BKKBN: 3,6 Juta Pasangan Usia Subur Setop Pakai Alat Kontrasepsi

Minggu, 02 Agustus 2020 - 07:08 WIB
loading...
BKKBN: 3,6 Juta Pasangan Usia Subur Setop Pakai Alat Kontrasepsi
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo usai menerima penganugerahan gelar Dr HC di UNY, Sabtu (1/8/2020). FOTO/SINDOnews/PRIYO SETYAWAN
A A A
YOGYAKARYA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ), Hasto Wardoyo mengatakan potensi kehamilan bagi pasangan usia subur yang tidak mengunakan kontrasepi selama tiga bulan pertama minimal 15%. Hasto sendiri menghitung dalam tiga bulan terakhir ada 10% dari 36 juta pasangan usia subur yang putus kontrasepsi .

"Bila 10% dari 36 juta itu tidak mengunakan kontrasepsi, maka 15% antara 400.000-500.000 akan terjadi kehamilan," kata Hasto usai penganugerahan Doktor Honoris Causa (Dr HC) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (1/8/2020).

Untuk itu pada bulan keempat ini, menjadi tantangan BKKBN untuk menurunkan kehamilan dari tiga bulan pertama. Di antaranya yang sudah dilakukan adalah mengadakan pelayanan kontrasepsi dalam jumlah kecil secara serentak. Hal ini seperti yang dilakukan saat Hari Keluarga 29 Juni 2020, yaitu dengan menggelar 1 juta pemasangan alat kontrasepsi secara serentak.( )

"Dalam pelaksanaan itu, kami berhasil memasang alat kontrasepsi sebanyak 1,4 juta di Indonesia. Jumlah ini berasal dari 7.400 desa se-Indonesia," katanya.

Mengenai apakah pandemi COVID-19 juga menjadi penyebab terjadinya kehamilan? Hasto mengakui bekerja di rumah memang menyebabkan suami istri menjadi sering kontak fisik, tapi tidak berarti menjadi penyebab utama kehamilan. "Untuk kehamilan sendiri, rata-rata karena kurang tahunya masyarakat dalam reproduksi. Terutama mereka yang cenderung miskin, pendidikan rendah dan geografis," katanya.

Menurut Hasto, BKKN berencana memberikan pendidikan masalah reproduksi kepada remaja, melalui web Siap Nikah. Dari web ini akan dikompilasi dan disusun sebagai draf. Meski saat ini sudah mempunyai draf kesehatan reproduksi, tapi BKKBN tetap akan mendengarkan aspirasi publik, mana yang dianggap tabu dan boleh.( )

"Saya ingin kesehatan reproduksi dalam pendidikan anak usia remaja, baik formal maupun nonformal, bisa ektrakulikuler maupun intrakulikuler," katanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1343 seconds (0.1#10.140)