Deretan Pangkostrad yang Pernah Jabat Pangdam Siliwangi, Nomor 3 dan 4 Melesat Jadi KSAD
loading...
A
A
A
JAKARTA - Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) merupakan salah satu jabatan strategis yang diimpikan para perwira tinggi (Pati) TNI AD. Posisi tersebut merupakan lompatan karier bagi Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) karena otomatis naik pangkat menjadi jenderal bintang tiga alias Letjen.
Sejarah mencatat sejumlah Pati TNI AD pernah mengawali karier militernya sebagai Pangdam Siliwangi sebelum mendapat promosi menjadi Pangkostrad. Dari sebanyak 43 jenderal bintang tiga yang mengisi posisi Pangkostrad, 6 di antaranya pernah menjabat sebagai Pangdam Siliwangi.
Dari enam Pangkostrad yang pernah menjabat Pangdam Siliwangi, sejumlah nama memiliki karier yang cemerlang. Bahkan, ada yang berhasil menjadi orang nomor satu di TNI AD.
Himawan mengemban jabatan Pangkostrad pada periode 1974-1975. Setahun menduduki jabatan Pangkostrad, dia digeser menjadi Pangdam Siliwangi dengan masa jabatan 1975-1978.
Himawan merupakan siswa Angkatan I Akademi Militer Yogyakarta lulusan tahun 1948 dan sempat mengikuti Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS. Pria kelahiran Magetan, 14 September 1929 ini pernah menduduki sejumlah posisi penting selama karier militernya.
Mulai dari Wakil Gubernur AKABRI Umum dan Darat bidang Operasi dan Pendidikan (1970-1971), Pangdam IV/Sriwijaya (1971-1974), Komandan Brigade Pasukan Darurat PBB (UNEF 2) di Suez, Mesir (1974), Panglima Kostranas (1978-1981), Panglima Kowilhan III Sulawesi/Kaltim (1981-1983), Kepala Staf Operasi Dephankam (1983-1984), dan Kepala Staf Umum ABRI (1984).
Ia kemudian dimutasi menjadi Duta Besar RI Untuk Malaysia (1984-1988) karena keengganannya untuk menertibkan kampus ITB dari gerakan demonstrasi akibat penolakan pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden untuk Sidang Istimewa MPR RI 1977. Akhir kariernya dia mengemban amanat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1993-1998).
Selama puluhan tahun berada di militer, Himawan pernah mengikuti penugasan di sejumlah operasi. Mulai dari menghadapi Belanda di front Subang atau Bandung Utara, menjadi Perwira Staf Pasukan Garuda II, Markas Operasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (Misi Perdamaian PBB) Danyon (1961-1964), Perserikatan Bangsa-Bangsa di Leopoldiville, Kongo.
Kemudian pada tahun 1963, ia ditugaskan di Timur Tengah sebagai Komandan Brigade Selatan, United Nations Emergency Forces. Pada 10 April 1964, Himawan berhasil merebut kembali Polewali, pusat dari pasukan pembangkang pimpinan Letkol Andi Selle dan menghancurkan salah satu kekuatan utama pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.
Sejarah mencatat sejumlah Pati TNI AD pernah mengawali karier militernya sebagai Pangdam Siliwangi sebelum mendapat promosi menjadi Pangkostrad. Dari sebanyak 43 jenderal bintang tiga yang mengisi posisi Pangkostrad, 6 di antaranya pernah menjabat sebagai Pangdam Siliwangi.
Dari enam Pangkostrad yang pernah menjabat Pangdam Siliwangi, sejumlah nama memiliki karier yang cemerlang. Bahkan, ada yang berhasil menjadi orang nomor satu di TNI AD.
Berikut deretan Pangkostrad yang pernah jabat Pangdam Siliwangi:
1. Letjen TNI Raden Himawan Soetanto
Raden Himawan Soetanto merupakan Pangdam Siliwangi pertama yang berhasi menduduki jabatan Pangkostrad. Uniknya Himawan lebih dulu menduduki jabatan Pangkostrad, baru kemudian dimutasi menjadi Pandam Siliwangi yang ketika itu masih menyandang pangkat Mayjen.Himawan mengemban jabatan Pangkostrad pada periode 1974-1975. Setahun menduduki jabatan Pangkostrad, dia digeser menjadi Pangdam Siliwangi dengan masa jabatan 1975-1978.
Himawan merupakan siswa Angkatan I Akademi Militer Yogyakarta lulusan tahun 1948 dan sempat mengikuti Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS. Pria kelahiran Magetan, 14 September 1929 ini pernah menduduki sejumlah posisi penting selama karier militernya.
Mulai dari Wakil Gubernur AKABRI Umum dan Darat bidang Operasi dan Pendidikan (1970-1971), Pangdam IV/Sriwijaya (1971-1974), Komandan Brigade Pasukan Darurat PBB (UNEF 2) di Suez, Mesir (1974), Panglima Kostranas (1978-1981), Panglima Kowilhan III Sulawesi/Kaltim (1981-1983), Kepala Staf Operasi Dephankam (1983-1984), dan Kepala Staf Umum ABRI (1984).
Ia kemudian dimutasi menjadi Duta Besar RI Untuk Malaysia (1984-1988) karena keengganannya untuk menertibkan kampus ITB dari gerakan demonstrasi akibat penolakan pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden untuk Sidang Istimewa MPR RI 1977. Akhir kariernya dia mengemban amanat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1993-1998).
Selama puluhan tahun berada di militer, Himawan pernah mengikuti penugasan di sejumlah operasi. Mulai dari menghadapi Belanda di front Subang atau Bandung Utara, menjadi Perwira Staf Pasukan Garuda II, Markas Operasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (Misi Perdamaian PBB) Danyon (1961-1964), Perserikatan Bangsa-Bangsa di Leopoldiville, Kongo.
Kemudian pada tahun 1963, ia ditugaskan di Timur Tengah sebagai Komandan Brigade Selatan, United Nations Emergency Forces. Pada 10 April 1964, Himawan berhasil merebut kembali Polewali, pusat dari pasukan pembangkang pimpinan Letkol Andi Selle dan menghancurkan salah satu kekuatan utama pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.