Pengamat Militer: Ini 3 Isu Penting yang Harus Dapat Perhatian di KTT ASEAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah beberapa hari beredar isu Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan melewatkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN , Gedung Putih akhirnya mengonfirmasinya.
Pada Selasa, 22 Agustus 2023 lalu, mereka memastikan Presiden AS dijadwalkan menghadiri KTT G20 di India pada 7 hingga 10 September. Sementara Wakil Presiden Kamala Harris yang akan ke Jakarta pada 4 hingga 7 September.
Ketua DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas NH Kertopati mengatakan ketidakhadiran Biden akan memunculkan spekulasi soal komitmen Washington terhadap organisasi beranggotakan 10 negara Asia Tenggara itu.
Hal ini juga dapat berujung kepada semakin merapatnya beberapa negara anggota ASEAN ke Beijing, sehingga membuat China kian menancapkan pengaruhnya di kawasan.
"Di sini kita bisa menaruh harapan bahwa ketidakhadiran Biden itu berhalangan secara teknis. Tetapi bila absennya karena persoalan politis maka ASEAN harus antisipasi lebih dalam," ujar politisi yang akrab disapa Nuning, Senin (4/9/2023).
Mantan Anggota Komisi I DPR ini menilai, meskipun Biden diwakili Wapresnya Kamala Harris, namun Harris tidaklah sama dengan Biden. Menurut Nuning, ASEAN harus lebih jeli menganalisa AS dengan porosnya di Asia PaSifik. Jangan lupa bahwa AS sudah punya AUKUS, yang lebih mengedepankan nilai ekonomi dengan target yang jelas.
AUKUS adalah aliansi militer antara AS, Inggris, dan Australia yang dibentuk pada September 2021 sebagai respons langsung atas upaya China yang mengembangkan kemampuan nuklir mereka.
Hal lain yang perlu mendapat atensi adalah apakah ada keuntungan politik bagi Indonesia dengan menerima Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Jangan sampai Timor Leste nantinya justru menjadi kepanjangan Australia.
Perlu ditinjau apakah ada keuntungan politik bagi Indonesia dengan menerima Timor Leste menjadi anggota ASEAN. "Jangan sampai Timor Leste nanti Justru menjadi kepanjangan Australia. Jangan sampai nanti Timor Leste justru menjadi pengganggu setiap ASEAN mengambil keputusan bersama," jelasnya.
Pada Selasa, 22 Agustus 2023 lalu, mereka memastikan Presiden AS dijadwalkan menghadiri KTT G20 di India pada 7 hingga 10 September. Sementara Wakil Presiden Kamala Harris yang akan ke Jakarta pada 4 hingga 7 September.
Ketua DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas NH Kertopati mengatakan ketidakhadiran Biden akan memunculkan spekulasi soal komitmen Washington terhadap organisasi beranggotakan 10 negara Asia Tenggara itu.
Hal ini juga dapat berujung kepada semakin merapatnya beberapa negara anggota ASEAN ke Beijing, sehingga membuat China kian menancapkan pengaruhnya di kawasan.
"Di sini kita bisa menaruh harapan bahwa ketidakhadiran Biden itu berhalangan secara teknis. Tetapi bila absennya karena persoalan politis maka ASEAN harus antisipasi lebih dalam," ujar politisi yang akrab disapa Nuning, Senin (4/9/2023).
Mantan Anggota Komisi I DPR ini menilai, meskipun Biden diwakili Wapresnya Kamala Harris, namun Harris tidaklah sama dengan Biden. Menurut Nuning, ASEAN harus lebih jeli menganalisa AS dengan porosnya di Asia PaSifik. Jangan lupa bahwa AS sudah punya AUKUS, yang lebih mengedepankan nilai ekonomi dengan target yang jelas.
AUKUS adalah aliansi militer antara AS, Inggris, dan Australia yang dibentuk pada September 2021 sebagai respons langsung atas upaya China yang mengembangkan kemampuan nuklir mereka.
Hal lain yang perlu mendapat atensi adalah apakah ada keuntungan politik bagi Indonesia dengan menerima Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Jangan sampai Timor Leste nantinya justru menjadi kepanjangan Australia.
Perlu ditinjau apakah ada keuntungan politik bagi Indonesia dengan menerima Timor Leste menjadi anggota ASEAN. "Jangan sampai Timor Leste nanti Justru menjadi kepanjangan Australia. Jangan sampai nanti Timor Leste justru menjadi pengganggu setiap ASEAN mengambil keputusan bersama," jelasnya.