Mengapa Isu Perubahan Tidak Bergema? Ini Analisis Denny JA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai isu perubahan yang diusung bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan saat ini tidak terlalu bergema. Menurutnya, ini ikut menyumbang elektabilitas Anies yang masih kalah selisih dua digit atau di atas 10 persen dari rivalnya.
“Tapi mengapa isu perubahan tidak bergema? Itu adalah hukum besi politik,” kata Denny JA dikutip dari media sosialnya, Kamis (17/8/2023).
Dia berpendapat, isu perubahan hanya bergema jika presiden yang berkuasa tidak populer. Akibatnya, lanjut dia, publik luas ingin suasana yang baru, berbeda, dan perubahan.
“Sebaliknya, jika presiden yang berkuasa sangat populer, publik ingin kondisi itu justru berlanjut. Yang menyentuh mayoritas pemilih bukan isu perubahan, tapi justru isu untuk tetap bertahan. Continue. Lanjut,” tuturnya.
Dia melihat Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih sangat populer di ujung kekuasaannya. “Menjelang proklamasi 17 Agustus, approval rating yang puas atas kinerja Jokowi selaku presiden masih sangat tinggi di angka 80 persen. Itu hasil survei LSI Denny JA yang baru saja selesai, beberapa hari lalu,” ungkapnya.
Denny menuturkan, jika survei itu diurut ke belakang, di Januari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, hingga Agustus 2023, tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi dalam survei LSI Denny JA berkisar antara 79-82 persen. Menurutnya, itu tingkat kepuasaan yang teramat tinggi.
“Bagi mereka yang menyadari data ini, tak akan mengusung isu perubahan. Yang harusnya diusung justru Jokowi Effect, efek kedekatan dengan Jokowi, efek melanjutkan program penting Jokowi. Apa yang menyebabkan Jokowi masih sangat populer di ujung kekuasaannya? Itu gabungan antara kinerja dan personaliti Jokowi sendiri,” ucapnya.
Dia mengatakan bahwa kinerja Jokowi, programnya soal Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Hilirisasi, IKN, Infrastruktur, dan sebagainya termasuk pro dan kontra perlu dibahas tersendiri. Denny lebih mengelaborasi personalitas Jokowi yang hadir di ruang publik.
“Penampilan Jokowi yang rendah hati, akrab dengan rakyat, menyapa (reaching out), ikut memberi kontribusi,” imbuhnya.
“Tapi mengapa isu perubahan tidak bergema? Itu adalah hukum besi politik,” kata Denny JA dikutip dari media sosialnya, Kamis (17/8/2023).
Dia berpendapat, isu perubahan hanya bergema jika presiden yang berkuasa tidak populer. Akibatnya, lanjut dia, publik luas ingin suasana yang baru, berbeda, dan perubahan.
“Sebaliknya, jika presiden yang berkuasa sangat populer, publik ingin kondisi itu justru berlanjut. Yang menyentuh mayoritas pemilih bukan isu perubahan, tapi justru isu untuk tetap bertahan. Continue. Lanjut,” tuturnya.
Dia melihat Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih sangat populer di ujung kekuasaannya. “Menjelang proklamasi 17 Agustus, approval rating yang puas atas kinerja Jokowi selaku presiden masih sangat tinggi di angka 80 persen. Itu hasil survei LSI Denny JA yang baru saja selesai, beberapa hari lalu,” ungkapnya.
Denny menuturkan, jika survei itu diurut ke belakang, di Januari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, hingga Agustus 2023, tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi dalam survei LSI Denny JA berkisar antara 79-82 persen. Menurutnya, itu tingkat kepuasaan yang teramat tinggi.
“Bagi mereka yang menyadari data ini, tak akan mengusung isu perubahan. Yang harusnya diusung justru Jokowi Effect, efek kedekatan dengan Jokowi, efek melanjutkan program penting Jokowi. Apa yang menyebabkan Jokowi masih sangat populer di ujung kekuasaannya? Itu gabungan antara kinerja dan personaliti Jokowi sendiri,” ucapnya.
Dia mengatakan bahwa kinerja Jokowi, programnya soal Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Hilirisasi, IKN, Infrastruktur, dan sebagainya termasuk pro dan kontra perlu dibahas tersendiri. Denny lebih mengelaborasi personalitas Jokowi yang hadir di ruang publik.
“Penampilan Jokowi yang rendah hati, akrab dengan rakyat, menyapa (reaching out), ikut memberi kontribusi,” imbuhnya.