Prabowo-Gibran Harus Masukkan Masalah Palestina Dalam Program 100 Hari Kerja

Sabtu, 28 September 2024 - 14:48 WIB
loading...
Prabowo-Gibran Harus...
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid bersama tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin menghadiri diskusi terkait persoalan Palestina di Ruang GBHN Gedung MPR/DPR. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Pemerintahan baru Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka harus memasukkan persoalan Palestina dalam program kerja 100 hari. Sebab genosida Israel terhadap rakyat Palestina masih terus berlangsung hingga kini.

Hal itu terungkap dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Langkah Strategis dan Taktis Indonesia untuk Gaza” yang digelar Adara Relief International. FGD yang berlangsung di Ruang GBHN Gedung MPR/DPR RI ini untuk mengumpulkan rekomendasi dari para stakeholders, mengenai langkah-langkah konkret yang harus dilakukan untuk menghentikan genosida Israel di Gaza.

Direktur Utama Adara Relief International Maryam Rachmayani Yusuf, yang juga menjadi pembicara utama, memaparkan hampir genap satu tahun Israel melakukan genosida di Gaza, di mana 70% korbannya adalah anak-anak dan perempuan.



“Adara Relief International sebagai lembaga kemanusiaan untuk Palestina merasa tergerak dan terpanggil karena hampir genap satu tahun Israel melakukan genosida di Gaza,” ujar Maryam.

Guna menggali perspektif dan merumuskan langkah-langkah strategis dan taktis dalam mendukung keadilan dan perdamaian di Palestina, Adara mengundang tokoh lintas bidang dalam pertemuan ini. Jajaran pembicara terdiri dari pemerintah, akademisi, organisasi kemasyarakatan, serta lembaga kemanusiaan untuk Palestina.



Selain Maryam, pembicara utama pada kegiatan ini terdiri dari Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI Sudarnoto, Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid, dan Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Ahrul Tsani Fathurrahman.

Maryam mengungkapkan, selama 16 tahun berkiprah, Adara merasakan betapa beratnya penderitaan yang harus dialami oleh rakyat Palestina, khususnya anak dan Perempuan, akibat penjajahan Israel. Terlebih di Gaza, telah 18 tahun merasakan pahitnya blokade Israel sehingga menjadikan Gaza sebagai penjara terbesar di muka bumi.

“Dalam respons situasi terkini, berbagai bantuan kamanusiaan telah kami salurkan, mulai dari kebutuhan pokok, sandang, pangan, hingga papan, dan juga mengirim obat-obatan dan medis lainnya. Namun semua itu tidak akan menyelesaikan permasalahan di Gaza karena akar dari permasalahan tersebut adalah penjajahan yang dilakukan oleh Israel,” tambahnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2111 seconds (0.1#10.140)