Pengamat Militer: Ini 3 Isu Penting yang Harus Dapat Perhatian di KTT ASEAN
loading...
A
A
A
Selain itu, apa keuntungan Indonesia di bidang politik, keamanan, dan ekonomi. Kalau tidak ada keuntungan, maka kenapa Indonesia bersusah-payah membantu Timor Leste masuk menjadi anggota tetap ASEAN.
"Apakah Timor Leste sudah menunjukkan perilaku baik kepada masyarakat NTT di perbatasan? Apakah masyarakat perbatasan NTT setuju jika Timor Leste menjadi anggota ASEAN?"
"Jangan hanya penentuan Timor Leste menjadi anggota ASEAN ditentukan oleh orang-orang Jakarta yang tidak merasakan penderitaan masyarakat NTT akibat referendum dan menderita sampai sekarang," sambungnya.
Pengamat militer dan intelijen ini menyebut sebaiknya Timor Leste dijadikan dulu observer selama lima tahun. Tidak bisa otomastis menjadi anggota ASEAN. Sebaiknya, lebih dipertimbangkan negara-negara anggota ASEAN yang selama ini sudah memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Hal lain yang harus diatensi dari berbagai pertemuan yang diadakan pada KTT ASEAN tersebut yakni, Enabling Environtment yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada KTT ASEAN pada 2022 lalu.
"Harus ada kesepakatan terciptanya kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung, serta meningkatkan kemampuan antarpihak agar bisa berperan lebih baik sehingga ASEAN kembali berwibawa dan bermanfaat bagi negara-negara anggotanya," paparnya.
Nuning menambahkan Presiden Jokowi menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Dalam hal ini, kata Nuning, kehadiran fisik alutsista Indonesia secara permanen ada di ZEE merupakan keniscayaan.
Sedangkan dari perspektif keamanan, Indonesia melalui ASEAN dapat berupaya mempercepat penyelesaian Code of Conduct (COC) di Laut China Selatan (LCS) antara Angkatan Laut ASEAN dengan Angkatan Laut China. Dengan berlakunya COC, maka masing-masing Angkatan Laut menerapkan mekanisme pencegahan konflik di laut.
"Mekanisme COC ini sangat penting untuk meredam eskalasi konflik untuk tidak meningkat menjadi perang. Mendorong PBB untuk lebih berperan menyelesaikan konflik Laut China Selatan atas klaim 6 negara sesuai dengan Piagam PBB sebagai wujud resolusi konflik," tutupnya.
"Apakah Timor Leste sudah menunjukkan perilaku baik kepada masyarakat NTT di perbatasan? Apakah masyarakat perbatasan NTT setuju jika Timor Leste menjadi anggota ASEAN?"
"Jangan hanya penentuan Timor Leste menjadi anggota ASEAN ditentukan oleh orang-orang Jakarta yang tidak merasakan penderitaan masyarakat NTT akibat referendum dan menderita sampai sekarang," sambungnya.
Pengamat militer dan intelijen ini menyebut sebaiknya Timor Leste dijadikan dulu observer selama lima tahun. Tidak bisa otomastis menjadi anggota ASEAN. Sebaiknya, lebih dipertimbangkan negara-negara anggota ASEAN yang selama ini sudah memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Hal lain yang harus diatensi dari berbagai pertemuan yang diadakan pada KTT ASEAN tersebut yakni, Enabling Environtment yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada KTT ASEAN pada 2022 lalu.
"Harus ada kesepakatan terciptanya kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung, serta meningkatkan kemampuan antarpihak agar bisa berperan lebih baik sehingga ASEAN kembali berwibawa dan bermanfaat bagi negara-negara anggotanya," paparnya.
Nuning menambahkan Presiden Jokowi menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Dalam hal ini, kata Nuning, kehadiran fisik alutsista Indonesia secara permanen ada di ZEE merupakan keniscayaan.
Sedangkan dari perspektif keamanan, Indonesia melalui ASEAN dapat berupaya mempercepat penyelesaian Code of Conduct (COC) di Laut China Selatan (LCS) antara Angkatan Laut ASEAN dengan Angkatan Laut China. Dengan berlakunya COC, maka masing-masing Angkatan Laut menerapkan mekanisme pencegahan konflik di laut.
"Mekanisme COC ini sangat penting untuk meredam eskalasi konflik untuk tidak meningkat menjadi perang. Mendorong PBB untuk lebih berperan menyelesaikan konflik Laut China Selatan atas klaim 6 negara sesuai dengan Piagam PBB sebagai wujud resolusi konflik," tutupnya.