatan)
“Mudah-mudahan kerjasama segitiga ini bisa memberikan manfaat. Kami Muhammadiyah juga bisa berkontribusi terhadap pemerintah dalam penanganan Covid-19,” tambahnya.
Mission Director of USAID, Ryan Washburn, mengatakan melalui pemerintah Amerika Serikat melalui USAID berjanji memberikan bantuan darurat kepada negara di dunia yang sedang memerangi Covid-19, termasuk Indonesia. Hingga saat ini, AS telah memberikan sekitar Rp 187 miliar kepada Indonesia sejak wabah terjadi.
“Dukungan berlandaskan pada semangat persahabatan rakyat Amerika telah menyelamatkan banyak jiwa. Kami membekali tenaga kesehatan Indonesia dengan peralatan yang dibutuhkan, meningkatkan kapasitas laboratorium, surveillance, dan respon cepat,” kata Ryan.
(Baca: Ledakan Beirut, Muhammadiyah Sampaikan Duka Mendalam)
Pihaknya berkomitmen memberikan lebih dari Rp 10,2 miliar dalam bentuk dukungan pelatihan, peralatan, dan peningkatan kesiapsiagaan secara langsung kepada 30 rumah sakit. Bantuan tersebut ditujukan untuk mempercepat deteksi dan pelacakan kasus dan meningkatkan komunikasi risiko untuk memastikan masyarakat cepat melindungi diri dan orang lain. Selain itu, juga untuk melindungi tenaga kesehatan dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.
Selain penanganan Covid-19, USAID juga memberikan dukungan kepada Muhammadiyah untuk memperluas akses informasi mengenai TBC yang diharapkan akan menurunkan stigma antara tenaga kesehatan dan masyarakat umum.
Untuk memperluas akses pelayanan TBC dan resisten obat, USAID juga bekerja sama mengembangkan enam RS rujukan TBC di dalam jejaring Muhammadiyah. Program yang dimulai sejak 1 April 2020 hingga 31 Maret 2023 itu mencakup tiga provinsi yakni Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah, Agus Samsudin, mengatakan program ini sebelumnya bernama Mentari TB yang fokus pada penanganan tuberkulosis (TB), dimulai pada Maret 2020.
“Dulunya untuk penanangan tuberkulosis (TBC) di rumah sakit, tetapi karena bersamaan adanya Covid-19, makanya program ini kemudian ditujukan untuk membantu penanganan pandemi,” terang Agus dalam peluncuran Mentari Covid-19 secara daring, Rabu (5/8/2020).
(Baca: Pasien Covid-19 Terus Bertambah, RS Muhammadiyah Mulai Kewalahan)
Program ini berdurasi enam bulan dan didukung sepenuhnya oleh USAID di Jakarta. Agus mengatakan, Mentari Covid-19 melibatkan 30 RS Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) di tujuh provinsi. Sebagian besar adalah rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh pemerintah. Hampir semua rumah sakit ini banyak menangani pasien Covid-19.
“Ini sebuah kolaborasi yang baru dibuat oleh USAID dengan organisasi di Indonesia. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Muhammadiyah. Insya Allah, Muhammadiyah akan berusaha keras untuk amanah di dalam menjalankan proyek ini dan memberikan manfaat sebesar-besarnya penanganan Covid-19,” ujar dia.
Pihaknya juga bersama Kementerian Kesehatan akan memberikan dukungan dalam koordinasi dengan dinas-dinas kesehatan dan jaringan rumah sakit Muhammadiyah.
(Baca: Hanya 63 Persen Warga Muhammadiyah yang Patuhi Protokol Kesehatan)
“Mudah-mudahan kerjasama segitiga ini bisa memberikan manfaat. Kami Muhammadiyah juga bisa berkontribusi terhadap pemerintah dalam penanganan Covid-19,” tambahnya.
Mission Director of USAID, Ryan Washburn, mengatakan melalui pemerintah Amerika Serikat melalui USAID berjanji memberikan bantuan darurat kepada negara di dunia yang sedang memerangi Covid-19, termasuk Indonesia. Hingga saat ini, AS telah memberikan sekitar Rp 187 miliar kepada Indonesia sejak wabah terjadi.
“Dukungan berlandaskan pada semangat persahabatan rakyat Amerika telah menyelamatkan banyak jiwa. Kami membekali tenaga kesehatan Indonesia dengan peralatan yang dibutuhkan, meningkatkan kapasitas laboratorium, surveillance, dan respon cepat,” kata Ryan.
(Baca: Ledakan Beirut, Muhammadiyah Sampaikan Duka Mendalam)
Pihaknya berkomitmen memberikan lebih dari Rp 10,2 miliar dalam bentuk dukungan pelatihan, peralatan, dan peningkatan kesiapsiagaan secara langsung kepada 30 rumah sakit. Bantuan tersebut ditujukan untuk mempercepat deteksi dan pelacakan kasus dan meningkatkan komunikasi risiko untuk memastikan masyarakat cepat melindungi diri dan orang lain. Selain itu, juga untuk melindungi tenaga kesehatan dan meningkatkan kualitas perawatan pasien.
Selain penanganan Covid-19, USAID juga memberikan dukungan kepada Muhammadiyah untuk memperluas akses informasi mengenai TBC yang diharapkan akan menurunkan stigma antara tenaga kesehatan dan masyarakat umum.
Untuk memperluas akses pelayanan TBC dan resisten obat, USAID juga bekerja sama mengembangkan enam RS rujukan TBC di dalam jejaring Muhammadiyah. Program yang dimulai sejak 1 April 2020 hingga 31 Maret 2023 itu mencakup tiga provinsi yakni Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
(muh)