Dukung Pilkada Serentak 2020 Jadi Gerakan Melawan COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sepakat mengusung tema Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) sebagai Gerakan Perlawanan Covid-19 . Tema tersebut diyakini mendorong peserta pemilihan kepala daerah beradu strategi dan bertindak menekan penyebaran virus corona.
"Ini momentum emas dalam rangka menurunkan penyebaran COVID-19 ," kata Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian usai bertemu dengan komisioner KPU di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Kamis (30/7/2020).
Sejumlah kalangan mendukung dan mengapresiasi wacana Mendagri yang juga disepakati KPU tersebut. Perkumpulan dai dan mubalig Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) mengungkapkan apresiasinya pada ide dan wacana Mendagri. ( )
"Ide menarik dan kongkret Mendagri Tito Karnavian menjadikan Pilkada Serentak 2020 menjadi gerakan melawan COVID seolah menjadi oase di padang tandus. Patut didukung bersama karena akan memacu daerah-daerah all out untuk menekan penyebaran COVID-19. Pengendalian penyebaran pandemi akan sulit ditangani oleh pemerintah saja karena sebagian urusan pemerintahan ada pada pemerintah daerah yang otonom," kata Koordinator Nasional JIK, Irfaan Sanoesi dalam keterangannya, Sabtu (1/8/2020). "Ini bentuk nyata dari upaya mengubah ancaman jadi peluang," ujarnya.
Menurut Irfaan, ide tersebut mesti dimaknai lebih dalam bagi para kontestan yang akan bertarung di kontestasi Pilkada. Pasalnya tahun ini menjadi ajang Pilkada istimewa karena pertarungan gagasan berbuat tidak sekadar retorika, terutama untuk menangani COVID-19 dan dampak sosial ekonomi di daerah masing-masing yang menjadi persoalan nyata masyarakat.
"Para kontestan mesti pandai memetakan problematika di daerah dengan permasalahan yang terjadi saat ini, mengintegrasikan persoalan ekonomi dengan kondisi kesehatan masyarakat di tengah pendemi. Dengan begitu, mereka akan memacu kreativitas merebut suara publik," kata Irfaan.( )
JIK menilai penyelenggaraan Pilkada Serentak ini bisa menjadi momentum emas menekan angka penyebaran virus corona seperti yang disampaikan Mendagri Tito Karnavian. "Dari sisi penyelenggara Pilkada saja yang jumlahnya mencapai 3,5 juta orang, jika sejak awal tahapan persiapan sampai pelaksanaan kelak menjadi agen penyuluh Gerakan Lawan COVID-19, maka kita miliki pasukan besar yang dapat mengarahkan dan memberi contoh masyarakat akan bahaya COVID-19 dan cara menghindarinya, pengendalian Pandemi COVID-19 memerlukan langkah mobilisasi kesadaran sosial dan perubahan perilaku seluruh masyarakat beradaptasi dengan problema COVID-19," kata Irfaan.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Umum Milenial Muslim Besatu (MMB) Khairul Anam, menurutnya, Pilkada Serentak 2020 bisa menjadi sarana edukasi politik, kesehatan dan sosial ekonomi sekaligus. Dalam pandangan aktivis pemberdayaan masyarakat tersebut menilai bahwa Pilkada serentak menciptakan perputaran uang di masyarakat semakin lancar.
"Diasumsikan jika Pilkada Serentak se-Indonesia terdapat 270 daerah yang akan menyelenggarakan pilkada. Di setiap daerah sedikitnya ada 2 kontestan. Maka seluruh Indonesia ada 540 calon kepala daerah. Dan jika mengeluarkan biaya kampanye, minimal Rp10 miliar saja, berarti akan ada dana yang beredar sebanyak Rp5,4 triliun. Bayangkan jika dibelikan masker, APD (alat pelindung diri) dan alat kesehatan lain, maka akan ada puluhan juta APD yang tersebar, itu belum termasuk dana APBD daerah-daerah pilkada dan dukungan APBN yang saya cermati totalnya sekitar Rp14 triliun digunakan untuk pembelian alat pilkada dan pelindung COVID-19 serta insentif lebih dari 3 juta penyelenggara. Ini program padat karya riil sehingga akan dapat menstimulasi ekonomi daerah," ujar Anam.
MMB sangat mendorong Pilkada Serentak 2020 menjadi gerakan melawan COVID-19 serentak dari akar rumput hingga elit. Jika gerakan ini berhasil, maka Pilkada Serentak 2020 akan dikenang sebagai pesta demokrasi yang menjaga kemanusiaan. "Rakyat akan pilih calon kepala daerah yang paling responsif, solutif terhadap Gerakan Lawan COVID-19 ini, semua jenis kampanye akan diarahkan untuk lawan COVID-19. Jika itu terjadi, maka masa kampanye Pilkada Serentak 2020 akan jadi ajang kampanye akbar dan massif melawan COVID-19," kata Anam.
"Ini momentum emas dalam rangka menurunkan penyebaran COVID-19 ," kata Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian usai bertemu dengan komisioner KPU di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Kamis (30/7/2020).
Sejumlah kalangan mendukung dan mengapresiasi wacana Mendagri yang juga disepakati KPU tersebut. Perkumpulan dai dan mubalig Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) mengungkapkan apresiasinya pada ide dan wacana Mendagri. ( )
"Ide menarik dan kongkret Mendagri Tito Karnavian menjadikan Pilkada Serentak 2020 menjadi gerakan melawan COVID seolah menjadi oase di padang tandus. Patut didukung bersama karena akan memacu daerah-daerah all out untuk menekan penyebaran COVID-19. Pengendalian penyebaran pandemi akan sulit ditangani oleh pemerintah saja karena sebagian urusan pemerintahan ada pada pemerintah daerah yang otonom," kata Koordinator Nasional JIK, Irfaan Sanoesi dalam keterangannya, Sabtu (1/8/2020). "Ini bentuk nyata dari upaya mengubah ancaman jadi peluang," ujarnya.
Menurut Irfaan, ide tersebut mesti dimaknai lebih dalam bagi para kontestan yang akan bertarung di kontestasi Pilkada. Pasalnya tahun ini menjadi ajang Pilkada istimewa karena pertarungan gagasan berbuat tidak sekadar retorika, terutama untuk menangani COVID-19 dan dampak sosial ekonomi di daerah masing-masing yang menjadi persoalan nyata masyarakat.
"Para kontestan mesti pandai memetakan problematika di daerah dengan permasalahan yang terjadi saat ini, mengintegrasikan persoalan ekonomi dengan kondisi kesehatan masyarakat di tengah pendemi. Dengan begitu, mereka akan memacu kreativitas merebut suara publik," kata Irfaan.( )
JIK menilai penyelenggaraan Pilkada Serentak ini bisa menjadi momentum emas menekan angka penyebaran virus corona seperti yang disampaikan Mendagri Tito Karnavian. "Dari sisi penyelenggara Pilkada saja yang jumlahnya mencapai 3,5 juta orang, jika sejak awal tahapan persiapan sampai pelaksanaan kelak menjadi agen penyuluh Gerakan Lawan COVID-19, maka kita miliki pasukan besar yang dapat mengarahkan dan memberi contoh masyarakat akan bahaya COVID-19 dan cara menghindarinya, pengendalian Pandemi COVID-19 memerlukan langkah mobilisasi kesadaran sosial dan perubahan perilaku seluruh masyarakat beradaptasi dengan problema COVID-19," kata Irfaan.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Umum Milenial Muslim Besatu (MMB) Khairul Anam, menurutnya, Pilkada Serentak 2020 bisa menjadi sarana edukasi politik, kesehatan dan sosial ekonomi sekaligus. Dalam pandangan aktivis pemberdayaan masyarakat tersebut menilai bahwa Pilkada serentak menciptakan perputaran uang di masyarakat semakin lancar.
"Diasumsikan jika Pilkada Serentak se-Indonesia terdapat 270 daerah yang akan menyelenggarakan pilkada. Di setiap daerah sedikitnya ada 2 kontestan. Maka seluruh Indonesia ada 540 calon kepala daerah. Dan jika mengeluarkan biaya kampanye, minimal Rp10 miliar saja, berarti akan ada dana yang beredar sebanyak Rp5,4 triliun. Bayangkan jika dibelikan masker, APD (alat pelindung diri) dan alat kesehatan lain, maka akan ada puluhan juta APD yang tersebar, itu belum termasuk dana APBD daerah-daerah pilkada dan dukungan APBN yang saya cermati totalnya sekitar Rp14 triliun digunakan untuk pembelian alat pilkada dan pelindung COVID-19 serta insentif lebih dari 3 juta penyelenggara. Ini program padat karya riil sehingga akan dapat menstimulasi ekonomi daerah," ujar Anam.
MMB sangat mendorong Pilkada Serentak 2020 menjadi gerakan melawan COVID-19 serentak dari akar rumput hingga elit. Jika gerakan ini berhasil, maka Pilkada Serentak 2020 akan dikenang sebagai pesta demokrasi yang menjaga kemanusiaan. "Rakyat akan pilih calon kepala daerah yang paling responsif, solutif terhadap Gerakan Lawan COVID-19 ini, semua jenis kampanye akan diarahkan untuk lawan COVID-19. Jika itu terjadi, maka masa kampanye Pilkada Serentak 2020 akan jadi ajang kampanye akbar dan massif melawan COVID-19," kata Anam.
(abd)