Kemenkominfo dan KWI Ajak Masyarakat Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak masyarakat bijak dalam menggunakan media sosial (medsos).
Hal itu terungkap dalam acara literasi digital yang diselenggarakan Kemenkominfo bersama KWI di Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Acara yang mengangkat isu penting tentang cara bermedia sosial di era digital ini dihadiri para pemimpin Gereja Katolik dari seluruh Indonesia.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto mengatakan, mereka membagikan pandangan dan pesan penting tentang bagaimana menggunakan media sosial secara cerdas dan bijak. Menurut Wahyu, ini merupakan upaya kolaboratif Kemenkominfo untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para pelaku media sosial, terutama generasi muda.
“Isilah ruang digital kita dengan konten-konten positif, karya yang baik, jangan takut apabila menemukan konten negatif, bisa diadukan ke kami melalui aduankonten.id. Apabila menjadi korban penipuan online atau ragu melakukan pembelian online bisa mengadukan atau mengecek rekening pelaku melalui cekrekening.id. Apabila diteror nomor tidak dikenal bisa diadukan di aplikasi aduannomor.id. Jadi jangan takut untuk bertindak sendiri.” ujarnya, Sabtu (9/9/2023) .
Dalam kesempatan itu, Bonifasius juga mengajak pengguna media sosial untuk membanjiri ruang digital dengan konten-konten yang positif sehingga terciptanya ruang digital yang aman dan ramah bagi setiap kalangan.
“Harus diingat bahwa era digital yang berkembang pesat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. maka dari itu saya berharap kepada teman-teman untuk dapat ikut andil dalam mengisi ruang digital ini dengan hal-hal yang positif,” tambahnya.
Senada, Sekretaris Eksekutif Konsos KWI Romo Anthonius Stevel Lalu yang membahas berbagai aspek media sosial, mulai dari etika bermedia sosial hingga dampak sosial yang muncul dari penggunaan medsos yang tidak bijak. “Gereja Katolik itu sangat positif melihat perkembangan teknologi, sangat positif. Teknologi dinilai sebagai rahmat dan berkat yang kami terima. Sambil tentu menyadari tentang bahaya potensi negative dari informasi yang ada,” ujarnya.
Romo Anthonius menjelaskan informasi yang didapatkan di media sosial adalah rahmat atau berkah bagi seluruh kalangan yang membacanya namun yang menjadi perhatiannya adalah banyaknya berita bohong dan informasi palsu yang beredar di media sosial. Maka dari itu Romo Anthonius menekankan kepada seluruh peserta untuk menyebarkan cinta kasih melalui media sosial.
“Paus Fransiskus mengingatkan kita, kasih adalah bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang, termasuk yang tidak memiliki agama. Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, kasih tidak memandang agama, ras, atau latar belakang lainnya. Kasih adalah prinsip universal yang harus mengarahkan perilaku kita online,” tambahnya dalam pembukaan acara Literasi Digital bersama KWI.
Romo Anthonius menambahkan di era informasi dan disinformasi yang melimpah, menjadi penjaga kebenaran sangatlah penting. Sebagai pengguna media sosial, semua pihak memiliki tanggung jawab untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya. “Saya mengutip dari Paus Benediktus XVI pernah mengatakan, Kebenaran itu sendiri tidak selalu populer, dan seringkali benar bukan yang paling mudah atau nyaman.” tambahnya.
Tidak hanya itu, para narasumber juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang potensi bahaya media sosial. Edukasi tentang bagaimana mengenali berita palsu (hoaks), menghindari perundungan daring, dan melindungi privasi pribadi sangat penting. Termasuk pentingnya dialog antaragama dalam ruang media sosial. ”Membangun pemahaman dan toleransi antaragama di platform online adalah kunci dalam menciptakan harmoni sosial,” ucapnya.
Hal itu terungkap dalam acara literasi digital yang diselenggarakan Kemenkominfo bersama KWI di Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Acara yang mengangkat isu penting tentang cara bermedia sosial di era digital ini dihadiri para pemimpin Gereja Katolik dari seluruh Indonesia.
Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto mengatakan, mereka membagikan pandangan dan pesan penting tentang bagaimana menggunakan media sosial secara cerdas dan bijak. Menurut Wahyu, ini merupakan upaya kolaboratif Kemenkominfo untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para pelaku media sosial, terutama generasi muda.
Baca Juga
“Isilah ruang digital kita dengan konten-konten positif, karya yang baik, jangan takut apabila menemukan konten negatif, bisa diadukan ke kami melalui aduankonten.id. Apabila menjadi korban penipuan online atau ragu melakukan pembelian online bisa mengadukan atau mengecek rekening pelaku melalui cekrekening.id. Apabila diteror nomor tidak dikenal bisa diadukan di aplikasi aduannomor.id. Jadi jangan takut untuk bertindak sendiri.” ujarnya, Sabtu (9/9/2023) .
Dalam kesempatan itu, Bonifasius juga mengajak pengguna media sosial untuk membanjiri ruang digital dengan konten-konten yang positif sehingga terciptanya ruang digital yang aman dan ramah bagi setiap kalangan.
“Harus diingat bahwa era digital yang berkembang pesat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. maka dari itu saya berharap kepada teman-teman untuk dapat ikut andil dalam mengisi ruang digital ini dengan hal-hal yang positif,” tambahnya.
Senada, Sekretaris Eksekutif Konsos KWI Romo Anthonius Stevel Lalu yang membahas berbagai aspek media sosial, mulai dari etika bermedia sosial hingga dampak sosial yang muncul dari penggunaan medsos yang tidak bijak. “Gereja Katolik itu sangat positif melihat perkembangan teknologi, sangat positif. Teknologi dinilai sebagai rahmat dan berkat yang kami terima. Sambil tentu menyadari tentang bahaya potensi negative dari informasi yang ada,” ujarnya.
Romo Anthonius menjelaskan informasi yang didapatkan di media sosial adalah rahmat atau berkah bagi seluruh kalangan yang membacanya namun yang menjadi perhatiannya adalah banyaknya berita bohong dan informasi palsu yang beredar di media sosial. Maka dari itu Romo Anthonius menekankan kepada seluruh peserta untuk menyebarkan cinta kasih melalui media sosial.
“Paus Fransiskus mengingatkan kita, kasih adalah bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang, termasuk yang tidak memiliki agama. Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, kasih tidak memandang agama, ras, atau latar belakang lainnya. Kasih adalah prinsip universal yang harus mengarahkan perilaku kita online,” tambahnya dalam pembukaan acara Literasi Digital bersama KWI.
Romo Anthonius menambahkan di era informasi dan disinformasi yang melimpah, menjadi penjaga kebenaran sangatlah penting. Sebagai pengguna media sosial, semua pihak memiliki tanggung jawab untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya. “Saya mengutip dari Paus Benediktus XVI pernah mengatakan, Kebenaran itu sendiri tidak selalu populer, dan seringkali benar bukan yang paling mudah atau nyaman.” tambahnya.
Tidak hanya itu, para narasumber juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang potensi bahaya media sosial. Edukasi tentang bagaimana mengenali berita palsu (hoaks), menghindari perundungan daring, dan melindungi privasi pribadi sangat penting. Termasuk pentingnya dialog antaragama dalam ruang media sosial. ”Membangun pemahaman dan toleransi antaragama di platform online adalah kunci dalam menciptakan harmoni sosial,” ucapnya.
(cip)