Sopan Santun dalam Pergaulan
loading...
A
A
A
Nah, ini yang sering orang lupa, bahwa dalam pergaulan sehari-hari, ada beberapa topik yang oleh sesama warga Amerika Serikat pun dianggap tabu atau tidak sopan. Misalnya, bertanya tentang berapa seseorang menghasilkan uang atau berapa gaji mereka. Bertanya soal usia seseorang, terutama jika mereka lebih tua, dapat dianggap tidak sopan atau tidak pantas. Jika tidak benar-benar akrab, bertanya tentang status pernikahan, perencanaan keluarga, atau masalah kehamilan bisa menjadi hal sensitif karena keterkaitannya dengan kehidupan pribadi.
Lalu, menanyakan tentang orientasi seksual atau identitas gender seseorang bisa sangat pribadi dan sensitif. Juga pertanyaan-pertanyaan soal agama atau keyakinan yang bersifat menghakimi atau menantang keyakinan seseorang, bisa dianggap tidak sopan. Kemudian bertanya tentang berat badan, penampilan fisik, atau memberi komentar negatif tentang penampilan seseorang dapat dianggap tidak sopan. Dan masih ada beberapa lainnya.
Inti cerita, perilaku tidak sopan dapat menyebabkan kesalahpahaman atau konflik antara individu atau kelompok. Hal ini dapat memperburuk hubungan dan menciptakan ketegangan.Lalu, apa sanksi bagi mereka yang dianggap tidak sopan? Ini pun bervariasi tergantung pada konteks, budaya, dan aturan yang berlaku di masyarakat atau lingkungan tertentu. Misalnya, kepada mereka yang dianggap tidak sopan mungkin dijauhi atau dihindari oleh orang lain dalam lingkungan sosial. Hal ini dapat mengakibatkan isolasi atau kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat.
Jika Anda orang bisnis, bisa jadi perilaku tidak sopan mengakibatkan hilangnya peluang kerja, kemitraan bisnis, atau pelanggan. Reputasi seseorang dapat terpengaruh jika dikenal sebagai orang yang tidak sopan. Sedangkan sanksi formal yang biasa berlaku di lingkungan kerja, perilaku tidak sopan yang sekaligus bisa melanggar hukum atau aturan etika tertentu, dapat mengakibatkan sanksi hukuman, denda, atau pemecatan dari pekerjaan.
Sementara cukuplah sampai di sini soal sopan santun ini. Saya tidak ingin membawa masalah ini ke soal etis dan tidak etis. Juga tidak ingin berwacana lebih jauh seperti yang dilakukan Martin Buber dalam “Between Man and Man” (London: The Fontana Library, 1947), yang membagi dua jenis karakter, yakni karakter alamiah dan karakter etis. Karakter alamiah, katanya, adalah karakter yang melekat dalam diri seseorang, yang menjadi temperamen tetap, yang sudah ada dari sananya.
Sedangkan karakter etis adalah sikap-sikap positif yang merupakan hasil pembentukan atau pendidikan. Atau menyeretnya masuk ke filsafat bahasa seperti yang dilakukan oleh J.L. Austin dan John Searle (konsep lokusi, ilokusi, dan perlokusi) atau Ludwig Wittgenstein dalam “Tractatus Logico-Philosophicus” dan “Philosophical Investigations”. Sebab hal itu membutuhkan pembahasan yang lebih panjang.
Lalu, menanyakan tentang orientasi seksual atau identitas gender seseorang bisa sangat pribadi dan sensitif. Juga pertanyaan-pertanyaan soal agama atau keyakinan yang bersifat menghakimi atau menantang keyakinan seseorang, bisa dianggap tidak sopan. Kemudian bertanya tentang berat badan, penampilan fisik, atau memberi komentar negatif tentang penampilan seseorang dapat dianggap tidak sopan. Dan masih ada beberapa lainnya.
Inti cerita, perilaku tidak sopan dapat menyebabkan kesalahpahaman atau konflik antara individu atau kelompok. Hal ini dapat memperburuk hubungan dan menciptakan ketegangan.Lalu, apa sanksi bagi mereka yang dianggap tidak sopan? Ini pun bervariasi tergantung pada konteks, budaya, dan aturan yang berlaku di masyarakat atau lingkungan tertentu. Misalnya, kepada mereka yang dianggap tidak sopan mungkin dijauhi atau dihindari oleh orang lain dalam lingkungan sosial. Hal ini dapat mengakibatkan isolasi atau kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat.
Jika Anda orang bisnis, bisa jadi perilaku tidak sopan mengakibatkan hilangnya peluang kerja, kemitraan bisnis, atau pelanggan. Reputasi seseorang dapat terpengaruh jika dikenal sebagai orang yang tidak sopan. Sedangkan sanksi formal yang biasa berlaku di lingkungan kerja, perilaku tidak sopan yang sekaligus bisa melanggar hukum atau aturan etika tertentu, dapat mengakibatkan sanksi hukuman, denda, atau pemecatan dari pekerjaan.
Sementara cukuplah sampai di sini soal sopan santun ini. Saya tidak ingin membawa masalah ini ke soal etis dan tidak etis. Juga tidak ingin berwacana lebih jauh seperti yang dilakukan Martin Buber dalam “Between Man and Man” (London: The Fontana Library, 1947), yang membagi dua jenis karakter, yakni karakter alamiah dan karakter etis. Karakter alamiah, katanya, adalah karakter yang melekat dalam diri seseorang, yang menjadi temperamen tetap, yang sudah ada dari sananya.
Sedangkan karakter etis adalah sikap-sikap positif yang merupakan hasil pembentukan atau pendidikan. Atau menyeretnya masuk ke filsafat bahasa seperti yang dilakukan oleh J.L. Austin dan John Searle (konsep lokusi, ilokusi, dan perlokusi) atau Ludwig Wittgenstein dalam “Tractatus Logico-Philosophicus” dan “Philosophical Investigations”. Sebab hal itu membutuhkan pembahasan yang lebih panjang.
(wur)