Daftar Tokoh dan Pemimpin Pemberontakan DI/TII dari Aceh hingga Sulawesi

Rabu, 18 Oktober 2023 - 12:28 WIB
loading...
Daftar Tokoh dan Pemimpin Pemberontakan DI/TII dari Aceh hingga Sulawesi
Ada sejumlah tokoh dan pemimpin pemberontakan DI/TII dari Aceh hingga Sulawesi. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Pemberontakan DI/TII atau Darul Islam/Tentara Islam Indonesia terjadi pada tahun 1948 hingga 1949 di sejumlah daerah. Pemberontakan ini dipelopori oleh kelompok yang memiliki ideologi Islamisme dengan tujuan mewujudkan negara Islam di Indonesia.

Gerakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo yang diawali dari wilayah Jawa Barat dan menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.

Berikut daftar tokoh dan pemimpin pemberontakan DI/TII dari Jawa Barat, Aceh, hingga Sulawesi.

Tokoh dan Pemimpin Pemberontakan DI/TII

1. Jawa Barat


Pemimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Barat adalah Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo atau dikenal sebagai S. M. Kartosuwirjo.

Pemberontakan ini diawali setelah Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948, di mana DI/TII merasa tidak puas dengan keputusan yang mengeluarkan Jawa Barat dari Republik Indonesia.



Hingga hasil dari Konferensi Umat Islam di Tasikmalaya pada 10-11 Februari 1948 membentuk Negara Islam Indonesia (NII) dan Tentara Islam Indonesia (TII). Pada Agresi Militer Belanda II, DI/TII memobilisasi perang suci melawan Belanda dan berperang dengan TII, TNI, dan Belanda.

Setelah Perjanjian Roem Royen pada pertengahan 1949, DI/TII memproklamasikan NII. Kemudian, pada 8 Desember 1950, DI/TII dinyatakan organisasi terlarang dan Kodam VI Siliwangi berhasil menangkap dan menghukum mati pemimpinnya, Kartosuwirjo.

2. Jawa Tengah


Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dikomandoi oleh Amir Fatah dan Mahfu'dz Abdurachman, juga dikenal sebagai Kyai Somalangu. Amir Fatah memegang peran sebagai pimpinan laskar Hizbullah di wilayah Tulangan, Sidoarjo, dan Mojokerto.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipicu oleh pengaruh dari DI/TII di Jawa Barat, terjadi di wilayah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Penumpasan dilakukan melalui pasukan khusus bernama Banteng Raider, berhasil mengalahkan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

3. Aceh


Selanjutnya, pemberontakan DI/TII di wilayah Aceh dipimpin oleh seorang ulama yang cukup berpengaruh di tanah Aceh, beliau bernama Tengku Muhammad Daud Beureueh.

Pada tahun 1950, penurunan status Aceh menjadi karesidenan dan rencana penggabungan dengan Sumatera Utara memicu pemberontakan. Daud Beureueh menyatakan Aceh sebagai bagian dari DI/TII pada 21 September 1953 sebagai respons terhadap tindakan tersebut.

Pemerintah melakukan operasi militer dan perundingan untuk mengatasi pemberontakan DI/TII di Aceh. Kesepakatan dicapai pada tahun 1962, di mana Aceh menjadi provinsi tersendiri sebagai daerah istimewa setelah perundingan antara RI dan Aceh.

4. Sulawesi Selatan


Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan, dipimpin oleh Kahar Muzakar dengan nama Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS), dimulai dengan tujuan bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), namun ditolak oleh pemerintah pusat.

Penolakan ini menyebabkan KGSS melakukan kekacauan di berbagai tempat. Pada tahun 1952, Kahar Muzakar menyatakan diri sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia, memicu operasi militer dari Indonesia ke Sulawesi Selatan.

Akhirnya, pada akhir Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak dan mengakhiri pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

5. Kalimantan Selatan


Terakhir, pemberontakan DI/TII terjadi di Kalimantan Selatan dengan pemimpinnya bernama Ibnu Hajar atau Haderi bin Umar Alias Angli. Sosoknya merupakan mantan Letnan Dua TNI yang mendirikan gerakan Kesatuan Rakyat yang Tertindas.

Pemberontakan di Kalimantan Selatan dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat dan deklarasi Kalimantan Selatan sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia.

Meskipun upaya damai telah dilakukan untuk mengatasi pemberontakan, namun gagal. Pada tahun 1963, operasi militer dilakukan dan berhasil menangkap Ibnu Hajar yang kemudian dijatuhi hukuman mati.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1045 seconds (0.1#10.140)