Lab Teater Ciputat Pentaskan 'Mata Air Mata' di Jepang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lab Teater Ciputat (LTC) pentas di ajang 41 Anniversary Suzuki Company of Toga Summer Season 2023 di Rock Theatre, Togamura, Prefektur Toyama, Jepang pada 1-3 September 2023. Kelompok teater ini menampilkan pertunjukan Mata Air Mata yang mengangkat isu lingkungan.
Sutradara pementasan, Bambang Prihadi menjelaskan, Mata Air Mata mengangkat isu ekologis yang kian hari semakin kompleks. Menurutnya, isu ekologi selama ini selalu menjadi wacana berwajah ganda. Satu pihak prihatin dengan langkah nyata, pihak lain malah menjadikan wacana lingkungan hanya sebagai pemanis bibir dalam kampanye untuk pribadi atau golongan tertentu.
"Padahal, problem ekologi menjadi tanggung jawab dari seluruh umat manusia di segala bidang dan profesi, bahkan agama dan keyakinan,” kata Bambang dalam keterangan tertulis dikutip, Minggu (3/9/2023).
Ia menjelaskan, lakon Mata Air Mata menceritakan peristiwa dari ragam tokoh dengan kemelut masing-masing. Di satu sisi, ada sosok yang terus mengejar ambisi demi menyusun kembali kenangan lama yang didambakan, sementara itu hadir pula sosok lain yang menjadi simbol dari munculnya fenomena kerusakan di bumi.
Tokoh-tokoh yang ada dalam pertunjukan tersebut, di antaranya Tuamata, Nyi Dara yang harus menerima kenyataan bahwa kabut asap selalu memenangkan pertarungan yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Tuamata ingin melawan untuk terakhir kalinya dengan cara menggali sumber mata air tua yang sudah rusak dan kering.
Isu-isu penting tentang keserakahan dan kerakusan manusia, idealisme tentang keseimbangan alam, hingga renungan manusia dan kemanusiaan sebagai pemimpin sekaligus penguasa alam merupakan kepingan topik yang tersebar dalam teks-teks dan adegan Mata Air Mata.
Karya tersebut ditampilkan dalam vokal bahasa Indonesia disertai takarir dalam bahasa Jepang. Festival itu dihadiri penonton dari berbagai latar belakang negara dan budaya.
Pada 2015, Mata Air Mata pernah dipentaskan LTC dua kali, yakni di Taman Kota Sangga Buana, Jakarta Selatan dan Hutan UNIPA Manokwari, Papua Barat.
Sebelumnya, LTC juga naik panggung untuk membawakan pertunjukan Crossing Text of Danarto and Mishima: Between Mistery and Mystical-Smiling Old Women yang bertolak dari dua naskah asal Indonesia dan Jepang, yakni karya Danarto dan karya Yukio Mishima di Tokyo, akhir Juni lalu, yang dibawakan dalam dua bahasa.
Sutradara pementasan, Bambang Prihadi menjelaskan, Mata Air Mata mengangkat isu ekologis yang kian hari semakin kompleks. Menurutnya, isu ekologi selama ini selalu menjadi wacana berwajah ganda. Satu pihak prihatin dengan langkah nyata, pihak lain malah menjadikan wacana lingkungan hanya sebagai pemanis bibir dalam kampanye untuk pribadi atau golongan tertentu.
"Padahal, problem ekologi menjadi tanggung jawab dari seluruh umat manusia di segala bidang dan profesi, bahkan agama dan keyakinan,” kata Bambang dalam keterangan tertulis dikutip, Minggu (3/9/2023).
Ia menjelaskan, lakon Mata Air Mata menceritakan peristiwa dari ragam tokoh dengan kemelut masing-masing. Di satu sisi, ada sosok yang terus mengejar ambisi demi menyusun kembali kenangan lama yang didambakan, sementara itu hadir pula sosok lain yang menjadi simbol dari munculnya fenomena kerusakan di bumi.
Tokoh-tokoh yang ada dalam pertunjukan tersebut, di antaranya Tuamata, Nyi Dara yang harus menerima kenyataan bahwa kabut asap selalu memenangkan pertarungan yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Tuamata ingin melawan untuk terakhir kalinya dengan cara menggali sumber mata air tua yang sudah rusak dan kering.
Isu-isu penting tentang keserakahan dan kerakusan manusia, idealisme tentang keseimbangan alam, hingga renungan manusia dan kemanusiaan sebagai pemimpin sekaligus penguasa alam merupakan kepingan topik yang tersebar dalam teks-teks dan adegan Mata Air Mata.
Karya tersebut ditampilkan dalam vokal bahasa Indonesia disertai takarir dalam bahasa Jepang. Festival itu dihadiri penonton dari berbagai latar belakang negara dan budaya.
Pada 2015, Mata Air Mata pernah dipentaskan LTC dua kali, yakni di Taman Kota Sangga Buana, Jakarta Selatan dan Hutan UNIPA Manokwari, Papua Barat.
Sebelumnya, LTC juga naik panggung untuk membawakan pertunjukan Crossing Text of Danarto and Mishima: Between Mistery and Mystical-Smiling Old Women yang bertolak dari dua naskah asal Indonesia dan Jepang, yakni karya Danarto dan karya Yukio Mishima di Tokyo, akhir Juni lalu, yang dibawakan dalam dua bahasa.
(abd)