Kemarau Berkepanjangan, BNPB Sebut Mata Air di Pulau Jawa Sudah Mulai Kritis

Selasa, 26 September 2023 - 06:45 WIB
loading...
Kemarau Berkepanjangan,...
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengatakan mata air di Pulau Jawa sudah mulai kritis. Foto/ANTARA
A A A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan mata air di Pulau Jawa sudah mulai kritis. Sehingga, jika kemarau terus terjadi berkepanjangan maka akan berdampak kurangnya pasokan air untuk masyarakat.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan jika musim kemaraunya berjalan maka sudah masuk fase tanggap darurat. Artinya kondisi kedaruratannya sudah terjadi.

Baca juga: BNPB Laporkan 52 Kejadian Bencana dalam Sepekan, Didominasi Karhutla dan Banjir

“Kalau kondisinya sudah terjadi kita enggak bisa nih mengatur apa-apa yang ada di atasnya yang harus kita kejar adalah pada saat kondisi kedaruratan ini masyarakat butuh apa,” ujar Aam sapaan akrabnya dalam Disaster Briefing, dikutip Selasa (26/9/2023).

Aam pun menjelaskan bahwa distribusi air bersih ketika kemarau panjang terjadi bukanlah menjadi solusi jangka panjang. Dia pun mengatakan bahwa preservasi mata air harus dilakukan. Namun, masalahnya mata air khususnya di Pulau Jawa sudah mulai kritis.

“Nah, ini yang kemudian distribusi air bersih, ini bukan solusi jangka panjang, iya. Karena kalau kita lihat lagi, kalau kita bicara solusi panjang, mari kita bicara sebenarnya preservasi mata air-mata air, khususnya di Jawa ini sudah mulai kritis dan itu harus kita berikan catatan penting,” jelasnya.

“Karena kenapa? Karena kondisi daerah atau vegetasi daerah hulu kita itu itu sangat sedikit sebenarnya masih terjaga dengan baik, mungkin kita harus melihat ulang DAS kritis kita di Jawa ada berapa, itu aja patokannya,” tutur Aam.

Aam melanjutkan saat ini ada inisiatif-inisiatif dan harus diapresiasi misalkan preservasi ulang pembersihan Ciliwung Kilometer Nol atau Citarum Kilometer Nol. “Ini sebenarnya adalah upaya untuk mempreservasi daerah mata airnya. Tapi upaya mempreservasi ini sifatnya bukan di kawasan itu aja, karena daerah tangkapan itu juga harus kita preservasi sehingga benar-benar nanti ketika hujan turun kondisi vegetasi yang ada di situ bisa menahan air dan mengikat tanah yang ada di situ.”

“Sehingga benar-benar bisa kita jaga keberadaan dan kelangsungan dari mata air-mata air yang ada ini untuk tetap terjaga. Karena yang merasakan masyarakat sendiri, saat ini sudah daerah sekitar Jakarta pun merasakan sudah ada kekeringan,” sambungnya.

Aam pun mendorong pemerintahan di level administrasi kabupaten, kota, misalkan Kabupaten Bogor atau Kabupaten Garut bahwa ada yang lokasi-lokasi yang merupakan daerah-daerah Kilometer Nol dari sungai-sungai yang mengalir di seluruh Jawa harus dilihat bersama untuk melakukan preservasi mata air.

“Karena kalau kita berbicara daerah tempat penyimpanan air skala besar, misalkan waduk, misalkan danau, waduk pun sekarang menurunnya muka air itu cukup signifikan. Karena kalau tidak ada preservasi dari kondisi ekosistem yang baik di hulunya secara otomatis itu sangat bergantung pada hujan yang turun sebelumnya,” kata Aam.

Baca juga: BNPB Catat Karhutla di Kalbar Lebih 54 Ribu Hektar Sejak Januari-September 2023

“Kita bisa melakukan TMC sebelum musim kemarau dan itu kita lakukan untuk menaikkan muka air waduk sebenarnya, tetapi kalau itu dikonsumsi secara terus berkurang mungkin ini juga menjadi catatan ya,” pungkasnya.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
BMKG: Sebagian Besar...
BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau Periode April-Juni 2025
DPR Apresiasi Pemerintahan...
DPR Apresiasi Pemerintahan Prabowo Dorong Pemerataan Pembangunan Luar Pulau Jawa
18 Bencana Banjir Landa...
18 Bencana Banjir Landa di Indonesia Akhir Pekan Ini, di Mana Saja?
Sejumlah Wilayah di...
Sejumlah Wilayah di Indonesia Terendam Banjir, Ini Daftarnya
Operasi Modifikasi Cuaca...
Operasi Modifikasi Cuaca Makan Biaya Rp200 Juta Sekali Sorti Penerbangan
Operasi Modifikasi Cuaca...
Operasi Modifikasi Cuaca Diperpanjang, 22 Ton Garam Telah Ditabur di Langit Jawa Barat
BNPB Ungkap 4.109 Orang...
BNPB Ungkap 4.109 Orang Masih Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Lampaui Jakarta, Investasi...
Lampaui Jakarta, Investasi Luar Jawa di Kuartal I/2025 Sentuh Rp235,9 T
Bau Menyengat Mirip...
Bau Menyengat Mirip Gas Menyebar di Kota Bekasi Masih Misterius, Ulah Siapa?
Rekomendasi
Profil Firman Shantyabudi,...
Profil Firman Shantyabudi, Anak Try Sutrisno yang Punya Karier Mentereng di Polisi
Dongkrak Potensi Ekonomi...
Dongkrak Potensi Ekonomi Daerah, Kadin Indonesia Perkuat Kolaborasi
Harga Bitcoin Cetak...
Harga Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Rp1,7 Miliar, Ini Pendorongnya
Berita Terkini
Projo Sebut Jokowi Bakal...
Projo Sebut Jokowi Bakal Ambil Keputusan Politik Dalam Waktu Dekat
Bantu Pulangkan PMI...
Bantu Pulangkan PMI Terlantar di Turki, DPD RI: Pekerja Migran Harus Dilindungi
Muhammadiyah Setuju...
Muhammadiyah Setuju Kejagung Ambil Alih Kasus Pagar Laut
Hadiri MNC Forum, AHY...
Hadiri MNC Forum, AHY Sebut Media Miliki Peran Penting Dalam Menjaga Demokrasi
Dompet Dhuafa Salurkan...
Dompet Dhuafa Salurkan 35.000 Hewan Kurban ke Penjuru Nusantara hingga Palestina
Waspada Upaya Segregasi...
Waspada Upaya Segregasi Masyarakat lewat Narasi Perang Akhir Zaman
Infografis
HMPV Sudah Terdeteksi...
HMPV Sudah Terdeteksi di Indonesia, Apakah Ada Obatnya?
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved