Waspadai Isu Konflik Palestina-Israel untuk Kepentingan Pihak Tertentu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak pihak menyuarakan keprihatinan atas tragedi kemanusiaan akibat konflik di Jalur Gaza , Palestina, termasuk organisasi besar keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Namun seringkali ada pihak yang mencoba mengambil keuntungan dengan menggiring opini tentang tragedi kemanusiaan Timur Tengah menjadi sentimen untuk membenci atau memboikot produk-produk tertentu melalui narasi-narasi disinformasi di sosial media.
Menyikapi hal itu, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar dalam sebuah pengajian menjelaskan alasan NU tidak pernah ikut ajakan boikot. "Sering kali ajakan boikot sebuah produk karena dikaitkan dengan politik, namun dilanjutkan dengan ajakan mengkonsumsi produk lain yang dianggap tidak terkait dengan politik tertentu. Ini tidak betul," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (22/10/2023).
Sekretaris GP Ansor Jatim, Hasan Bisri juga mendukung pendapat serupa. Menurutnya, peperangan yang terjadi antara Israel dengan Palestina itu tidak ada hubungannya dengan aksi memboikot produk-produk negara yang bertikai, khususnya sekutu Israel. "Ini adalah urusan peperangan bukan soal boikot. Jadi, urusannya adalah bagaimana agar peperangan itu bisa dihentikan agar jangan sampai masyarakat yang dikorbankan," ujarnya.
Karenanya, dia juga mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak terprovokasi kepada urusan boikot yang sangat meresahkan masyarakat dan merugikan secara ekonomi. "Lebih baik yang kita serukan itu agar Israel menghentikan serangannya ke Palestina agar tidak terjadi lebih banyak korban lagi," katanya.
Untuk mengurangi dampak peperangan lebih meluas lagi dan menyebabkan lebih banyak korban, GP Ansor Jawa Timur menyerukan, pertama agar Israel melokalisir masalahnya bahwa ini menjadi kepentingan Hamas bukan kepentingan masyarakat Palestina. Kedua, jika ada kepentingan lain dalam kubu Israel, itu harus dilokalisir juga masalahnya jangan sampai meluas menjadi masalah dua negara apalagi melibatkan masyarakat. Ketiga, jangan sampai ini menjadi meluas menjadi kepentingan-kepentingan negara lain yang dapat memicu krisis politik, sosial, dan kemanusian yang kemudian mempengaruhi negara lain.
"Jadi, kami menyarankan agar sebaiknya masyarakat di tanah air tidak melakukan boikot terhadap produk-produk negara lain. Boikot itu urusan reaksioner saja. Kita harus jernih melihat konteksnya peristiwa yang ada di Gaza dan Israel," katanya.
Di dalam negeri sendiri, di tengah kejadian atau konflik-konflik yang terjadi di luar negeri akan selalu ada pihak yang dengan sengaja menyebarkan konten hoaks disinformasi untuk kepentingan, baik untuk urusan politik maupun demi keuntungan bisnis. Tidak heran, produk-produk dan merek yang dianggap berkaitan dengan konflik tersebut akan menjadi sasaran.
Aqua misalnya. Merek air minum ini dianggap mendukung salah satu pihak yang berkonflik, hanya karena identik dengan produk luar negeri. Padahal, sejatinya Aqua lahir, besar, dan dipasarkan di Indonesia oleh anak bangsa Indonesia, dan tidak ada kaitan dengan konflik di Timur Tengah.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga mengimbau kepada semua pihak di Tanah Air untuk menyikapi perang Israel-Palestina dengan rasional dan arif serta tidak terprovokasi oleh berbagai informasi provokatif, hoaks, dan menyesatkan yang disampaikan oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan perang ini untuk kepentingan politik tertentu yang berpotensi menimbulkan masalah di dalam negeri.
"PP Muhammadiyah mendesak kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengambil langkah-langkah politik dan diplomatik dengan melibatkan pihak-pihak terkait, khususnya Israel-Palestina untuk menghentikan perang, melakukan gencatan senjata, dan melakukan perundingan damai," ujar pernyataan PP Muhammadiyah dalam rilisnya yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.
PP Muhammadiyah juga menyerukan kepada umat Islam untuk memanjatkan doa dan salat gaib bagi kaum muslimin yang menjadi korban perang serta memohon kepada Allah agar perang segera berakhir dan masyarakat dunia hidup damai dan sejahtera.
Menyikapi hal itu, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar dalam sebuah pengajian menjelaskan alasan NU tidak pernah ikut ajakan boikot. "Sering kali ajakan boikot sebuah produk karena dikaitkan dengan politik, namun dilanjutkan dengan ajakan mengkonsumsi produk lain yang dianggap tidak terkait dengan politik tertentu. Ini tidak betul," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (22/10/2023).
Sekretaris GP Ansor Jatim, Hasan Bisri juga mendukung pendapat serupa. Menurutnya, peperangan yang terjadi antara Israel dengan Palestina itu tidak ada hubungannya dengan aksi memboikot produk-produk negara yang bertikai, khususnya sekutu Israel. "Ini adalah urusan peperangan bukan soal boikot. Jadi, urusannya adalah bagaimana agar peperangan itu bisa dihentikan agar jangan sampai masyarakat yang dikorbankan," ujarnya.
Karenanya, dia juga mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak terprovokasi kepada urusan boikot yang sangat meresahkan masyarakat dan merugikan secara ekonomi. "Lebih baik yang kita serukan itu agar Israel menghentikan serangannya ke Palestina agar tidak terjadi lebih banyak korban lagi," katanya.
Untuk mengurangi dampak peperangan lebih meluas lagi dan menyebabkan lebih banyak korban, GP Ansor Jawa Timur menyerukan, pertama agar Israel melokalisir masalahnya bahwa ini menjadi kepentingan Hamas bukan kepentingan masyarakat Palestina. Kedua, jika ada kepentingan lain dalam kubu Israel, itu harus dilokalisir juga masalahnya jangan sampai meluas menjadi masalah dua negara apalagi melibatkan masyarakat. Ketiga, jangan sampai ini menjadi meluas menjadi kepentingan-kepentingan negara lain yang dapat memicu krisis politik, sosial, dan kemanusian yang kemudian mempengaruhi negara lain.
"Jadi, kami menyarankan agar sebaiknya masyarakat di tanah air tidak melakukan boikot terhadap produk-produk negara lain. Boikot itu urusan reaksioner saja. Kita harus jernih melihat konteksnya peristiwa yang ada di Gaza dan Israel," katanya.
Di dalam negeri sendiri, di tengah kejadian atau konflik-konflik yang terjadi di luar negeri akan selalu ada pihak yang dengan sengaja menyebarkan konten hoaks disinformasi untuk kepentingan, baik untuk urusan politik maupun demi keuntungan bisnis. Tidak heran, produk-produk dan merek yang dianggap berkaitan dengan konflik tersebut akan menjadi sasaran.
Aqua misalnya. Merek air minum ini dianggap mendukung salah satu pihak yang berkonflik, hanya karena identik dengan produk luar negeri. Padahal, sejatinya Aqua lahir, besar, dan dipasarkan di Indonesia oleh anak bangsa Indonesia, dan tidak ada kaitan dengan konflik di Timur Tengah.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga mengimbau kepada semua pihak di Tanah Air untuk menyikapi perang Israel-Palestina dengan rasional dan arif serta tidak terprovokasi oleh berbagai informasi provokatif, hoaks, dan menyesatkan yang disampaikan oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan perang ini untuk kepentingan politik tertentu yang berpotensi menimbulkan masalah di dalam negeri.
"PP Muhammadiyah mendesak kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengambil langkah-langkah politik dan diplomatik dengan melibatkan pihak-pihak terkait, khususnya Israel-Palestina untuk menghentikan perang, melakukan gencatan senjata, dan melakukan perundingan damai," ujar pernyataan PP Muhammadiyah dalam rilisnya yang ditandatangani Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.
PP Muhammadiyah juga menyerukan kepada umat Islam untuk memanjatkan doa dan salat gaib bagi kaum muslimin yang menjadi korban perang serta memohon kepada Allah agar perang segera berakhir dan masyarakat dunia hidup damai dan sejahtera.
(abd)