Erick Thohir Bareng Gus Miftah Doa Bersama untuk Persatuan Bangsa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menghadiri kajian umum bertema Menjaga Kesatuan dengan Ukhuwah Bangsa di di Masjid At Thohir, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (11/8/2023). Dalam kegiatan itu dilakukan doa bersama ribuan jemaah yang dipimpin pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab disapa Gus Miftah.
"Selepas salat Jumat kami bersalawat bersama Gus Miftah dari Masjid At-Thohir, berdoa untuk persatuan dan ukhuwah bangsa Indonesia," kata Erick di Masjid At Thohir dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (12/8/2023).
Erick menyampaikan terima kasih kepada Gus Miftah yang telah hadir di masjid yang dibangun untuk mengenang ayahnya, almarhum Muhammad Thohir. "Suwun Gus, sudah menyempatkan hadir membagi ilmu di masjid kami. Bismillah, untuk Indonesia yang sejuk, tentram, dan optimistis," ujarnya.
Sementara itu dalam ceramahnya, Gus Miftah mengajak warga negara Indonesia mewaspadai pihak yang mendalami paham radikal. Kewaspadaan itu perlu karena penganut radikalisme cenderung tidak suka atas keharmonisan antarumat beragama dan suku bangsa yang saat ini sudah sangat berkembang di Indonesia.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini menyebutkan terdapat lima ciri orang radikal. Pertama, menurut Gus Miftah, adalah tidak menerima khilafiyah atau perbedaan pendapat, pandangan, atau sikap. Sikap ini terkadang muncul pada persoalan tata cara salat, seperti tahiyat atau doa qunut.
"Padahal empat imam mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali sendiri berbeda-beda. Silakan pilih mau pakai imam yang mana. Salah seorang imam menegaskan, ikuti imam di mana kita berada saat beribadah," tutur Gus Miftah.
Ciri kedua orang radikal, ujar Gus Miftah, adalah tidak memiliki dasar keilmuaan. Namun, mereka kerap berdalih mengatasnamakan Al-Qur'an dan Hadist.
"Contohnya, ada yang menganggap musrik siapa pun yang menyanyikan lagu Padamu Negeri. Padahal hasil dari menyanyikan lagu itu adalah cinta kepada Tanah Air, bukan ibadah?" katanya.
"Selepas salat Jumat kami bersalawat bersama Gus Miftah dari Masjid At-Thohir, berdoa untuk persatuan dan ukhuwah bangsa Indonesia," kata Erick di Masjid At Thohir dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (12/8/2023).
Erick menyampaikan terima kasih kepada Gus Miftah yang telah hadir di masjid yang dibangun untuk mengenang ayahnya, almarhum Muhammad Thohir. "Suwun Gus, sudah menyempatkan hadir membagi ilmu di masjid kami. Bismillah, untuk Indonesia yang sejuk, tentram, dan optimistis," ujarnya.
Sementara itu dalam ceramahnya, Gus Miftah mengajak warga negara Indonesia mewaspadai pihak yang mendalami paham radikal. Kewaspadaan itu perlu karena penganut radikalisme cenderung tidak suka atas keharmonisan antarumat beragama dan suku bangsa yang saat ini sudah sangat berkembang di Indonesia.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini menyebutkan terdapat lima ciri orang radikal. Pertama, menurut Gus Miftah, adalah tidak menerima khilafiyah atau perbedaan pendapat, pandangan, atau sikap. Sikap ini terkadang muncul pada persoalan tata cara salat, seperti tahiyat atau doa qunut.
"Padahal empat imam mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali sendiri berbeda-beda. Silakan pilih mau pakai imam yang mana. Salah seorang imam menegaskan, ikuti imam di mana kita berada saat beribadah," tutur Gus Miftah.
Ciri kedua orang radikal, ujar Gus Miftah, adalah tidak memiliki dasar keilmuaan. Namun, mereka kerap berdalih mengatasnamakan Al-Qur'an dan Hadist.
Baca Juga
"Contohnya, ada yang menganggap musrik siapa pun yang menyanyikan lagu Padamu Negeri. Padahal hasil dari menyanyikan lagu itu adalah cinta kepada Tanah Air, bukan ibadah?" katanya.