Epidmiolog: Istilah Zona Hijau dan Kuning Sesat, Indonesia Merah Corona

Minggu, 02 Agustus 2020 - 12:18 WIB
loading...
Epidmiolog: Istilah Zona Hijau dan Kuning Sesat, Indonesia Merah Corona
Pria mengenakan alat perlindungan diri di Surabaya, Jawa Timur melakukan kampanye mengajak wapada penularan virus Corona dengan membawa peti mati. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
JAKARTA - Istilah zonasi hijau dan kuning yang digunakan pemerintah untuk menyebut wilayah yang dinilai belum memiliki risiko tinggi penularan virus Corona (Covid-19) dinilai tidak tepat.

Istilah zonasi tersebut akan menimbulkan persepsi seolah-olah suatu wilayah aman dari virus tersebut. Padahal kasus Corona di Indonesia saat ini terus bertambah.

"Tingkat kewaspadaan jauh bermanfaat bagi penduduk yang digunakan oleh @KawalCOVID19 jangan menggunakan istilah zonasi hijau, kuning yang dapat menyesatkan. Salah persepsi seakan-akan sudah aman. Indonesia itu merah, tidak ada yang hijau, lihat saja kasusnya naik terus dimana-mana," kata ahli epidemiologi, Pandu Riono melalui akun Twitternya, @drpriono, Minggu (2/8/2020).( )

Dalam cuitan lainnya, Pandu juga menegaskan selama Indonesia tidak aman virus Corona. Jangan berharap masyarakat dalam negeri akan produktif.

Pandu juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tangani langsung penanganan Covid-19 di Tanah Air. "Sudah diramalkan ekonomi Indonesia akan negatif, karena satgas pandemi covid-19 gagal menekan laju penularan kasus covid19. Selama indonesia tidak aman, jangan bermimpi akan produktif. Ayo Pak @jokowi ambil alih penanganan pandemi Covid-19, dan pasti berhasil. (Baca juga: PB IDI Kembali Berduka, Dokter Spesialis Paru Meninggal Dunia Akibat Covid-19 )

Dia juga mengimbau untuk melakukan antisipasi penularan via klaster, tempat banyak orang kumpul untuk aktivitas sosial ekonomi yang cukup lama.

Tempat-tempat yang dimaksud adalah rumah sakit, kantor, pabrik, rumah tinggal, rumah susun, tempat kebugaran, dan tempat lainnya. "Lakukan edukasi, tes pada yang bergejala, lakukan pelacakan kontak yang masif dan tes, lalu isolasi," tuturnya.
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2003 seconds (0.1#10.140)